Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Bolehkah Aku Menciummu?



Bolehkah Aku Menciummu?

0Saat Anya membuka matanya, ia melihat bianglala di hadapannya menyala dengan terang. Cahaya yang dipancarkan bianglala itu begitu beragam sehingga membuat langit malam yang sendu tampak lebih indah.     
0

Anya masih tidak bisa mempercayainya. Sudah lama bianglala ini tidak beroperasi. Mengapa bianglala ini tiba-tiba dibuka, tepat pada saat kencan pertamanya dengan Aiden?     

"Aiden, apakah kamu mengajakku untuk kencan di atas bianglala ini?" tanya Anya sambil memandang Aiden. Ia tahu bahwa semua ini pasti ada hubungannya dengan Aiden.     

"Hmm …" jawab Aiden dengan santai.     

Anya kembali menatap bianglala di hadapannya dengan takjub. Danau yang sebelumnya terlihat gelap sekarang ikut menyala dengan indah, memantulkan cahaya yang dipancarkan oleh bianglala itu dari permukaan airnya yang tenang.     

"Bianglala ini sudah diperbaharui. Desainernya menggunakan tujuh warna untuk menggambarkan pelangi. Apakah kamu menyukainya?" kata Aiden sambil melihat Anya yang masih terkesima.     

"Tentu saja! Ini indah sekali. Rasanya seperti berada di mimpi!" kata Anya. Pandangannya tidak lepas dari bianglala di hadapannya sementara mulutnya sedikit menganga karena pemandangan yang luar biasa menakjubkan.     

Aiden tertawa kecil saat mendengar kata-kata Anya. "Ini bukan mimpi atau pun dongeng. Ini adalah kenyataan. Apakah kamu mau menaikinya?"     

"Apa bisa?" tanya Anya. Tentu saja ia mau menaiki bianglala ini. Mana mungkin ia melewatkan kesempatan yang indah seperti ini.     

"Tentu saja! Apa yang tidak bisa kulakukan," kata Aiden sambil menggandeng tangan Anya, mengajaknya untuk mendekati bianglala itu.     

Para pengawal Aiden yang mengikuti dari jauh sekarang bersiaga di bawah bianglala karena banyak orang mulai berkumpul. Cahaya-cahaya bianglala menyala dengan indah, membuatnya terlihat seperti berlian yang menyala di tengah langit malam. Cahaya itu tidak hanya menarik perhatian Anya, tetapi juga pengunjung-pengunjung lainnya, terutama para pasangan yang sedang berjalan-jalan di danau.     

Semua pasangan melihat bahwa bianglala itu sudah beroperasi sehingga mereka juga ingin menaikinya. Namun, saat mereka tiba di hadapan bianglala itu, ada hal lain yang menarik perhatian mereka, yaitu Anya dan Aiden.     

Mereka semua mengenali wajah Aiden dan Anya dari berita yang beredar. Beberapa wanita berbisik-bisik dengan iri. Mereka mengatakan bahwa kehidupan Anya benar-benar seperti cinderella. Seorang gadis miskin yang bisa menarik hati seorang pangeran tampan dan kaya raya.     

Beberapa orang lainnya mengatakan bahwa Aiden adalah pria yang sangat romantis. Pria itu mengajak kekasihnya untuk berkencan di bianglala. Bagaimana mungkin ada wanita yang tidak luluh jika diajak berkencan seperti itu?     

Seorang staf bianglala itu tiba-tiba saja keluar sambil membawa pengeras suara dan mengumumkan dengan keras, "Bianglala akan dibuka mulai hari ini, dari jam tujuh malam hingga jam sembilan malam setiap hari. Hari ini, akan ada kembang api untuk merayakan pembukaan. Mari kita beri tepuk tangan pada Tuan Aiden Atmajaya karena telah mendukung pembaharuan bianglala ini."     

Pengumuman itu langsung mengundang tepuk tangan riuh dari semua orang. Awalnya mereka hanya iseng-iseng saja datang ke tempat ini, hanya untuk menikmati angin malam di pinggir danau. Siapa yang tahu kalau mereka bisa menaiki bianglala yang baru saja dibuka dan mendapatkan pertunjukkan kembang api secara cuma-cuma. Hari ini sungguh hari yang luar biasa!     

Anya terkesiap saat mendengarnya. "Aiden, kencan pertama kita adalah menaiki bianglala dan juga melihat kembang api?" Anya tidak menyangka bahwa Aiden merupakan pria yang sangat romantis.     

Aiden tidak menjawab. Ia hanya menggandeng tangan dan mengajaknya untuk masuk ke salah satu tempat pada bianglala itu. Anya mengikuti Aiden dengan mata yang berbinar. "Katanya, bianglala selalu dipenuhi dengan kebahagian," kata Anya dengan penuh semangat.     

Sayang sekali Aiden tidak bisa melihat semua ini. Pria itu tidak bisa menikmati pemandangan yang indah itu bersama dengannya.     

Tetapi Aiden sama sekali tidak terlihat sedih. Selama Anya bahagia, itu sudah cukup …     

"Apakah kita dikelilingi kebahagiaan sekarang?" tanya Aiden dengan suara rendahnya. Matanya menatap Anya dengan lembut.     

"Tentu saja!" Anya menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat. Senyum bahagia terpancar terus menerus dari wajahnya, membuat Aiden ikut tersenyum.     

