Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pria Lain



Pria Lain

0Setelah panggilan mereka berakhir, Anya menunggu kepulangan Aiden di rumah. Waktu berlalu dengan cepat. Sudah beberapa jam Anya menunggu tetapi Aiden tidak pulang juga. Kepala Anya terus menoleh untuk menatap jam di dinding, namun dentang jam itu membuatnya merasa semakin cemas.     
0

Mengapa Aiden tidak kunjung pulang? Apakah ia lupa dengan janji kencan mereka? Apakah Aiden benar-benar marah padanya sehingga ia membatalkan kencan pertama mereka?     

Anya duduk di sofa ruang tengah dengan murung. Televisi di hadapannya menyala, buku di pangkuannya terbuka, tetapi Anya sama sekali tidak memedulikannya. Pikirannya seolah tidak berada di tempat itu.     

Hana hanya bisa tertawa kecil saat melihat tingkah Anya. Ia berpikir bahwa Anya sedang merindukan Aiden, padahal mereka baru saja berpisah sebentar. Dasar anak muda …     

Beberapa saat kemudian, suara mobil Aiden terdengar dari luar rumah. Mendengar hal itu, Anya langsung melompat dari tempat duduknya dan berlari menuju ke pintu depan.     

Aiden baru saja melangkah keluar dari mobil, tetapi ia bisa melihat Anya berlari ke arahnya. Wanita itu berlari dengan cepat seperti seekor kelinci kecil dan langsung melompat ke dalam pelukannya, menguburkan dirinya ke pelukan Aiden.     

Aiden terdiam sejenak saat menangkap tubuh wanita itu. Setelah itu ia sadar akan kehangatan wanita yang berada di pelukannya, membuat suasana hatinya merasa sedikit lebih baik. "Sepertinya, Nyonya Atmajaya hari ini sangat merindukan suaminya," goda Aiden sambil terkekeh. Tangannya menopang berat tubuh Anya dan ia menguburkan wajahnya di rambut Anya, mencium aroma wanita itu. Kemarahannya tadi seolah terlupakan karena wanita itu sekarang sudah berada di pelukannya.     

Anya tidak mengatakan apa pun dan hanya menguburkan wajahnya di pelukan Aiden. Ia merasa sangat lega mengetahui Aiden sudah pulang. Pria itu juga menggodanya. Mungkin Aiden sudah tidak marah lagi padanya. Air mata kembali menggenang di pelupuk matanya, mengancam ingin turun. Sepertinya, kejadian hari ini telah membuatnya menjadi sangat sensitif. Entah mengapa, air matanya terus mengalir seperti sungai yang tiada habisnya …     

Harris yang berdiri di pinggir hanya bisa mengerutkan keningnya. Ia merasa sedikit khawatir karena mereka masih berada di luar ruangan. Ia tidak mau cahaya matahari yang berlebihan mengganggu penglihatan Aiden. Tetapi melihat betapa senangnya Aiden saat ini, Harris memutuskan untuk tutup mulut.     

"Aiden, apakah kamu melupakan janji kencan kita?" kata Anya sambil mengangkat kepalanya, sementara tubuhnya masih memeluk Aiden. Matanya terlihat sedikit memerah dan sembab. Meski demikian, di mata Aiden, Anya masih tampak sangat menawan.     

"Tidak. Harris sudah merencanakan semuanya untuk kita," kata Aiden sambil melepaskan pelukannya. Kemudian, ia menggenggam tangan Anya, menguburkan tangan yang mungil di dalam genggaman tangannya yang besar.     

Saat berjalan menuju ke dalam rumah, Anya sedikit menoleh ke arah Harris dan mengucapkan terima kasih padanya. Asisten Aiden yang satu ini memang sangat bisa diandalkan. Ia bisa melakukan apa pun, sampai merencanakan kencan pula …     

"Apakah kamu lapar?" tanya Anya saat mereka duduk di sofa ruang tengah.     

"Tidak," jawab Aiden.     

"Apakah kamu ingin minum?" tanya Anya lagi.     

"Aku tidak haus," jawab Aiden dengan singkat     

"Kalau begitu, apakah …" Anya terus melontarkan pertanyaan, tidak bisa menutup mulutnya. Entah apa yang membuatnya menjadi seperti itu, rasa gugup atau rasa takut.     

"Anya," potong Aiden, "Apa yang mau kamu katakan padaku sebenarnya?"     

Anya menggigit bibirnya dan suaranya semakin pelan, "Aku bertemu dengan Raka tadi." Ia memutuskan untuk menceritakan pertemuannya dengan Raka di Rose Scent pada Aiden. Ia tidak mau kalau sampai Aiden mengetahuinya dari orang lain dan membuat kesalahpahaman tercipta di antara mereka. Apalagi, besok Aiden akan pergi ke luar negeri. Anya tidak mau hubungan mereka menjadi canggung saat Aiden akan pergi.     

"Jadi?" tanya Aiden sambil menatap lurus ke arahnya. "Apakah kamu mau berpisah denganku dan kembali padanya?" Tatapan pria itu tajam, seolah ingin mengorek isi hati Anya yang sebenarnya.     

