Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tetangga Baru



Tetangga Baru

0"Tara, mulai hari ini, kamu adalah bagian dari keluargaku. Ini adalah hadiah pertunanganmu dari Indah. Simpanlah," kata Bima, menyambut Tara sebagai anggota keluarganya yang baru.     
0

Maria langsung mengeluarkan kotak yang diberikan oleh Indah dan membukanya di hadapan Tara. Kotak itu berisi satu set perhiasan yang terbuat dari berlian.     

Terdapat sepasang anting, gelang dan cincin berlian yang berkilauan. Satu set perhiasan ini saja sudah bernilai ratusan juta rupiah.     

Mata Tara terbelalak lebar karena ketakutan. Indah adalah bibi dari Lisa. Itu artinya, seharusnya satu set perhiasan ini adalah hadiah pertunangan untuk Lisa. Tetapi pada akhirnya perhiasan ini harus diberikan kepada Tara sebagai hadiah permintaan maaf.     

Walaupun perhiasan itu sangat indah dan mahal, Tara tidak bisa menerimanya.     

"Terima kasih atas kebaikanmu, kakek. Tetapi aku tidak bisa menerima hadiah semahal ini. Setiap hari aku bekerja di klinik dan aku tidak bisa menggunakan benda-benda semahal ini. Kalau disimpan di rumah, aku takut akan menghilangkannya," Tara menolak dengan halus.     

Melihat bahwa Tara benar-benar enggan menerimanya dan bahkan tidak mau menyentuhnya sama sekali karena takut, akhirnya Maria berkata, "Ini adalah hadiah untukmu, jadi ini adalah milikmu. Aku akan menyimpannya untukmu kalau kamu takut menghilangkannya. Saat kamu pergi pesta dan membutuhkan perhiasan, kamu bisa datang ke rumah."     

"Aku …"     

"Kalau kamu takut menghilangkannya, biarkan ibuku yang menyimpankannya untukmu. Ini sudah malam dan waktunya istirahat. Kakek Tirta, kami akan mengantarmu pulang," kata Nico, angkat bicara untuk membantu Tara.     

"Ke mana kalian akan pergi?" Bima langsung mencegah Nico pergi.     

"Aku dan Tara akan tinggal di rumahku sendiri, di sebelah rumah paman dan bibi. Dengan begitu, Tara bisa memeriksa keadaan bibi sewaktu-waktu. Dan aku juga bisa banyak belajar dari paman. Bukankah itu ide yang bagus?"     

Nico sudah memikirkan berbagai macam alasan untuk keluar dari rumah ini. Ia tidak ingin selamanya tinggal di rumah Keluarga Atmajaya, di bawah pengawasan kakek dan ibunya.     

"Pamanmu tidak mau kembali ke rumah ini dan sekarang kalian juga berniat pindah. Aku akan sendirian di rumah ini," kata Bima dengan sedih.     

Nico langsung menghampiri kakeknya dan membujuknya. "Kakek, jangan seperti ini. Kami akan menemanimu makan malam setiap akhir pekan. Kakek Tirta juga bisa datang dan menemanimu. Selain itu, Tara dan bibi kan berteman dekat. Siapa tahu Tara bisa membujuk bibi untuk sering-sering pulang ke rumah. Kalau bibi mau datang ke rumah ini, bukankah paman juga pasti akan datang?"     

"Benar juga, Ayah. Tara dan Anya kan berteman dekat. Mungkin kalau Nico dan Tara tinggal di rumahnya sendiri, mereka bisa membujuk Aiden dan Anya untuk lebih sering pulang ke rumah ini," Maria menimpali.     

Bima mengangguk-angguk. Mungkin memang benar apa yang Nico katakan. Akan lebih menyenangkan kalau Aiden dan Anya sering datang. Dengan begitu, setelah mereka melahirkan dan punya anak nanti, ia bisa sering bertemu dengan cucunya!     

"Bagaimana menurutmu, Tirta? Apakah kamu mau makan malam di sini setiap akhir pekan?" tanya Bima.     

Tirta tertawa mendengarnya. Ia juga seorang pria tua yang hidup sendiri. Apa lagi, sekarang cucunya tidak akan tinggal lagi bersamanya. Ia juga merasa kesepian. "Baiklah. Kita bisa berkumpul setiap akhir pekan. Aku akan datang di siang hari supaya kita bisa main catur terlebih dahulu."     

Bima ikut tertawa dan mengangguk-angguk.     

"Sampai jumpa di akhir pekan!" Nico sudah tidak sabar untuk kembali ke guanya sendiri.     

Begitu Tara dan Nico pulang bersama dengan Tirta, Maria langsung menelepon Anya. "Anya, apakah kamu sudah tidur?"     

"Belum, Kak. Ada yang bisa aku bantu?" Anya baru saja selesai mandi dan berganti pakaian.     

"Nico dan Tara akan tinggal di sebelah rumah kalian. Aku akan menyuruh seseorang untuk mengirimkan sprei baru. Tolong katakan pada Bu Hana untuk membersihkan dan menghias rumah itu. Nico dan Tara akan tidur di kamar yang berbeda. Aku mengatur kamar Tara di samping kamar Nico," kata Maria.     

