Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Saksi



Saksi

0"Apa yang ingin kamu lakukan pada Natali?" tanya Yura dengan khawatir.     
0

"Kamu bisa memilih apakah kamu ingin tetap menderita seperti ini, atau membiarkan Natali menggantikanmu," Harris tidak lagi memperhatikan Yura dan langsung berbalik untuk pregi.     

Ketika Harris kembali ke rumah Aiden, Anya baru saja selesai makan. Karena tidak bisa tidur lagi, Aiden menemaninya untuk menonton film romance di ruang keluarga.     

Karena Aiden menemaninya seharian ini, Anya merasa jauh lebih tenang. Ia tidak merasa trauma akan kejadian hari ini karena Aiden menyelamatkannya dan menemaninya seharian.     

"Tuan, Nyonya, saya sudah kembali." Harris masuk ke dalam rumah dan menyapa mereka berdua.     

"Apakah kamu berhasil menangkap Yura? Apa yang ia katakan? Apakah Natali yang berada di balik semua ini?" Anya merasa lebih bersemangat dibandingkan Aiden.     

"Benar. Apa yang ingin Anda lakukan pada Yura?" sambil menjawab pertanyaan Anya, diam-diam Harris menatap ke arah Aiden. Sebenarnya ia tahu bahwa keputusan terakhir berada di tangan tuannya. Tetapi Harris juga ingin Anya merasakan kepuasan untuk membalas dendam sehingga ia menanyakannya.     

Bagaimana pun juga, semua orang di rumah ini mencintai Anya ...     

Sementara itu, Aiden memberi peringatan kepada Harris dengan tatapannya, menyalahkan Harris karena terlalu cerewet.     

"Selama Yura mau mengakui bahwa Natali yang merencanakan semua ini, serahkan mereka berdua pada polisi aja," Anya tidak mau mengotori tangan Aiden. Lebih baik langsung menyerahkan masalah ini kepada pihak berwajib. Setelah itu, mereka bisa kembali hidup dengan tenang.     

Aiden menatap ke arah Harris, "Kalau Yura menyetujuinya, lepaskan dia dan serahkan dia pada polisi."     

Dari tatapan Tuannya, Harris tahu bahwa Aiden tidak akan mengampuni Natali. Ia mengangguk dan menyetujui perintah Aiden.     

Setelah menonton film, Anya dan Aiden kembali ke kamar dan tidur. Di dalam kamar, mereka 'memerankan ulang' film romance yang mereka tonton sebelumnya …     

Subuh, Anya baru tertidur di pelukan Aiden dengan tubuh yang basah karena keringat.     

…     

Anya begitu kelelahan hingga keesokan harinya ia baru bangun saat matahari sudah tinggi di langit.     

Begitu turun ke lantai bawah, Hana langsung menyapanya. "Anya, kamu sudah bangun. Aku akan segera menyiapkan sup untukmu," Hana langsung masuk ke dalam dapur dan membawakan sup untuk Anya. "Makan sup ini dulu untuk mengisi perutmu. Aku akan memasakkan makanan ringan."     

"Bu Hana, ibu pergi ke mana?" Anya tidak melihat Aiden dan ibunya di rumah.     

"Nyonya Diana langsung pergi ke taman. Bunga-bunga di taman sudah dipindahkan ke tempat baru dengan aman," kata Hana.     

"Kalau Aiden?" tanya Anya lagi.     

"Tuan Aiden kembali ke rumah Keluarga Atmajaya karena Tuan Bima memanggilnya," jawab Hana.     

"Oh, apakah Aiden mengatakan sesuatu?" tanya Anya dengan khawatir.     

"Tidak. Tuan Aiden mengatakan agar kamu segera mempersiapkan kompetisi parfummu. Ia akan segera kembali," jawab Hana.     

"Baiklah," Anya tidak menanyakan apa pun lagi. Setelah makan, ia langsung menguburkan diri di ruang parfumnya.     

Sebentar lagi, kompetisi parfum akan segera dimulai. Ini adalah pertama kalinya Anya mengikuti kompetisi. Tentu saja ia mengharapkan hasil yang terbaik.     

"Bu Hana, aku lapar. Apakah ada makanan?" Nico masuk ke dalam rumah Anya dengan seenaknya, seperti sedang berada di rumah sendiri.     

Begitu mendengar suara Nico dari lantai bawah, Anya langsung keluar dari ruang parfum dan menatap Nico dengan curiga. Aiden kembali ke rumah Keluarga Atmajaya. Tetapi mengapa Nico tidak pulang?     

Ada apa ini?     

"Apakah kamu menginap di rumah ini kemarin malam?" tanya Anya.     

"Iya. Raka menginap di rumahku kemarin malam. Kami begadang kemarin sehingga ia belum bangun. Bu Hana, kalau ada makanan enak, tolong bungkuskan untukku," kata Nico sambil mengacak-acak rambutnya.     

