Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Suara Wanita



Suara Wanita

0"Aiden, apakah Tara dan Nico tidak bisa bersama?" tanya Anya sambil mendongak menatap suaminya.     
0

"Tidak bisa," jawab Aiden singkat.     

"Aku bisa melihat bahwa Tara hanya berpura-pura kuat. Sebenarnya, Nico ada di hatinya," Anya mengerucutkan bibirnya, terlihat sedih.     

"Kalau mereka saling mencintai, mengapa mereka tidak mau saling menunggu? Nico masih belum mampu berdiri sendiri. Ia mungkin tidak benar-benar mencintai Tara. Mungkin ia hanya posesif dan tidak mau kehilangan wanita yang diinginkannya saat ini," kata Aidne.     

Anya memikirkannya dengan seksama dan memikirkan bahwa kekhawatiran Aiden cukup masuk akal. Ia juga takut ini hanyalah bagian dari sifat playboy Nico semata.     

"Tidak ada yang tahu mengenai masa depan. Setidaknya, Tara bersedia untuk memberi kesempatan pada Nico dan menunggunya. Itu saja sudah cukup," kata Anya sambil mengusapkan kepalanya ke leher Aiden. "Aku pusing, aku ingin tidur."     

"Tidurlah. Aku akan menemanimu," kata Aiden dengan suara lembut.     

Anya bersandar di pelukan Aiden dan tertidur.     

Samar-samar, ia bisa merasakan Aiden menggendong tubuhnya dan pergi meninggalkan hotel tersebut. Ia tidak tahu ke mana mereka akan pergi, tetapi ia terlalu lelah untuk membuka matanya.     

Ketika ia terbangun, Anya sudah kembali ke rumah. Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi.     

Setelah beristirahat, sekarang tubuhnya jauh lebih baik dari pada sebelumnya. Ia tidak lagi merasakan pusing atau pun mual. Ia hanya merasa lapar dan ingin makan.     

Anya mengenakan sandal rumahnya dan menemukan bahwa seseorang telah mengganti pakaiannya.     

Ia berjalan keluar dari pintu kamar dan mendengar ada suara di ruang kerja. Itu artinya Aiden sedang bekerja.     

Sebelum turun ke lantai bawah dan mencari makanan, Anya memutuskan untuk mencari suaminya terlebih dahulu. Namun, ia malah mendengar suara aneh dari ruang kerja.     

"Ah …" teriakan seorang wanita terdengar. Anya merasa otaknya berdengung dan kepalanya pusing. Apakah Aiden menyembunyikan wanita di ruang kerjanya?     

Tidak, tidak! Aiden bukan orang seperti itu.     

Anya menarik napas dalam-dalam dan berusaha untuk menenangkan dirinya. Ia berjalan menuju ke ruang kerja dan mengetuk pintunya dengan pelan. "Aiden, bolehkah aku masuk?"     

Ketika mendengar suara Anya, Aiden langsung mematikan laptopnya dan berkata dengan suara pelan, "Masuklah."     

Anya membuka pintunya. Tidak ada orang yang ada di dalam ruang kerja selain Aiden. Tetapi Anya baru saja mendengar suara wanita dari kamar tersebut …     

"Aku sudah bangun dan tidak bisa tidur lagi. Tetapi kamu tidak ada di kamar. Aku ingin mencari buku agar bisa tidur lagi." kata Anya sambil menghampiri rak buku di belakang kursi Aiden. Ia melihat ke sekeliling ruangan hingga ke tempat yang terpencil sekali pun, tetapi tidak ada satu orang pun.     

Aiden duduk di kursinya dengan malas dan menatap Anya sambil tersenyum. "Apakah kamu sudah menemukan buku yang kamu mau?"     

"Sudah," Anya mengambil salah satu buku dengan sembarangan untuk menutupi kebohongannya.     

"Sepertinya kamu tidak benar-benar mencari buku," Aiden langsung membongkar kebohongan Anya.     

Anya tertawa. "Bagaimana kamu bisa tahu? Sebenarnya aku mencari kucing. Aku baru saja melihat seekor kucing dan tiba-tiba saja menghilang. Aku mendengar suaranya dari dalam ruangan ini. Aku pikir kucing itu masuk ke sini."     

"Aku tidak tertarik dengan binatang. Aku lebih memilih anak dibandingkan binatang," tubuh tinggi Aiden langsung mendekatinya.     

Anya menelan ludahnya. Senyum terlihat di wajahnya, tetapi kakinya terus mundur.     

