Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Wawancara Kerja



Wawancara Kerja

0Setelah sarapan, Aiden langsung pergi ke kantor bersama dengan Harris. Setelah Aiden dan Harris berangkat kerja, Anya segera bersiap-siap untuk pergi ke wawancara kerjanya.     
0

Ia masih terpana setiap kali membuka pintu lemarinya yang berisi berbagai pakaian mewah. Pakaian-pakaian itu terlalu mewah untuk ia gunakan saat ini sehingga pada akhirnya ia memutuskan mengenakan pakaian miliknya sendiri.     

Ia mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam yang terlihat sopan. Rambutnya yang panjang dikuncir, membuat lehernya yang panjang tampak menonjol. Pantulan dirinya dari cermin tampak seperti gadis kuliahan yang sedang mencari pekerjaan. Ia sama sekali tidak terlihat seperti seorang wanita yang sudah menikah.     

Ketukan pintu terdengar setelah Anya selesai berganti baju. Ketika Anya membuka pintu kamarnya, ternyata Hana yang sedang berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan senyum lebar. Sepertinya Aiden memberitahu Hana bahwa ia akan pergi wawancara kerja hari ini sehingga ia berinisiatif untuk membantu Anya bersiap-siap.     

"Anya, kamu cantik sekali hari ini," kata Hana saat melihat Anya sudah rapi. Pandangannya menyapu dari ujung kaki ke ujung kepala.     

Anya hanya tersenyum malu-malu untuk menjawab pujian Hana.     

Hana sedikit memiringkan kepalanya saat menatap wajah Anya, merasa ada sesuatu yang kurang. "Mungkin kalau kamu pakai lipstik, kamu akan terlihat lebih profesional," kata Hana.     

"Aku tidak punya lipstik. Aku tidak pernah memakainya," kata Anya sambil tersenyum canggung.     

Hana hanya berkedip saat mendengar hal itu. Sepertinya Anya tidak pernah menyentuh meja rias yang ada di dalam kamar gantinya sehingga ia tidak tahu bahwa meja rias itu dipenuhi dengan barang-barang untuknya.     

Ia mengajak Anya menuju ke meja rias tersebut dan membuka laci di hadapannya. Anya terkejut saat melihat berbagai merk lipstik mahal dengan warna yang berbeda-beda. Aiden tidak hanya menyiapkan setumpuk pakaian untuknya, tetapi juga berbagai macam alat make up yang bahkan ia tidak tahu namanya.     

Anya tidak pernah membuka-buka laci di kamar tidurnya secara sembarangan karena ia masih merasa bahwa semua ini bukan miliknya. Oleh karena itu ia sangat terkejut saat melihat berbagai macam alat rias yang sangat lengkap di dalam laci tersebut. Para wanita yang suka berdandan pasti akan merasa meja rias ini seperti surga ...     

"Anya, apakah kamu perlu make up artist? Ibu bisa memanggilnya untukmu," tanya Hana saat melihat Anya kebingungan.     

Anya sedikit melongo saat mendengar pertanyaan itu. Kehidupan orang kaya memang benar-benar berbeda ...     

"Tidak usah, Bu. Ini hanya wawancara kerja. Tidak perlu terlalu berdandan," jawab Anya sambil tersenyum.     

Seperti katanya, Anya tidak perlu menggunakan riasan yang berat. Ia hanya mengenakan sedikit bedak dan lipstik berwarna merah muda yang tidak terlalu kentara.     

Hana tersenyum saat menatap wajah Anya. Rasa puas bisa terlihat di wajahnya. "Anya, kamu memang memiliki kecantikan yang alami. Tanpa banyak riasan pun kamu sudah terlihat sangat cantik," kata Hana.     

Pipi Anya merona saat dipuji seperti itu. Ia mengucapkan terima kasih dengan malu-malu pada Hana.     

"Bu Hana, aku pergi dulu ya," pamitnya pada Hana.     

...     

Pukul 9.30, Anya sudah tiba di depan sebuah mall besar, diantar oleh Abdi. Toko Rose Scent, tempat ia akan diwawancarai, berada di dalam mall besar tersebut.     

"Nyonya, saya akan menunggu Anda di tempat parkir. Kalau Anda sudah selesai, Anda bisa menelepon saya. Saya akan menjemput Anda di tempat ini lagi," kata Abdi. Meskipun Anya sudah berulang kali meminta Abdi untuk tidak bersikap terlalu formal padanya, pria itu tetap berbicara dengan sangat hormat padanya. Pada akhirnya, Anya hanya bisa menyerah.     

"Baik, Pak. Terima kasih sudah mengantar saya," kata Anya sambil turun dari mobilnya.     

...     