Rambutnya terlihat berantakan seperti sedang baru bangun.     

Anya mengerutkan keningnya dan menatap Nico. "Apakah kamu sudah cuci muka dan gosok gigi? Jangan menyisir rambutmu sembarangan. Nanti ketombe di kepalamu jatuh ke makanan."     

"Aku sudah cuci muka dan menggosok gigi. Tetapi aku belum keramas. Nanti aku akan mandi sebelum pergi," Nico mengulurkan tangannya dan langsung mengambil ikat rambut yang ada di pergelangan tangan Anya untuk mengikat rambutnya.     

Anya tertawa melihat Nico. Jarang-jarang Nico terlihat berantakan seperti ini.     

Setelah itu, Hana segera mengambilkan piring sendok dan garpu untuk Nico dan menyiapkan makanan untuknya.     

Anya mengambil kesempatan ini untuk mengeluarkan ponsel dari sakunya dan memfoto penampilan Nico yang lucu. Penampilannya saat ini sangat berantakan seperti anak kecil.     

Nico sibuk makan ketika mendengar ponselnya berbunyi. Ia mengambil ponselnya dan melihat fotonya sendiri. Ia terlihat sangat jelek!     

"Bibi, cepat hapus fotonya! Kalau ada orang yang lihat, aku akan …"     

"Kamu akan apa? Apakah kamu berniat memukulku?" goda Anya.     

Tara yang melihat wajah jelek Nico langsung tertawa terbahak-bahak dan mengoloknya.     

"Bibi, tolong hapus. Aku tidak mau wajah jelekku tersebar di internet. Aku malu!" Nico memohon dengan penampilan yang memelas.     

"Baiklah kalau begitu. Demi kamu …" Anya menghapus foto itu dengan santai. Ia sudah puas mengerjai Nico. Namun, setelah ia menghapus, Aiden mengirimkan foto yang sama.     

Anya tertawa terbahak-bahak melihat kejahatan suaminya. "Apa yang harus aku lakukan kalau begini?"     

"Biarkan aku mati saja. Jangan ganggu aku," gerutu Nico. Ia bisa saja membujuk Anya untuk menghapus foto itu, tetapi ia tidak akan bisa membujuk pamannya.     

Ia tidak punya harapan lagi …     

"Tuan Nico makanlah. Saya sudah memasak banyak makanan hari ini," Hana meletakkan makanan terakhir di hadapan Nico.     

Melihat makanan di atas meja, ia tidak lagi memedulikan Anya, Aiden, atau pun foto yang ada di grup chat mereka.     

Saat Nico makan, Anya mengajaknya bicara. "Kemarin malam Raka baru saja bertunangan, tetapi mengapa ia menginap di rumahmu? Apakah kamu tidak takut Natali mencarimu?"     

Nico mengangkat kepalanya dan menatap Anya, "Aku bilang pada Raka bahwa Natali dan Yura bekerja sama untuk mencelakaimu. Setelah pesta pertunangannya selesai, Raka langsung meninggalkan Natali dan tidak kembali."     

"Apa yang Raka katakan?" tanya Anya.     

"Raka khawatir padamu. Aku mengingatkan padanya agar tidak membela Natali. Tetapi karena Natali sekarang sudah menjadi tunangannya, ia tidak bisa mengabaikan Natali begitu saja," Nico menghela napas panjang. "Raka terlalu bodoh. Ia terlalu bersikeras pada pendiriannya dan tidak bisa digoyahkan."     

"Ia memang harus melindungi tunangannya. Tetapi kalau orang tersebut tidak layak dilindungi dan ia bersikeras, itu artinya ia bodoh," suara Anya terdengar dingin. "Kali ini, aku tidak akan pernah memaafkan Natali."     

"Aku mengerti, Bibi. Jangan khawatir. Yura akan menjadi saksi dan Natali tidak akan bisa melarikan diri," kata Nico.     

"Aku sudah selesai. Minggu depan, aku akan mengikuti kompetisi parfum. Jadi aku harus bersiap-siap. Kamu makanlah dulu," Anya bangkit berdiri dan kembali ke ruang parfumnya.     

Nico merasa bosan harus makan sendirian. Setelah menyendokkan beberapa suap, Nico memutuskan untuk membawa makanan itu kembali ke rumah dan makan bersama dengan Raka.     

Ketika ia kembali ke rumahnya, ia melihat Raka sudah bangun dan baru saja mandi.     

"Raka, ayo makan. Aku baru saja membawa makanan dari rumah bibiku. Sepertinya hari ini ia beristirahat di rumah," kata Nico sambil meletakkan bungkusan makanan di atas meja.     

"Bagaimana keadaannya?" tanya Raka dengan khawatir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.