Anya terperangah saat mendengar pertanyaan itu. Tidak pernah sekali pun terlintas di benaknya untuk meninggalkan Aiden dan kembali ke pelukan Raka. Tidak pernah sekali pun! Ia hanya menceritakannya karena ia tidak ingin menyembunyikan apa pun dari Aiden. Jika ia menyembunyikan hal ini, ia takut keadaannya akan semakin runyam.     

"Tidak!" katanya sambil menggelengkan kepalanya. "Bukan itu maksudku!"     

"Lalu? Mengapa kamu bertemu dengannya?" kata Aiden dengan dingin. Bukannya Aiden tidak tahu pertemuan antara Anya dan Raka, tetapi mendengar nama itu lagi dari mulut Anya membuat kekesalan di hatinya kembali muncul. Namun, ia juga ingin mendengarkan semua cerita ini dari sudut pandang Anya sendiri. Ia ingin tahu apa yang Anya pikirkan dan rasakan.     

"Aku tidak menemuinya. Kami tidak sengaja bertemu. Mana mungkin aku menemuinya secara sengaja. sekarang, aku sudah menjadi istrimu! Tetapi bukan berarti ia tidak akan datang mencariku lagi. Aku tidak bisa menghentikannya," kata Anya dengan pelan. Memang benar pertemuan hari ini bukan karena keinginannya. Ia tidak ingin Aiden salah paham padanya.     

Aiden tetap terlihat dingin seolah tidak mempercayai kata-kata Anya.     

"Aiden, aku tidak akan pernah melakukan apa pun yang akan mengecewakanmu. Aku bersumpah!" kata Anya dengan ketakutan saat melihat wajah Aiden yang tampak semakin menyeramkan.     

Aiden menatap wanita di sampingnya itu sambil sedikit mencibir, "Kalau sumpah bisa menyelesaikan segalanya, tidak akan ada orang yang melanggar janji di dunia ini."     

"Aku akan mengatakan pada Raka agar tidak menemuiku. Percayalah padaku," kata Anya, berusaha untuk meyakinkan Aiden.     

Aiden tidak memedulikan kata-kata Anya dan berkata pada Harris, "Harris, kalau sampai Raka Mahendra berusaha untuk menemui Anya lagi saat aku pergi, kamu bisa laporkan kepadaku. Dan aku minta untuk dibuatkan sebuah kurungan sesuai dengan tubuh Raka. Kalau sampai ia datang menemui Anya, tangkap dia dan masukkan ke dalam kurungan. Setelah itu tenggelamkan di danau belakang rumah."     

Harris yang berdiri di belakang mereka langsung menjawab dengan sopan, "Baik Tuan."     

"Kurungan?" Wajah Anya sedikit memucat saat mendengar hal itu. "Tidak perlu! Aku akan menanganinya sendiri. Aku bisa memintanya untuk tidak menemuiku lagi."     

Aiden menarik tangan Anya untuk mendekatkan tubuh wanita itu pada tubuhnya. "Lalu mengapa kamu menangis di mobil?" tanya Aiden sambil menatap Anya.     

Anya terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Tentu saja Aiden mengetahui segalanya. Tidak ada hal yang bisa disembunyikan dari pria itu …     

Untung saja Anya memutuskan untuk menceritakan mengenai pertemuannya dengan Raka. Kalau tidak, Aiden pasti sudah sangat marah padanya karena menyembunyikan hal ini. Tetapi ia tidak menyangka bahwa Aiden akan bertanya mengapa ia menangis.     

Binar di mata Anya meredup, matanya seperti diselimuti oleh awan gelap. Ia berbisik dengan suara yang lirih, "Aku sudah tidak ada hubungan lagi dengannya."     

Kata-kata itu bukannya membuat suasana hati Aiden membaik, tetapi ia malah semakin muram. Semua yang Anya katakan saat ini bukan karena ia benar-benar telah melupakan Raka, tetapi karena Anya ingin melindungi Raka. Wanita itu tidak ingin Aiden mendekati Raka dan menyakitinya. Itu sebabnya, Anya berkata akan menyelesaikan semuanya sendiri. Hal itu membuat Aiden semakin marah …     

Melihat kemarahan di wajah Aiden, Anya langsung berusaha menjelaskan, "Tiga tahun yang lalu, aku yang meminta untuk berpisah dengannya. Kami memang tidak cocok. Ia tidak cukup kuat untuk menentang orang tuanya," kata Anya sambil tersenyum pahit. "Tidak seperti kamu. Kamu selalu ada untukku."     

Aiden tidak mengatakan apa pun. Ia hanya menatap Anya yang merasa semakin gelisah dan terus berusaha untuk membujuknya. Namun, Aiden malah merasa semakin marah saat mendengar Anya berusaha untuk memohon demi Raka. Demi pria lain …     

Suasana antara mereka menjadi semakin suram. Harris dan para pelayan lainnya bergegas pergi untuk membiarkan Aiden dan Anya mengobrol berdua.     

Anya merasa sangat tak berdaya. Aiden tidak mau memaafkannya, tidak peduli apa pun yang ia katakan. Yah, memang ia bersalah. Mengapa ia harus menangisi pria lain padahal ia sudah memiliki suami. Apalagi pria yang ia tangisi adalah mantan kekasihnya.     

Ia benar-benar bodoh!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.