Banyak orang sedang bersantai dan duduk-duduk di cafe mall tersebut. Dari pagi hari pun, mall tersebut sudah ramai dengan pengunjung yang berbelanja atau hanya berjalan-jalan. Saat melihat mobil hitam mewah berhenti di depan pintu masuk mall, semua orang langsung menatap mobil itu dengan penasaran. Mereka ingin melihat siapa pemilik mobil yang mewah itu.     

Dari dalam mobil, Anya bisa melihat keramaian di luar. Tetapi ia benar-benar harus turun. Ia tidak boleh terlambat menuju ke Rose karena ini adalah pekerjaan impiannya.     

Ia menarik napas dalam-dalam dan turun dari mobil ...     

Melihat Anya yang keluar dari mobil, semua orang mulai berbisik-bisik. Beberapa orang mengeluarkan ponsel mereka untuk mengambil foto Anya. Semua orang mengetahui wajah Anya dari berita yang beredar. Wajah Anya pernah terpampang di berita bersama dengan Aiden Atmajaya. Bagaimana mungkin orang-orang tidak mengenalinya?     

"Apakah kamu tidak takut mengambil fotonya? Bagaimana jika Keluarga Atmajaya menuntutmu?" tanya seseorang pada temannya yang mengeluarkan ponsel untuk mengambil foto Anya.     

"Aku tidak akan menyebarkannya ke internet. Setidaknya aku ingin mengirimkannya pada teman-temanku yang lainnya."     

Wanita itu hanya bisa pasrah melihat kelakuan temannya. Ia tidak ingin ikut campur dengan keluarga yang super kaya seperti Keluarga Atmajaya. Mereka adalah keluarga yang berbahaya.     

"Menurutmu, mengapa Aiden bisa jatuh cinta pada wanita ini ya? Lihat pakaiannya yang kumal itu. Tasnya juga murahan. Apa bagusnya dia dibandingkan Natali Tedjasukmana?"     

"Apa kamu tidak bisa lihat? Walaupun ia miskin, ia memiliki wajah yang sangat cantik. Pria mana yang tidak dibutakan oleh kecantikan seperti itu?"     

Temannya itu langsung mengangguk setuju. Tidak bisa dipungkiri bahwa Anya memang sangat cantik.     

"Ia hanya mengandalkan wajahnya untuk mencari pria kaya," jawabnya dengan pahit.     

...     

Tidak hanya dua orang itu saja yang membicarakan Anya di belakang. Hampir semua orang di sekitarnya menatap ke arahnya sambil berbisik-bisik atau menunjuk ke arahnya seolah Anya tidak bisa melihat semua itu. Entah apa yang sedang mereka bicarakan ...     

Anya melangkah dengan tegas. Ia tidak melakukan kesalahan, mengapa ia harus takut? Mengapa ia harus bersembunyi?     

Ia segera menuju ke toko Rose Scent dengan langkah yang berani, tidak memedulikan pandangan orang-orang di sekitarnya.     

Begitu tiba di toko, ia segera menghampiri salah satu pegawainya yang sedang berada di meja kasir. Toko itu baru saja buka sehingga masih belum ada pengunjung yang datang, hanya ada beberapa pegawai saja yang terlihat sedang membereskan etalase.     

"Selamat pagi," kata Anya.     

Sapaan itu membuat pegawai di meja kasir mengangkat kepalanya dan menatap Anya dengan heran.     

"Nama saya Anya. Saya datang untuk melamar pekerjaan menjadi seorang asisten parfumeur," kata Anya pada pegawai tersebut dengan sopan.     

Namun, Anya tidak mendapatkan balasan yang sama. Pegawai itu hanya menatapnya sejenak tanpa membalas sapaannya dan langsung berteriak dengan keras pada manajernya. "Manajer, ada yang datang untuk melamar pekerjaan." Kemudian, ia melanjutkan pekerjaannya lagi, sama sekali tidak mengajak Anya berbicara.     

Saat menunggu sang manajer untuk datang, Anya menyapukan pandangannya ke seluruh isi toko. Toko itu ditata dengan sangat elegan, didominasi dengan warna putih, krem dan merah muda, warna yang disukai oleh para wanita muda. Aroma toko itu juga sangat wangi, campuran berbagai macam parfum yang terpampang di etalase-etalasenya.     

Tatapannya mendarat pada dua orang pegawai lainnya yang sedang berbisik-bisik. Tidak perlu mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan. Dari lirikan mata mereka saja, Anya sudah tahu bahwa dua wanita itu sedang membicarakannya.     

Anya hanya bisa menghela napas panjang, berusaha untuk tidak memedulikan mereka.     

"Apakah itu dia?" bisik salah satu pegawai itu pada rekannya.     

"Hmm ... Sepertinya iya," jawab rekannya sambil melirik ke arah Anya, memastikan bahwa orang yang mereka lihat dan mereka pikirkan sama.     

"Ia yang merebut tunangan orang lain? Dasar tidak tahu diri..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.