Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Bagian Keluargaku



Bagian Keluargaku

0"Itu adalah permintaan maaf. Kalau Keluarga Atmajaya menerima hadiah itu, itu artinya kami sudah memaafkan Keluarga Srijaya atas kejadian hari ini dan hubungan di antara kedua keluarga tidak akan terpengaruh,"kata Aidne.     
0

"Sepertinya kaburnya Lisa dari pertunangan ini bukan hal yang buruk," kata Anya sambil tersenyum.     

Aiden melihat kotak itu dari jauh. "Aku rasa hadiah itu adalah perhiasan."     

"Bibi Indah adalah bibinya Lisa. Ia ingin memberikan hadiah itu untuk keponakan satu-satunya di hari pertunangannya. Perhiasan itu pasti sangat berharga. Sayang sekali Lisa melarikan diri. Beruntung sekali Tara bisa mendapatkannya," kata Anya dengan senang seolah ia yang mendapatkan hadiah.     

"Hmm …" Aiden mengangguk. "Lisa bisa bersama dengan pria yang dicintainya. Nico juga pada akhirnya bertunangan dengan Tara. Selain itu, Tara juga mendapatkan hadiah perhiasan."     

Setelah itu, Aiden menoleh dan tersenyum pada istrinya."Aku akan memberimu hadiah perhiasan saat ulang tahunmu nanti."     

"Apakah kamu pikir aku akan sungkan dan menolak?" Anya tertawa. "Ulang tahunku tanggal 19? Apakah kamu sudah siap memberiku hadiah?" tanya Anya dengan sengaja.     

"Aku sudah menyiapkannya," jawab Aiden dengan misterius.     

Natali melihat Aiden dan Anya sedang berbincang dan tertawa dari kejauhan. Sementara itu, Raka bersikap dingin dan mengabaikannya. Hal ini membuatnya semakin kesal.     

Pada akhir pesta pertunangan ini, Ivan dan Nico bertanggung jawab untuk tinggal sampai akhir, menunggu para tamu pulang. Sementara Bima pulang terlebih dahulu untuk beristirahat karena usianya yang sudah tua.     

Karena sedang hamil, Anya diperbolehkan untuk pulang terlebih dahulu bersama dengan Aiden. Aiden menyelimuti tubuh istrinya dengan jaket panjang dan berjalan keluar dari hotel sambil merangkul pundaknya.     

Pengawal Aiden melihat kedatangan mereka sehingga ia langsung menjemput mereka di depan pintu lobby.     

Saat ia hendak naik ke dalam mobil, Anya melihat Natali berada di mobil Keara.     

���Aiden…" Anya langsung mengingatkan suaminya.     

"Aku juga melihatnya. Tidak usah diperhatikan," kata Aiden.     

"Dua orang yang sama-sama tidak menyukaiku sedang bersama. Aku yakin mereka pasti membahas bagaimana cara mencelakaiku," kata Anya.     

Aiden mengelus kepala istrinya dengan lembut. "Ternyata kamu tidak sebodoh itu."     

"Aku tidak bodoh," gerutu Anya. "Aku harus lebih berhati-hati lain kali." Begitu masuk ke dalam mobil, Anya menceritakan percakapannya dengan Natali tadi.     

"Aku merasa Natali sedang memberiku peringatan."     

"Jangan takut. Ada aku," Aiden memeluk tubuh Anya dan mengecup puncak kepalanya.     

Berada di pelukan Aiden membuat Anya merasa hangat dan aman. Mungkin ia terlalu banyak berpikir.     

Natali mau melawan Aiden? Wanita itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan suaminya. Mengapa ia harus takut?     

…     

Malam setelah pesta pertunangan, Tara dan Tirta ikut kembali ke rumah Keluarga Atmajaya untuk membahas mengenai masalah ini.     

"Tara, maafkan kami. Aku tidak bisa menghentikan Nico sehingga ia memaksamu untuk bertunangan dengannya. Kalau kamu tidak mau bersama dengan Nico, apakah kamu bersedia menunggu? Aku akan mencari alasan untuk membatalkan pertunangan kalian. Tidak akan ada yang memaksamu," kata Bima, membuka obrolan.     

Situasi hari ini bisa dibilang adalah pertunangan paksa. Nico memaksa Tara untuk bertunangan dengannya agar Keluarga Atmajaya tidak malu.     

"Tara, kamu tahu kan Nico menyukaimu. Hari ini ia memang berbuat seenaknya, tetapi perasaannya padamu benar-benar tulus. Aku tidak tahu bagaimana dengan perasaanmu, tetapi aku berterima kasih karena kamu tidak menolaknya. Aku juga setuju dengan kakeknya. Kalau kamu tidak ingin bertunangan dengan Nico, kami menghormati keputusanmu," kata Maria.     

"Tara, apakah kamu ingin pulang bersama kakek?" tanya Tirta.     

