Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Jera



Jera

Natali langsung berlari dan menyerbu ke arah Anya. Namun, sebelum ia bisa mencapai Anya, Raka langsung menari tubuhnya dan memeluknya dari belakang.     

"Nat, tenanglah. Semua ini tidak ada hubungannya dengan Anya," kata Raka.     

"Ah!" Natali mengibas-ngibaskan tangannya, berusaha untuk menangkap Anya. Namun ia sama sekali tidak bisa menyentuh Anya sedikit pun.     

Ia berteriak dengan penuh marah dan bahkan menggigit bahu Raka seperti orang gila.     

Aiden hanya memandangnya dengan tidak peduli. Melihat bahu Raka yang digigit mengeluarkan darah, ia langsung berkata pada dokter dan suster yang mendampingi Natali, "Dokter, segera obati luka di bahu Raka. Kita tidak tahu apakah Natali menderita penyakit AIDS atau tidak. Ini berbahaya untuk Raka."     

"Tuan …" dokter itu terkejut mendengar peringatan Aiden.     

Benar apa kata Aiden, Natali sudah diperkosa oleh orang yang tidak dikenal. Tidak tahu apakah orang tersebut benar-benar bersih atau tidak. Siapa tahu orang-orang tersebut menularkan penyakit padanya?     

Raka sadar dan memahami apa maksud Aiden. Ia berusaha menahan rasa sakit di bahunya. "Natali, tenanglah." Kemudian, ia berbalik ke arah Anya dan Aiden. "Tolong jangan tersinggung dengan perkataan Natali. Apakah kalian sudah mau pulang?"     

"Setelah menginap dua hari, sepertinya kami harus kembali bekerja. Anya juga akan segera mengikuti kompetisi parfum," kata Aiden sambil memeluk pinggang Anya.     

"Aku harap kamu bisa menang," kata Raka.     

"Terima kasih, Raka. Jangan lupa obati lukamu dan berhati-hatilah," Anya menatap Raka dan Natali dengan cemas.     

"Aku akan berhati-hati. Maaf sepertinya aku tidak bisa mengantar kalian," Raka berusaha untuk menghentikan Natali dan menyeretnya ke tempat tidur.     

"Jangan pergi. Aku tidak akan membiarkanmu pergi!" Natali berteriak dan meronta-ronta. Ia menangis dengan pahit. "Raka, mengapa kamu tidak percaya padaku? Anya dan Aiden lah yang menculikku. Mereka yang telah membuatku jadi seperti ini …"     

"Nat, aku tahu sulit bagimu untuk menerima apa yang terjadi padamu, tetapi kamu tidak bisa menuduh Anya sembarangan," wajah Raka terlihat serius. Ia hanya merasa kasihan pada Natali.     

Tidak ada rasa cinta di hati Raka untuk wanita yang menangis di hadapannya ini.     

"Anya yang melakukannya. Anya yang menyuruh Yura untuk menemuiku sehingga aku harus kabur dari supirmu. Tetapi setelah aku tiba, Anya malah menculikku," teriak Natali.     

"Apakah kamu melihat kami dengan mata kepalamu sendiri?" tanya Aiden dengan santai.     

"Iya! Aku melihat kalian berdua di ruangan bawa tahan itu. Mereka menyuntikkan obat pada dua pria yang menjijikkan itu dan mengunciku bersama dengan mereka berdua di ruangan itu. Ah … Ah!!!" ketika memikirkannya lagi, Natali langsung meraung dan menangis.     

Kakinya meronta-ronta, menendang apa pun yang ada di sekitarnya. "Raka, mereka yang melukaiku. Mereka harus mati!"     

Raka menatap Natali yang meronta di pelukannya dengan dingin. "Kapan kamu melihat mereka?"     

"Kemarin lusa. Setelah aku meninggalkan supirmu, mereka menculikku," Natali menangis dengan heboh dan berkata sambil menggertakkan giginya. "Raka, kamu harus membalaskan dendamku. Anya yang telah membuatku seperti ini. Bunuh dia! BUNUH!"     

"Kemarin lusa, Aiden dan Anya ada di hotel ini untuk berlibur. Semua orang di hotel ini bisa menjadi saksi. Aku bahkan makan malam dan minum anggur bersama dengan mereka."     

Suara Raka menjadi semakin dingin. "Aku tidak tahu apa yang kamu lakukan setelah kamu meninggalkan supirku. Aku tidak tahu apa yang membuatmu menjadi seperti ini. Aiden bahkan memberikan kamarnya agar kamu bisa beristirahat dan memulihkan diri di sini selama beberapa hari, tetapi kamu malah ingin membunuh istrinya."     

