Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Rumor



Rumor

0Anya pergi dari Rose Scent tanpa menengok ke belakang lagi, meninggalkan Raka yang masih berdiri di tempatnya. Ia pergi dengan tergesa-gesa sambil berusaha menutupi air mata yang mulai mengalir di wajahnya. Ia tidak mau ada yang melihat kondisinya saat ini. Lebih baik ia segera meninggalkan tempat ini ...     
0

Sementara itu, Raka masih berdiri di tempatnya sambil menatap kepergian Anya. Dari jendela toko tersebut, ia bisa melihat punggung Anya yang perlahan semakin menjauh. Matanya tidak sekali pun lepas dari sosok itu …     

Setelah melihat Anya pergi, Raisa langsung menghampiri kakaknya. "Kakak, kamu serius masih merindukan Anya? Apakah kakak tidak tahu kalau wanita itu telah merebut tunangan Natali? Sekarang ia sudah memiliki kekasih yang kaya raya," kata Raisa sambil mengguncang tangan kakaknya, seakan berusaha untuk menyadarkan kakaknya. Padahal ia sebenarnya sedang menyiramkan minyak ke dalam api, berusaha untuk membuat suasana semakin panas.     

"Tunangan Natali? Apakah orang yang kamu maksud adalah Aiden Atmajaya?" tanya Raka sambil menoleh untuk menatap wajah adiknya. Kata-kata adiknya itu menarik perhatiannya, membuat pandangannya yang tertuju pada punggung Anya pun teralihkan. Wajahnya terlihat sedikit terkejut mendengar informasi yang baru diterimanya ini.     

"Iya. Masa kakak belum mendengar beritanya? Sekitar dua minggu yang lalu, Anya dan Aiden ketahuan berselingkuh. Foto mereka keluar dari hotel bersama menyebar di internet. Sehari setelahnya, Aiden langsung membatalkan pertunangannya dengan Natali," kata Raisa sambil mengamati wajah kakaknya dengan seksama, ingin melihat bagaimana reaksi kakaknya setelah mendengar berita itu. Ia sengaja meninggalkan beberapa bagian penting dan menceritakan apa yang ia inginkan saja.     

Raka mengerutkan keningnya saat mendengar hal itu. "Anya bukan wanita seperti itu. Pasti ada kesalahpahaman!" tatapan menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak mempercayai berita yang beredar.     

Raisa hanya bisa mendengus saat mendengar jawaban kakaknya. Tidak peduli apa pun yang ia katakan, kakaknya sama sekali tidak mempercayainya.     

Mata Raisa menyapu produk-produk aromaterapi yang berjejeran di etalase toko, tetapi ia sama sekali tidak tertarik pada satu pun barang di toko itu. Ia datang bukan untuk membelikan kakaknya aromaterapi. Itu hanyalah alasan yang ia buat karena ia sengaja ingin mendatangi Anya.     

Sebenarnya, Raisa memang tidak sengaja datang ke mall ini karena ia sedang ingin berbelanja. Pada saat ia asyik berjalan-jalan, ia mendengar berita bahwa Anya juga berada di mall yang sama dengannya. Oleh karena itu ia sengaja mendatanginya. Ia sengaja ingin membuat keributan dengan Anya.     

"Kakak, aku sarankan padamu jangan berhubungan dengan wanita itu lagi. Apakah kamu tidak kapok dengan kejadian yang dulu?" kata Raisa. Ia terlihat seperti seorang adik yang mencintai kakaknya, tidak mau kakaknya terjerumus ke dalam lubang yang sama.     

Mendengar kata-kata adiknya, wajah Raka langsung terlihat tak enak dipandang. "Raisa, jangan dengarkan rumor yang beredar. Kamu tahu sendiri bahwa semua orang suka menambahi bumbu pada cerita yang mereka dengarkan. Aku sangat mengenal Anya dan aku percaya padanya," jawabnya dengan dingin. "Apakah kamu sudah selesai? Ayo cepat kita pergi dari sini." Anya sudah tidak berada di tempat itu sehingga ia tidak mau berlama-lama di tempat ini lagi.     

Raisa bergegas menghampiri Ben dan menunjuk produk-produk yang hendak dibelinya, "Aku mau yang ini, ini dan ini. Bungkus semuanya. Ingat, jangan ada mugwort!"     

"Baik, Nona. Tolong tunggu sebentar," Ben segera menyuruh salah satu pegawai untuk membungkus semua produk pilihan Raisa.     

Sambil menunggu barang yang ia beli, Raisa melihat botol-botol kosong dengan berbagai macam bentuk yang indah di salah satu etalase, bersama dengan beberapa botol yang berisi berbagai macam rempah-rempah. Ia mengamati botol-botol itu dengan penasaran. "Manajer, apakah botol-botol ini untuk parfum?"     

"Ya, Nona. Apakah Anda ingin memesan parfum khusus?" jawab Ben sambil tersenyum. Ia benar-benar seperti seorang penjual yang sangat handal, berusaha menarik perhatian dari pelanggannya. "Toko kami juga menyediakan pesanan parfum khusus!"     

