Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Cinta Segitiga



Cinta Segitiga

0"Apa pun yang kamu dengar itu benar. Aku adalah orang ketiga di antara Aiden dan Natali," kata Anya dengan dingin. Mata Anya tidak seperti mata wanita yang ia kenal dulu. Dulu bola matanya yang hitam itu terlihat sangat hangat saat menatapnya. Namun, saat ini Anya memandangnya dengan dingin.     
0

"Aku tidak mempercayainya. Aku tahu kamu tidak seperti itu," Raka menggelengkan kepalanya dan menatap Anya dengan tidak percaya. Ia tahu betul siapa Anya. Ia tahu betul bagaimana sifat wanita itu karena ia menghabiskan masa kecil dan masa remajanya bersama-sama.     

Anya tersenyum dengan tenang saat mendengar kata-kata Raka meski jantungnya berdebar dengan sangat kencang, "Raka Mahendra, jangan pikir kamu mengenalku dengan baik." Ia tidak menyangka suaranya akan benar-benar tenang seperti itu. Ia pikir, ia akan terdengar gemetaran karena tidak bisa mengendalikan kegelisahan yang ia rasakan.     

"Aku tahu kamu. Kamu tidak akan menjual dirimu demi uang," Raka membalas tatapan Anya. Matanya terlihat penuh oleh rasa sakit hati.     

Anya seolah bisa merasa rasa pahit di mulutnya. Raka memang benar, ia tidak akan pernah menjual dirinya demi uang. Meski ia harus berjuang mati-matian sekali pun, ia tidak akan mencari uang dengan cara seperti itu.     

Ia bersama dengan Aiden saat ini karena ulah Natali. Tetapi semuanya sudah sampai titik ini. Anya hanya bisa menganggap bahwa semua ini takdir. Semua ini adalah jalan yang memang harus ia lalui. Lalu, apa yang bisa ia lakukan sekarang?     

Aiden tetap memandang ke arah Raka. Matanya sedingin es saat menatap pria di hadapannya itu dengan tajam. "Memangnya di mana kamu saat Anya membutuhkanmu?"     

Kata-kata itu seperti pisau yang mengiris hati Raka. Ia memang tidak ada saat Anya membutuhkannya. Ia tidak bisa melakukan apa pun untuk Anya pada saat wanita itu kesulitan sehingga Anya terjebak dalam situasi seperti ini. Oleh karena itu, ia bertekad untuk membebaskan Anya!     

"Anya, ikutlah denganku. Jika kamu butuh uang, aku bisa memberikannya untukmu. Jangan bersama dengan pria ini. Meski ia dan Natali sudah berpisah, ia tidak akan menikahimu. Tidak akan ada hal baik yang kamu dapatkan dari pria ini," kata Raka dengan penuh emosi. Ia menatap Anya, berusaha untuk meyakinkan wanita itu agar segera menjauh dari Aiden.     

Aiden mendengus saat mendengar kata-kata Raka. Ia menatap Raka dan bertanya dengan tajam, "Kalau begitu, apakah kamu akan menikahi Anya?"     

Raka terdiam sejenak saat mendengar pertanyaan itu balas dilontarkan oleh Aiden. Ia tidak menyangka Aiden akan membalasnya dengan pertanyaan yang sama. Setelah beberapa saat, akhirnya ia menjawab. "Aku tidak akan pernah membuatnya sedih. Aku tidak akan pernah menyakitinya," kata Raka.     

Anya bisa merasakan tubuhnya menegang saat mendengar jawaban Raka. Tangan kecilnya terkepal dengan erat hingga jari-jarinya memutih, menahan rasa sakit dan marah yang terus memuncak di hatinya.     

Anya tidak bodoh. Tentu saja ia tahu apa yang Raka maksud. Raka tidak akan membuatnya sedih. Pria itu tidak akan menyakitinya. Tetapi ia tidak akan menikahinya.     

Ia memintanya untuk meninggalkan Aiden. Tetapi ia tidak bisa memberikan apa pun selain uang kepadanya. Janjinya hanyalah janji kosong semata.     

Aiden melihat tangan Anya yang terkepal dengan sangat erat. Ia langsung bangkit berdiri dari kursinya dan memegang tangan Anya, memintanya untuk melepaskan kepalan tangannya. Ia tidak ingin Anya melukai dirinya sendiri.     

Ia tidak mau kalau sampai Anya terluka …     

Sentuhan tangan Aiden seolah menyadarkannya. Ia menengadah dan melihat Aiden yang menatapnya dengan khawatir. Tatapan itu terlihat sangat lembut. Pria itu menariknya ke dalam pelukannya dan mencium sisi keningnya dengan lembut seolah berusaha untuk menenangkan emosinya.     

"Anya, aku tahu kamu tidak ingin bersama dengan Aiden. Kalau saja aku kembali lebih cepat, aku pasti akan …" Raka tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Ia benar-benar menyesal tidak kembali lebih awal dan mencari Anya.     

"Jika kamu kembali lebih cepat, kamu hanya akan memberinya uang dan membuatnya menjadi wanita simpananmu. Wanita yang tidak akan pernah kamu kenalkan di hadapan umum," kata Aiden dengan tajam. Ia menunjukkan kenyataannya pada Raka, ingin bahwa pria itu menyadari kemampuannya.     