Bianglala itu berputar dengan pelan, seperti aliran air yang mengalir dengan tenang, membuat Anya dan Aiden merasa damai. Hanya keberadaan satu sama lain yang mereka rasakan saat ini.     

"Aku dengar, jika kamu membuat permohonan di puncak bianglala, permohonanmu pasti akan dikabulkan," kata Anya sambil memandang Aiden.     

"Permohonan apa yang ingin kamu buat?" tanya Aiden.     

"Aku tidak bisa mengatakannya! Kalau aku mengatakannya, permohonan itu tidak akan tercapai. Ayo kita membuat permohonan bersama-sama ketika kita sampai di puncak," Anya terlihat sangat serius saat mengatakannya, membuat Aiden merasa gemas.     

"Aku bisa mengabulkan semua permohonanmu!" mata cokelat Aiden tampak bersinar dan ekspresinya serius saat mengatakannya.     

Anya hanya tertawa saat mendengarnya. "Tentu saja. Aku tidak meragukan kemampuanmu! Tetapi aku tetap ingin membuat permohonan."     

Mereka berdua duduk berhadapan dengan tenang, tidak lagi berbicara. Mereka hanya menunggu dengan sabar hingga bianglala yang penuh dengan kebahagiaan itu perlahan naik menuju ke puncak langit malam. Hati Anya seolah ikut melayang ke surga bersamaan dengan naiknya bianglala. Perasaan itu sangat menyenangkan!     

Matanya tertuju ke arah luar jendela transparan, melihat berbagai warna yang melukis langit malam dengan indah. Aiden mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Anya dengan lembut.     

Anya langsung menoleh ke arah Aiden. "Ini sangat indah dan romantis. Aku bisa melihat pemandangan danau yang indah. Ketika matamu sudah sembuh, kita harus kembali lagi ke sini dan melihatnya bersama-sama," kata Anya sambil balas menggenggam tangan Aiden.     

"Hmm …" gumam Aiden.     

Bianglala itu terus naik, perlahan mencapai puncak tertinggi kebahagiaan mereka. Mereka berada sangat tinggi di langit hingga bintang-bintang di langit malam terlihat lebih terang.     

Dari atap bianglala yang transparan, Anya bisa melihat ke arah langit berbintang itu. Matanya ikut berbinar dan Anya terlihat terkesima saat menengadah. Tanpa sadar, tangannya terulur seolah ia ingin meraih salah satu bintang dan menyentuhnya, berharap ia bisa hidup bahagia selamanya.     

"Aiden, kita sudah berada di puncak! Ayo buat permohonanmu," kata Anya sambil menepuk tangan Aiden.     

Setelah itu, ia memejamkan matanya erat-erat dan mulai membuat permohonan.     

Aiden memperhatikan wanita di hadapannya. Ia tidak percaya permohonan, keajaiban dan sejenisnya. Ia tidak percaya takdir. Bagi Aiden, semua bisa tercapai dengan usaha mereka sendiri. Ia sendiri yang akan menciptakan keajaiban dan menentang takdir.     

Tetapi melihat tubuh mungil Anya berdoa dengan serius di hadapannya, pada akhirnya ia ikut memejamkan matanya. Ia memohon agar Anya akan selalu aman dan hidup dengan bahagia selamanya.     

Ia tidak tahu bahwa saat ini Anya juga memohon untuknya. Anya memohon agar mata Aiden segera sembuh dan pulih seperti sedia kala. Saat permohonannya itu tercapai, ia akan mengajak Aiden kembali ke tempat ini, untuk melihat pemandangan yang ia lewatkan sebelumnya.     

DUAR! DUAR! DUAR!     

Suara kembang api berbunyi tepat setelah Anya menyebutkan permohonannya. Ia membuka mata dan melihat berbagai cahaya dengan warna yang beragam menerangi langit. Kembang api di langit terlihat sangat indah seperti mimpi di negeri dongeng.     

Mata Aiden terpaku pada wajah Anya, wajah yang gembira dan memandang langit dengan takjub. Ia tidak bisa menahan senyum di wajahnya, ikut tersenyum saat melihat kegembiraan wanita di hadapannya.     

Kembang api terus terbang ke langit dan meledak di udara, menciptakan bunga-bunga indah yang menyinari langit malam.     

"Aiden! Aku baru pertama kali melihat kembang api di atas bianglala. Ini sangat indah!" kata Anya dengan penuh semangat. Ia merasa seperti tokoh utama di sebuah novel.     

Aiden mendekat ke arah Anya, menyelipkan rambut wanita itu di telinganya dan berbisik, "Konon katanya, jika sepasang kekasih berciuman ketika bianglala mencapai puncak, mereka akan hidup bahagia selamanya …"     

Anya langsung terpaku menatap Aiden, matanya menyapu wajah tampan Aiden yang sangat serius saat ini. Pria itu tidak mengatakan apa pun lagi, membuat Anya merasa gugup.     

Kembang api terus mekar di langit, namun Anya sudah tidak bisa lagi melihat keindahan langit malam itu. Matanya hanya tertuju pada pria di hadapannya, namun bibirnya tertutup rapat, tidak tahu harus berkata apa.     

Aiden menatap lurus ke arah mata Anya, "Anya, bolehkan aku menciummu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.