"Jangan khawatir, Kak. Aku akan meminta tolong pada Bu Hana. Nico dan Tara sama-sama sibuk bekerja. Kalau mereka tidak sempat memasak, aku akan mengajak mereka makan di rumah," kata Anya dengan senang.     

Memikirkan bahwa Tara akan tinggal di samping rumahnya, Anya merasa sangat senang hingga tidak bisa menghapus senyum di wajahnya.     

Ia mendapatkan tetangga baru!     

"Anya, jangan terlalu mengurus mereka. Biarkan mereka saling mendekatkan diri satu sama lain. Siapa tahu perasaan mereka semakin berkembang."     

"Aku tahu, Kak." Anya keluar dari kamarnya sambil berbincang-bincang dengan Maria. Hana langsung menghampirinya saat melihat Anya turun ke lantai bawah.     

''Nico sangat menyukai Tara. Hanya Tara yang bisa menyembuhkan sifatnya yang kekanakan dan ceroboh. Aku berharap mereka akan menikah," kata Maria sambil tersenyum.     

"Aku juga mengharapkan hal yang sama dengan kakak," Anya juga ikut tersenyum saat membayangkan pernikahan Tara dan Nico. "Kakak, Bu Hana ada di sampingku. Aku akan memberikan ponselnya padanya."     

Maria meminta tolong beberapa hal pada Hana dan kemudian menutup teleponnya.     

Setelah mendengar kabar tersebut, Hana dan beberapa pelayan lainnya langsung pergi untuk membersihkan rumah Nico.     

Setiap hari, akan ada pelayan yang membersihkan rumah tersebut. Tetapi karena Nico tinggal sendirian, ia tidak terlalu memperhatikan rumahnya.     

Hana hanya bisa membuat rumah itu lebih segar dengan menambahkan vas-vas bunga dan bunga segar milik Anya di beberapa tempat.     

Setelah beberapa saat, rumah itu terlihat seperti baru.     

Hana mengirimkan foto penampilan rumah itu kepada Anya. Anya merasa sangat puas saat melihatnya dan langsung mengirimkannya pada Maria.     

Maria terus menerus memujinya. "Anya, rumah Nico menjadi bagus karena bantuanmu."     

"Kakak, aku tidak melakukan apa pun. Semuanya adalah hasil kerja keras Bu Hana," kata Anya.     

"Bu Hana bilang, bunga-bunga segar itu semua milikmu. Terima kasih banyak! Lain kali, aku akan mampir dan masak untuk kalian semua."     

"Aku tidak akan menolak. Masakan kakak memang paling enak," Anya tertawa mendengarnya, membuat Maria ikut tertawa.     

Mereka berdua berbincang-bincang sebentar sebelum menutup telepon.     

Anya baru saja ingin tidur saat Nico dan Tara tiba.     

"Paman, bibi, kami datang," begitu masuk datang, suara Nico bergema di seluruh rumah.     

Anya keluar dari kamarnya sambil tersenyum. Aiden juga keluar dari ruang kerjanya dengan ekspresi kesal. Keningnya berkerut saat ia menegur Nico, "Mengapa kamu mampir ke sini?"     

"Aku datang untuk berterima kasih," Nico membawa buah-buahan, sementara Tara memegang sebuah tas kantung.     

Aiden mencibir melihat buah-buahan yang dibawa Nico. "Berterima kasih padaku hanya dengan membawa buah?"     

"Paman, aku dengar dari Tara kamu yang mencari kekasih Lisa dan mendorongnya untuk menikahi Lisa. Kalau Lisa tidak melarikan diri, aku mungkin akan terjebak di dalam pertunangan yang tidak aku inginkan. Tidak tahu berapa lama waktu yang aku butuhkan untuk membatalkan pertunangan itu!" kata Nico.     

"Aku sudah berjanji padamu kalau kamu mendapatkan sahamnya, aku akan membiarkanmu memilih pasangan hidupmu sendiri. Aku selalu menepati janjiku. Setelah masalah hari ini, Keluarga Srijaya sudah memutuskan hubungan dengan mereka dan tidak mau membiayai mereka. Kamu harus membantu Lisa dan kekasihnya. Tanpa Lisa, kamu tidak akan bisa mendapatkan saham itu," kata Aiden.     

Nico mengangguk berulang kali, "Paman, apakah kamu tahu ke mana mereka pergi?"     

"Tanyakan pada Harris," kata Aiden dengan tidak sabar, "Sudah malam dan bibimu harus banyak istirahat. Kalian pulanglah."     

"Anya, tadi kakekku memberikan banyak makanan untukku. Aku ingin membagikannya denganmu. Tubuhmu lemah dan kekurangan darah, jadi aku membawakanmu daging-dagingan, sayur hijau, kacang-kacangan, susu, dan ikan salmon. Semua bahan makanan ini sangat baik untuk dikonsumsi ibu hamil."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.