Semua orang memberikan pilihan ini kepada Tara, sementara Nico tidak ingin kehilangan Tara dari sisinya. "Kamu tidak boleh pergi. Kamu sudah bertunangan denganku dan sekarang kamu adalah tunangan Nico Atmajaya," kata Nico.     

Tara tertawa melihat kepanikan semua orang di sekitarnya. "Aku tidak bilang aku mau pergi. Hari ini tanggal 15 November. Kita bisa menjalani masa percobaan selama 3 bulan hingga tanggal 14 Februari. Kalau kita tidak cocok, kita bisa berpisah dengan damai. Bagaimana?"     

"Tidak masalah," Nico langsung menyetujuinya.     

"Ayo kita buat surat perjanjian dan menandatanganinya di hadapan orang tua kita," kata Tara dengan serius.     

"Aku tidak mau terikat kontrak," Nico tidak menyukai hal yang rumit dan ia tidak mau terikat oleh kontrak.     

"Kalau kamu tidak mau menandatangani surat perjanjian, aku akan pulang bersama kakekku saat ini juga. Setelah tiga bulan, aku akan langsung mengeluarkan pernyataan pembatalan pertunangan kita," kata Tara dengan tegas.     

Nico tidak menyangka Tara akan segalak ini. "Aku tidak mau. Kalau aku menandatangani surat perjanjian semacam ini, mau ditaruh mana mukaku?"     

"Apakah kamu masih punya muka? Calon tunanganmu melarikan diri saat hari pertunangan. Kalau bukan karena pengorbanan Tara untuk berpura-pura di hadapan semua orang, kamu akan menangis sendirian di atas panggung," kata Bima dengan kesal.     

"Kakek, ini bukan salahku. Kamu yang menjodohkan aku dengan keluarga Lisa. Tetapi ternyata Lisa tidak menyukaiku dan malah melarikan diri. apa yang bisa aku lakukan?" Nico berpura-pura sedih di hadapan kakeknya.     

"Apakah kamu tidak memikirkan mengenai hal-hal konyol yang kamu lakukan? Kamu terlalu ceroboh dan tidak memedulikan reputasimu. Kamu tidak tahu apa yang orang luar katakan mengenai dirimu. Kamu bahkan tidak punya kekasih, tetapi kamu membanggakan diri dan mengatakan bahwa kekasihmu sebanyak pemain sepak bola. Hari ini, kamu telah membuat Tara susah. Untung saja Tara mau membantumu. Kalau tidak ada Tara, jadi apa kamu?" tegur Bima pada cucu kesayangannya.     

"Tara, bisakah kamu memberitahu kami isi dari kontrak itu? Aku akan mencoba membujuk Nico untuk menandatanganinya," kata Maria.     

Tara mengembalikan tas milik Maria. Ia sama sekali tidak mengambil hadiah yang ada di dalam tas itu. Setelah mengambil kembali tasnya, ia juga memberikan semua hadiah kepada Keluarga Atmajaya.     

"Aku tidak bisa menerima semua hadiah ini," walaupun Tara pecinta uang, ia bukan orang yang serakah. Ia tidak akan pernah mengambil sesuatu yang bukan miliknya.     

Kemudian, Tara mengeluarkan sebuah pulpen dan kertas dari tasnya, menuliskan sebuah kontrak.     

Setelah selesai, Nico langsung mengambilnya dan membacanya sekilas. "Aku sudah selesai membacanya. Selama aku menandatanganinya, kamu akan tetap menjadi tunanganku?"     

Tara mengangguk.     

"Tinggal di dalam satu atap, tetapi di dalam kamar yang berbeda. Tidak boleh melakukan kontak fisik tanpa seijin satu sama lain. Selama tinggal bersama, kamu akan melakukan pekerjaan rumah dan aku akan bertanggung jawab untuk membayar biaya sehari-hari. Selama tinggal bersama, kita berdua tidak akan mencampuri urusan masing-masing. Itu saja?" setelah membacanya, Nico merasa tidak ada yang salah dengan kontrak itu.     

Aturan-aturannya tidak sulit untuk diikuti.     

"Ya, itu saja. tandatangani kalau kamu setuju. Kalau tidak setuju, aku akan pulang bersama dengan kakekku. Kita bisa menganggap pertunangan hari ini tidak terjadi," kata Tara dengan tenang.     

"Aku akan menandatanganinya," kata Nico. Tara membubuhkan tanda tangannya di samping nama Nico. Penandatanganan surat perjanjian itu disaksikan oleh Bima, Tirta dan juga Maria.     

Setelah itu, Nico menyimpan foto surat kontrak itu sebagai bukti dan memberikan yang aslinya kepada Tara.     

"Tara, mulai hari ini, kamu adalah bagian dari keluargaku. Ini adalah hadiah pertunanganmu dari Indah. Simpanlah," kata Bima.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.