Wajah Anya memucat. Hatinya terasa sangat sakit. Ia tahu apa yang dikatakan oleh Aiden benar. Raka tidak bisa memberikan apa pun kepadanya selain uang.     

"Aku akan menghormati Anya dan tidak akan memaksanya untuk menjadi milikku," Raka membalas kata-kata Aiden.     

Anya sudah tidak mau mendengar semua ini lagi. Ia tidak mau mendengarkan pembelaan-pembelaan Raka. Ia tidak mau mendengar apa yang Raka ucapkan karena pria itu tidak bisa menjanjikan apa pun untuknya.     

"Raka, kita sudah berpisah tiga tahun yang lalu. Bukan urusanmu dengan siapa aku berhubungan. Bukan urusanmu bagaimana caraku untuk menjalani hidup. Aiden tidak pernah sekali pun memaksaku untuk melakukan apa pun. Aku lah yang sangat beruntung bisa bertemu dengannya dan bisa tinggal bersama dengannya," kata Anya sambil menyandarkan tubuhnya pada Aiden.     

"Anya adalah milikku. Ia milikku dan satu-satunya milikku. Jika ada seseorang yang mengganggunya, jangan salahkan aku jika aku bertindak kasar!" kata Aiden dengan tegas, nadanya benar-benar tak terbantahkan. Ia merangkul bahu wanita yang bersandar pada tubuhnya, ingin melindungi wanita itu dari apa pun di dunia.     

Sementara itu, Anya hanya bisa menatap Raka dengan perasaan campur aduk. Ia ingin Raka segera pergi dari tempat ini. Ia benar-benar tidak ingin berurusan dengan pria itu lagi. Hubungan mereka sudah berakhir tiga tahun yang lalu.     

Raka tahu apa arti tatapan itu. Jika ia terus memaksa, Anya lah yang akan mendapatkan masalah. Tetapi ia juga merasa enggan untuk pergi.     

Namun, pada akhirnya ia memutuskan untuk mundur sementara. "Kalau begitu, aku pergi dulu. Selamat tinggal!" Raka tidak banyak berbicara dan langsung berbalik. Ia tidak memandang Anya ataupun Aiden lagi saat meninggalkan ruangan itu.     

…     

Di lantai bawah, Nico sedang menunggu di sofa ruang keluarga dengan gelisah. Ia terus bergerak kesana kemari, tidak bisa duduk dengan tenang seolah ada jarum di pantatnya. Begitu ia melihat Raka turun dari lantai dua, ia bergegas menghampirinya. "Raka! Sebenarnya ada apa? Apakah kamu mengenal Anya?"     

Wajah Raka terlihat kecut saat Nico mempertanyakannya. "Anya adalah mantan kekasihku yang aku ceritakan kepadamu," kata Raka dengan suara pelan.     

"Mengapa kamu tidak memberitahuku hal yang besar seperti ini lebih dulu? Aku telah mengirimkan saingan cinta kepada Pamanku sendiri. Ia pasti akan menghajarku habis-habisan nanti," ekspresi kesal, cemas, dan kasihan bercampur aduk di wajah Nico.     

Ia merasa seperti berada di tengah-tengah cinta segitiga ini. Di satu sisi, Aiden adalah Pamannya. Aiden selalu membantunya ketika ia susah. Ketika ia kehilangan ayahnya, Aiden lah yang selalu berada di sisinya. Aiden sudah seperti sosok ayah dan saudara bagi Nico. Namun, di sisi lain, Raka adalah sahabatnya.     

Mengapa ia harus terlihat dalam hubungan yang rumit seperti ini?     

"Ayo kita pergi," kata Raka, berusaha untuk tetap terlihat tegar.     

"Eh? Tunggu dulu!" teriak Nico sambil mengejar Raka ke dalam mobil. Raka sama sekali tidak memperlambat langkahnya. Ia benar-benar ingin pergi dari tempat itu. Ia ingin melupakan bagaimana Anya bersandar di pelukan Aiden, bagaimana wanita itu membela pria lain habis-habisan …     

Begitu mereka di dalam mobil. Nico langsung menuntut penjelasan pada Raka, "Raka! Ceritakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?" Nico tidak bisa menahan diri saat ada sesuatu yang berhubungan dengan gosip. Apalagi, masalah ini melibatkan orang-orang terdekatnya.     

Raka hanya duduk diam di kursi penumpang depan seakan-akan telah kehilangan separuh nyawanya. Ia bungkam dan tidak mengatakan apa pun, tidak memedulikan pertanyaan Nico.     

"Jangan buat aku khawatir! Apa sebenarnya hubunganmu dengan Anya?" tanya Nico sekali lagi.     

Raka hanya tersenyum tipis. "Kami adalah sepasang kekasih. Tetapi tiga tahun yang lalu, Anya menerima sejumlah uang dari ibuku dan memutuskan hubungan denganku. Aku langsung pergi ke luar negeri karena sangat marah pada saat itu …"     

Raka mengatakannya dengan sedih. Penyesalan seolah menggerogoti hatinya. Seandainya ia tidak pergi ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.