Ia melirik ke belakang dan meliha ke arah pintu. Saat Aiden tidak memperhatikan, Anya langsung melarikan diri dan turun ke lantai bawah.     

"Mencari kucing? Kurasa kamu lah kucingnya," Aiden tertawa terbahak-bahak.     

Setelah turun ke bawah, Anya memegang dadanya dan merasa jantungnya berdegup kencang.     

Anya tidak menemukan wanita di ruang kerja Aiden, tetapi ia mendengar suara wanita. Apa mungkin itu berasal dari laptop Aiden?     

Untung saja Anya bisa melarikan diri dengan cepat. Kalau tidak, Aiden mungkin akan menghabiskan energinya lagi.     

Tetapi Anya tidak bisa membayangkan mengapa Aiden menonton film porno. Apakah itu kebiasaannya? Di tengah malam ia tidak tidur, tetapi memilih untuk menonton film di ruang kerjanya …     

Anya pergi ke dapur dan melihat ada sisa sup ayam kulkas. Ia langsung memanaskannya dan memakannya dengan lahap.     

Ketika Aiden turun, ia melihat istri kecilnya sedang makan dengan lahap dan gembira. Ekspresi puas terlihat di wajahnya.     

Istri kecilnya ini sangat mudah bahagia. Melihat Anya bahagia, Aiden juga sangat bahagia.     

Tetapi saat memikirkan bahwa Natali dan Yura hampir saja mencelakai Anya, Aiden kembali marah.     

Baru saja, suara yang didengar Anya memang berasal dari laptopnya. Ia sedang melihat rekaman Yura yang dipukuli. Tetapi ia langsung menghentikan video tersebut ketika mendengar suara langkah kaki Anya.     

Sambil melihat rekaman itu, Aiden juga menyusun rencana untuk membuat hidup Natali menderita.     

Pada saat ini, para pengawal Aiden sedang memukuli Yura di ruang bawah tanah mall Atmajaya Group.     

Yura hampir saja mati karena dua pria di bawah pengaruh obat. Tetapi ketika nyawanya terselamatkan, para pengawal Aiden malah memukulinya.     

Mereka tidak membiarkan Yura mati, tetapi juga tidak membiarkan ia hidup dengan nyaman.     

"Kamu memiliki kemampuan untuk membunuhku, tetapi kamu tidak membiarkan aku mati. Kalau aku bisa keluar dari tempat ini, aku tidak akan pernah mengampuni kalian," rambut Yura terlihat berantakan. Bajunya compang-camping dan matanya penuh dengan kebencian.     

"Sekali lagi aku tanya, siapa yang ada di belakang semua rencana ini selain Natali?" tanya Harris dengan dingin.     

Yura benar-benar tidak mau membuka mulutnya. Ia hanya mengucapkan nama Natali saja.     

Namun, Aiden merasa bahwa tidak sesederhana ini. Ia harus memaksa Yura untuk membuka mulut.     

"Sudah aku bilang bahwa Natali dan aku yang merencanakan semua ini. Nama siapa yang ingin kamu dengar?" Yura terlihat seperti orang gila, tertawa dengan keras seperti sudah kehilangan akal sehatnya.     

Aiden membiarkan Yura hidup, tetapi tidak mengobati semua luka di tubuh Yura. Ia membiarkan Yura tergeletak di lantai tanpa alas dengan keadaan yang menyedihkan.     

"Selama kamu mau melepaskan aku, aku akan meminta ayahku untuk membayarmu sepuluh kali lipat," kata Yura pada Harris.     

Tetapi Harris terlalu malas untuk mendengarkan wanita gila ini. Mungkin memang benar hanya Natali yang ada di belakang kejadian ini sehingga Yura tidak bisa memberikan nama lain.     

Harris langsung menelepon Aiden, "Tuan, Yura mengakui bahwa ia bekerja sama dengan Natali. Tidak ada nama lain lagi."     

"Beberapa hari yang lalu, ia bertemu dengan Keara," mata Aiden terlihat dingin. "Aku rasa tidak sesederhana ini."     

"Mungkin ini hanya kebetulan saja. Nona Keara mungkin ingin bertemu dengan semua sosialita di kota ini karena ia ingin membuka toko parfum," kata Harris.     

"Semua orang di keluarga Yura akan segera mencarinya. Kalau Yura bisa memancing Natali, aku akan melepaskannya," kata Aiden.     

"Baik, Tuan," setelah Harris menutup telepon, ia menatap Yura dengan dingin, "Selama kamu bisa memancing Natali, aku akan membebaskanmu."     

Yura terkejut mendengarnya. "Apa yang ingin kamu lakukan pada Natali?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.