Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Makan Malam Bersama



Makan Malam Bersama

0"Aiden, apa sebenarnya rencanamu?" tanya Anya sambil memelototi suaminya.     
0

"Apa yang ingin kamu ketahui?" Aiden balik bertanya pada Anya.     

"Kita baru saja tiba, tetapi kamu bilang pada Raka kita sudah ada di hotel ini sejak tadi siang. Sekarang, kamu ingin mengajaknya untuk makan malam bersama. Kamu ingin membuktikan kepada Raka bahwa kita sudah pergi dari kota sejak tadi siang. Kalau nanti Natali ingin melaporkan bahwa kita menculiknya, kamu ingin menggunakan Raka sebagai alibi," gumam Anya.     

Aiden hanya mengangguk. "Ia bilang akan segera tiba di sini," Aiden tidak menyangka Raka akan setuju untuk makan malam bersama dengan mereka.     

Anya melihat ke sekelilingnya dengan gugup. "Kalau Raka bertanya ke mana kita pergi tadi siang, apa yang harus aku jawab?"     

"Terserah kamu saja," kata Aiden dengan tenang.     

"Aku tidak sepintar kamu. Bagaimana kalau aku keceplosan?" Anya merasa cemas.     

"Ada peternakan kuda di bagian barat hotel ini. banyak pengunjung hotel ini yang pergi ke sana. Di bagian timur ada perkebunan, tempat untuk berjalan-jalan. Tadi kita datang dari arah selatan, di mana ada taman dan tempat peminjaman sepeda. Di sana juga ada danau tempat memancing. Kalau Raka bertanya, kita akan mengatakan bahwa tadi siang kita menghabiskan waktu di danau untuk memancing dan bersepeda mengelilingi danau," kata Aiden, menjelaskan situasi di sekitar mereka.     

Anya tertawa mendengar penjelasan suaminya. "Tidak heran kamu sama sekali tidak gugup. Ternyata kamu sudah pernah ke sini. Memancing dan naik sepeda, aku ingat."     

"Ia datang," Aiden melihat Raka datang dari seberangnya sehingga ia langsung berbisik, memperingatkan Anya.     

Anya langsung bangkit berdiri dan duduk di samping Aiden. Begitu tiba, Raka langsung duduk di tempat Anya sebelumnya, di hadapan Aiden dan Anya.     

Tangannya terhenti sejenak saat memegang kursi yang ia duduki saat ini. Anya baru saja duduk di tempat ini.     

Aiden melihat semua itu secara jelas seperti gerakan yang sangat lambat. Ia tahu bahwa Raka masih belum bisa melupakan istrinya.     

"Raka, jarang-jarang kita bisa bertemu pada saat liburan. Itu sebabnya aku mengajakmu untuk makan malam dan minum bersama. Apakah aku mengganggu istirahatmu?" kata Aiden sambil sedikit melirik ke arah istrinya.     

Anya terdiam sejenak, bingung karena ia tidak memahami apa arti tatapan suaminya.     

Aiden mengelus kepala Anya dengan lembut dan berkata, "Bantu aku tuangkan anggurnya untuk Raka."     

"Ah!" Anya langsung terlihat sedikit malu. Ia menuangkan anggur untuk Raka, kemudian Aiden dan terakhir untuk dirinya sendiri.     

Melihat Aiden tidak berkomentar, Anya tahu bahwa ia menuangkan anggur dengan urutan yang tepat. Raka adalah tamu mereka sehingga ia menuangkan anggur itu untuk Raka terlebih dahulu. Kemudian, ia menuangkan anggur untuk Aiden karena Aiden adalah suaminya.     

Aiden memesan cukup banyak kebab dan yakitori, seolah mengetahui bahwa akan ada orang yang bergabung dengan makan malam mereka. Makanan di restoran ini cukup mahal dibandingkan restoran pada umumnya, tetapi semua bahan yang digunakan sangat segar.     

Di tempat ini banyak perkebunan dan sawah untuk menghasilkan sayuran. Ikan segar juga bisa didapatkan secara langsung dari danau.     

Restoran ini seharusnya tutup pada pukul setengah dua belas. Hanya ada satu tamu di restoran tersebut, tetapi pemiliknya enggan menutup restorannya karena terlalu sibuk memandang tamu-tamu mereka yang tampan dan cantik.     

"Aku akan membayar uang lembur kalian semua," kata pemiliknya sambil menguap. "Tanyakan kepada mereka apa yang ingin mereka pesan."     

"Di luar banyak nyamuk. Mereka bertiga begitu tampan dan cantik. Kalau mereka makan di luar, wajah mereka bisa bengkak karena gigitan nyamuk," kata salah satu pelayan.     

"Bu, kami bersedia untuk lembur tanpa bayaran. Kami juga ikut senang bisa melayani meja ini."     