"Mengapa kamu tidak percaya kepadaku. Mengapa? Kemarin lusa, di malam hari, aku benar-benar melihat Anya. Anya telah melukaiku. Wanita jalang, mati kau!" Natali benar-benar menggila. Ia bahkan berusaha untuk mencakar Raka yang memegangnya. Dokter yang mendampingi langsung memberikan suntikan penenang pada Natali.     

Untuk mencegah agar Natali tidak menghancurkan kamar itu, Raka menyuruh dokter dan suster itu untuk mengikat Natali di tempat tidur.     

Emosi Natali terlalu kacau. Ia sudah benar-benar gila dan menghancuskan semua barang yang ia lihat. Saat baru bangun tadi, ia mencakar wajah suster yang menjaganya sehingga wajah suster itu terluka.     

Setelah mengikat Natali di tempat tidur, Raka meninggalkannya dan memandang ke arah Anya dan Aiden dengan tidak berdaya.     

"Aku akan mengangtar kalian," Raka meninggalkan ruangan dan mengantar mereka hingga ke lift.     

"Raka, jangan lupa mengobati luka di bahumu," kata Anya.     

Raka mengangguk. Ia terlihat ragu sejenak dan kemudian berkata, "Anya, aku dengar pada saat pesta pertunanganku, kamu diculik oleh dua orang pria. Natali bilang bahwa dua pria yang menculiknya itu adalah orang suruhanmu …"     

"Dari pada bertanya pada kami, seharusnya kamu bertanya pada Natali mengapa ia mengenal orang yang menculik Anya," kata-kata Aiden langsung menyela pertanyaan yang akan keluar dari mulut Raka.     

"Aku mengerti. Hati-hati di jalan!" Raka menahan napasnya di dada.     

Natali adalah tunangannya, menantu Keluarga Mahendra. Kalau benar Aiden yang melakukan semua ini, ini sama saja dengan mempermalukan nama Keluarga Mahendra.     

Tidak. Sebenarnya, Natali lah yang telah mencewakannya dan menghancurkan nama baik keluarganya.     

Siapa yang tahu kalau tunangannya itu malah ingin mencelakai saudaranya sendiri pada saat pesta pertunangan.     

Raka hanya bisa bersyukur karena Anya baik-baik saja. Anya tidak terlihat trauma dan ketakutan selama dua hari terakhir ini.     

Mungkin, Aiden mengajaknya ke tempat ini untuk berlibur karena takut penculikan yang terjadi padanya akan mempengaruhi sisi psikologisnya.     

Begitu Anya dan Aiden pergi, Nico datang untuk menanyakan kondisi sahabatnya. Ia melihat Raka berdiri di depan pintu dari kejauhan. Dari waktu ke waktu, teriakan dan tangisan Natali terdengar dari dalam ruangan.     

Ia menghampiri Raka dan menepuk bahunya. "Beristirahatlah di kamarku sebentar. Aku tahu kamu tidak bisa tidur kemarin malam."     

"Aku tidak punya waktu untuk tidur. Aku harus mencari tempat yang tenang," Raka merasa tinggal di hotel ini bukan solusi yang tepat. Natali terlalu berisik dan ia bisa mengganggu semua tamu.     

"Beristirahatlah. Aku akan membantumu mencari tempat tinggal," Nico memang tidak menyukai Natali, tetapi Raka adalah sahabatnya. Akhirnya Nico menawarkan bantuan pada Raka.     

Kalau saja, Natali tidak mencari masalah dengan Anya, Aiden tidak akan memperlakukannya dengan kejam seperti ini.     

Natali menyuruh dua orang untuk memperkosa Anya dan bahkan memasang kamera untuk merekamnya.     

Oleh karena itu, Aiden menggunakan cara yang sama untuk menghukum Natali.     

Natali tidak bisa tahan lagi. ia benar-benar ingin mati dan menangis seperti orang gila. Ia benar-benar ingin membunuh Anya.     

Raka menatap Nico dengan penuh terima kasih. "Kamu memang yang terbaik. Mengapa kamu bukan wanita? Kalau kamu seorang wanita, aku akan langsung menikahimu."     

"Kalau kamu wanita, aku juga akan menikahimu," kata Nico sambil tertawa. Ia merangkul bahu temannya dan berjalan menuju lift bersama-sama. Mereka terlalu malas untuk memedulikan tangisan Natali.     

Menurut Natali, melukai orang lain bukanlah kejahatan tetapi orang lain tidak boleh melakukan hal yang sama kepadanya?     

Logika macam apa itu?     

Orang seperti Natali harus menderita agar ia bisa jera.     

Natali yang terikat di tempat tidur sama sekali tidak bisa bergerak. Namun, tunangannya malah meninggalkannya.     

Ia menjadi semakin marah. Matanya penuh dengan kebencian seperti seekor ular yang beracun. "Anya, tunggu saja. Kamu akan merasakan penderitaan ribuan kali lipat dari yang aku rasakan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.