"Hmm … Mungkin lain kali aku akan datang lagi ke sini untuk memesannya!" kata Raisa. "Manajer, wanita bernama Anya itu melamar pekerjaan di toko ini sebagai apa?"     

Ben merasa sedikit tidak nyaman dengan pertanyaan itu karena sebenarnya pertanyaan itu terlalu personal. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena pelanggan adalah raja. "Asisten parfumeur, Nona."     

Tangan Raisa menyentuh botol-botol kaca yang berjejeran itu dengan lembut dan berkata dengan santai, "Wanita bernama Anya itu adalah pembawa bencana. Keberuntungan tidak pernah sekali pun berpihak padanya. Apakah kamu tidak khawatir mempekerjakan orang seperti itu di tokomu?" kata Raisa sambil melirik ke arah Ben. "Apakah kamu tidak khawatir suatu hari nanti Aiden Atmajaya akan marah dan datang untuk menghancurkan tokomu?"     

"Saya tidak memiliki kewenangan, Nona. Ibu Esther, pemilik toko ini, sendiri yang telah mewawancarai dan menerima Anya karena ia memenuhi persyaratan toko kami. Karena Ibu Esther sendiri yang menerimanya, berarti keahlian Anya pasti luar biasa. Selain itu, urusan pribadi Anya tidak ada hubungannya dengan kami. Namun, saya sangat berterima kasih atas perhatian Anda, Nona." Ben menjawabnya dengan pilihan kata yang tepat, tidak berusaha untuk merendahkan diri dan juga tidak terlihat angkuh.     

Raka mengerutkan keningnya ketika mendengar kata-kata adiknya. Ia merasa kesal karena Raisa terus saja mengoceh di depan umum, apalagi tempat ini adalah tempat kerja Anya. Raka langsung menegurnya, "Raisa, tutup mulutmu!"     

Raisa terlihat cemberut saat kakaknya menegurnya. "Aku tidak bicara sembarangan, Kak! Tidak ada satu orang pun yang mengetahui kejadian sebenarnya. Anya telah merebut tunangan Natali dan membuatnya dipermalukan di depan semua orang. Pada saat Natali mengajak Anya bertemu untuk menyelesaikan masalah ini secara baik-baik, Anya malah meminta Aiden untuk datang dan menyiramkan kopi panas ke wajah Natali. Di balik wajahnya yang polos itu, Anya memiliki berbagai cara licik untuk mendapatkan apa yang ia inginkan," kata Raisa dengan jijik.     

"RAISA!" bentak Raka pada adiknya. Ia sudah tidak bisa menahan diri saat mendengar omongan Raisa yang tidak masuk akal. Namun, setelah Raka membentaknya pun Raisa tidak berhenti berbicara.     

"Kakak! Kalau kamu tidak percaya padaku, kamu bisa lihat buktinya di mana-mana. Banyak orang yang menyaksikannya secara langsung. Aku merasa sangat kasihan pada Natali. Aiden tidak hanya membatalkan pertunangan mereka tetapi juga menyiramnya dengan air panas! Semua itu hanya karena selingkuhannya," kata Raisa sambil menggelengkan kepalanya. "Kakak tidak tahu betapa menyedihkan kondisi Natali ketika aku pergi mengunjunginya di rumah sakit!"     

Suasana terasa semakin tidak mengenakkan, sehingga para pegawai toko bergegas untuk membungkus pesanan Raisa dengan cepat. Mereka ingin agar pelanggan mereka ini bisa segera pergi dari toko mereka. Kalau kakak beradik ini tidak segera pergi dari tempat ini, mungkin tidak akan ada pelanggan yang mau masuk ke dalam toko mereka.     

"Nona, ini barang-barang yang Anda pesan. Silahkan bayar di sini," kata sang pegawai toko dengan cepat sambil menghampiri Raisa dengan sebuah kantong belanjaan.     

Raka tidak bisa mempercayai apa yang dikatakan oleh Raisa. Ia tahu bahwa banyak orang suka menyebarkan informasi yang tidak benar. Internet bukanlah sesuatu yang bisa dipercayai begitu saja. Satu-satunya yang ia percaya hanyalah Anya. Ia ingin mendengar semua cerita ini dari mulut Anya langsung, bukan mulut orang lain …     

Raka berjalan menuju kasir, hendak membayar belanjaan Raisa. Ketika ia berdiri di depan meja kasir, diam-diam ia berbisik dengan suara pelan kepada pegawai toko tersebut, "Jam berapa besok Anya akan datang untuk kerja?"     

"Jam 8 pagi, Tuan," jawab kasir tersebut sambil tetap menunjukkan senyum profesionalnya.     

Setelah itu, bersama dengan Raisa, Raka meninggalkan toko tersebut. Ia keluar dengan mengingat bahwa besok Anya akan kembali di tempat ini …     

Pukul 8 pagi …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.