"Mereka sangat cantik dan tampan. Apakah mereka artis?"     

"Dua orang yang duduk bersebelahan tampaknya adalah sepasang kekasih. Tetapi pria yang di hadapan mereka juga memandang wanita itu dengan tatapan penuh cinta. Aku rasa pria itu juga menyukainya."     

"Wow. Wanita itu sangat beruntung bisa dicintai dua pria tampan."     

"Mengapa harus dia yang duduk di tempat itu? Mengapa bukan aku?" kata salah satu pelayan restoran dengan cemburu.     

Pemilik restoran itu hanya tertawa sambil mengambil tasnya. Kemudian, ia berkata sebelum pergi. "Jangan lupa kunci pintunya. Jangan iri pada orang lain. Apakah kamu tidak lihat betapa cantiknya wanita itu?"     

Pelayan tadi langsung mengerucutkan bibirnya. Walaupun ia merasa iri, ia harus mengakui bahwa Anya benar-benar cantik.     

Pemilik restoran tersebut menghampiri meja mereka dan berkata, "Restoran kami seharusnya sudah tutup. Tetapi kelihatannya kalian datang dari jauh. Kami akan memperpanjang jam buka kami hingga jam dua pagi. Kalian bisa makan dan minum sambil bersantai."     

"Terima kasih, Bu. Kami akan membayar lebih," kata Aiden.     

Anya menatap Aiden dengan terkejut. Pemilik restoran tersebut sampai menghampiri mereka untuk berpamitan. Ternyata restoran ini masih buka hanya untuk melayani mereka bertiga.     

Tentu saja mereka harus membayar biaya lebih untuk para pelayan yang bersedia lembur.     

Begitu Aiden mengatakan bahwa ia bersedia membayar para pelayannya, pemilik restoran tersebut merasa senang. "Kamu sangat baik. Terima kasih."     

"Maafkan kami. Kami tidak tahu kalau …" Anya menatap para pelayan dengan tidak enak hati.     

"Tidak apa-apa. Kami bersedia untuk bekerja hingga malam. Beberapa tamu hotel juga kadang-kadang memanggil kami ketika mereka membutuhkan sesuatu," kata salah satu pelayan.     

Sudah lama mereka tidak melihat tamu seperti artis. Mereka tidak keberatan kerja lembur tanpa dibayar, apa lagi sepertinya ada gosip yang panas di antara ketiga tamu ini.     

"Bersantailah," kata pemilik restoran tersebut sebelum pergi.     

Kebaikan hati pemilik restoran tersebut membuat suasana hati Anya membaik.     

Aiden dan Raka sedang berbincang-bincang mengenai properti dan tanah. Sementara itu, Anya sama sekali tidak tertarik dengan harga tanah, harga rumah, harga bahan-bahan bangunan dan sebagainya. Setelah itu, pembicaraan mereka semakin berat, membahas mengenai situasi ekonomi internasional, krisis keuangan dan inflasi …     

Sudah Anya duga, kalau dua pria pebisnis duduk bersama, obrolan mereka pasti akan sangat berbobot.     

Anya merasa bosan karena tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia hanya bisa makan, makan dan terus makan …     

Setelah berbincang-bincang cukup lama, Anya tidak lagi gugup karena Raka sama sekali tidak bertanya ke mana mereka pergi tadi siang. Anya merasa Raka tidak ingin tahu ke mana mereka pergi untuk menjaga hatinya sendiri.     

Setelah makan, Anya mengambil gelas anggurnya di meja. Tetapi saat ia mau minum, gelas anggur itu langsung diambil oleh Aiden, digantikan dengan gelas yang berisi air mineral.     

Walaupun Anya merasa enggan, ia tidak berani melawan dan mengikuti apa kata suaminya.     

Padahal Anya sangat menyukai anggur restoran ini karena anggur itu khas buatan daerah ini. namun, Aiden selalu menghalanginya ketika ia mau minum.     

Sesekali, Anya mengambil gelas Aiden dan meminumnya ketika Aiden sedang lengah …     

Tetapi, tidak ada yang bisa terlewatkan dari mata Aiden. "Jangan nakal. Anggur ini memang enak, tetapi kadar alkoholnya juga cukup tinggi. Jangan minum lagi," Aiden menjauhkan gelas anggurnya dari Anya.     

Nada suaranya sama sekali tidak menegur atau menyalahkan Anya, malah terdengar penuh dengan sayang.     

Wajah Anya memerah karena malu. Ia ketahuan ingin mengambil anggur Aiden di hadapan Raka dan Aiden langsung menegurnya.     

Raka bahkan ikut tertawa kecil melihatnya. "Aku tidak menyangka ternyata kamu bisa bersikap seperti ini," kata Raka sambil tertawa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.