Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Rumor (2)



Rumor (2)

0"Anya, bolehkan aku menciummu?" suara Aiden yang dalam seolah menghipnotis Anya, membuatnya tidak bisa melepaskan pandangannya dari pria itu. Matanya terpaku pada wajah Aiden, sementara pria itu juga menghadap ke arahnya. Mereka saling bertatapan seolah segala sesuatu di sekitar mereka memudar.     
0

Hanya ada mereka berdua di dunia ini …     

Kembang api terus menggelegar dan menyala di langit, tetapi Anya sama sekali tidak tertarik untuk memandangnya. Baginya, Aiden jauh lebih cemerlang dan indah dibandingkan kembang api dengan berbagai warna itu. Aiden bagaikan cahaya di kehidupannya yang gelap.     

Bolehkan aku menciummu?     

Sebenarnya, bukan itu yang Aiden pertanyakan. Pertanyaannya yang sesungguhnya adalah: jalan kehidupan yang kita lalui akan sangat panjang, apakah kamu mau berjalan bersamaku untuk selamanya?     

Aiden ingin hidup bahagia selamanya bersama dengan Anya.     

Anya menatap lurus ke arah mata Aiden, seolah terhipnotis dan tenggelam di dalamnya. Ia baru menyadari bahwa saat ini, bola mata cokelat pria itu terlihat menyala lebih terang daripada bintang. Cahaya kembang api terpancar di mata Aiden, tetapi Anya lah yang berada di pusatnya. Hanya Anya yang berada di pandangan Aiden.     

Anya hanya bisa menelan ludahnya. Ia seakan telah kehilangan kata-kata dan kemampuannya untuk berbicara. Ia tidak tahu bagaimana cara menjawab pertanyaan Aiden.     

'Apakah kamu ingin Aiden menciummu?' Tanyanya pada dirinya sendiri.     

Dulu, ia pernah bermimpi untuk menaiki bianglala bersama dengan Raka. Ketika bianglala itu mencapai puncak tertinggi, mereka akan berciuman dan tidak akan pernah terpisahkan lagi untuk selamanya. Tetapi semua itu hanyalah mimpi. Mimpi yang sudah lama pupus dan tidak akan pernah tercapai.     

Setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya ia menaiki bianglala impiannya. Tetapi bukan bersama dengan Raka, melainkan Aiden.     

Namun, nama Raka sudah lama terhapus dari dunianya. Saat ini, hanya Aiden yang selalu mendampinginya. Hanya Aiden yang selalu ada untuknya di saat ia membutuhkan. Hanya Aiden …     

Aiden bisa merasakan ketegangan Anya. Ia bahkan bisa mendengarkan detak jantung Anya yang berdegup gila-gilaan. Wanita di hadapannya itu terkejut karena mendengar pertanyaannya sehingga tidak bisa berkata apa-apa.     

Walaupun Aiden terlihat tidak peduli dengan kencan pertama mereka, sebenarnya ia menyiapkan semua kejutan ini setulus hati. Ia sudah merencanakan bianglala, kembang api, dan ciuman pertama mereka. Ia ingin membuat wanita di hadapannya itu bahagia.     

Dan, Anya bisa merasakan ketulusannya …     

Tatapan Anya menjadi lembut. Ia mengulurkan salah satu tangannya dan meletakkan tangannya yang mungil itu di pipi Aiden. Tangannya sedikit gemetaran karena ia tidak bisa menahan rasa gugup di hatinya. Ia tidak menjawab pertanyaan Aiden, namun ia mencondongkan tubuhnya, berinisiatif untuk mencium bibir Aiden. Ia hanya menempelkan bibirnya pada bibir Aiden dengan lembut, tidak tahu harus berbuat apa. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk melanjutkan ciuman ini. Sementara itu, pria di hadapannya terlihat membeku karena tindakannya yang tiba-tiba.     

Aiden tidak menyangka Anya akan mengambil inisiatif untuk menciumnya terlebih dahulu. Ia bisa merasakan bibir Anya yang lembut dan manis menempel di bibirnya. Aroma osmanthus sedikit tercium dari wanita itu dan rasa manis terasa dari bibirnya karena Anya mencicipi kue osmanthus yang ia buat sebelum mereka berkencan.Aiden tidak tahu apakah karena rasa kue osmanthus atau karena Anya yang berada di hadapannya, tetapi ia sangat menyukainya.     

Ia menyukai bibir yang menyentuh bibirnya dengan lembut. Ia menyukai bagaimana tangan wanita itu menyentuh pipinya, sementara tangannya yang satunya bergantung pada bahunya, menopangkan seluruh berat tubuhnya pada Aiden. Ia menyukai wangi osmanthus dan wangi bunga yang tercium dari tubuh Anya. Ia menyukai bagaimana rambut panjang Anya jatuh dan menggelitik tubuhnya.     

Rasanya ia kembali jatuh cinta pada Anya untuk kesekian kalinya …     

Tangannya bergerak untuk memeluk pinggang Anya. Bibirnya sudah tidak lagi pasif dan menerima ciuman Anya begitu saja seperti sebelumnya. Sekarang ia mengambil inisiatif untuk melumat bibir Anya yang kemerahan, memperdalam ciuman mereka.     

Ciuman mereka terasa semakin panas, membuat Anya merasa kepalanya sedikit pusing dan pikirannya kosong. Kembang api masih meledak di langit, suaranya memenuhi seluruh danau tersebut. Namun, hanya suara napas mereka berdua saja yang terdengar di telinga Anya. Sesekali bibir mereka akan berpisah untuk menghirup udara, namun sedikit kemudian bibir mereka kembali bertautan.     

Anya bahkan tidak tahu bagaimana ia bisa berpindah tempat. Ia duduk di pangkuan Aiden, bersandar pada tubuh pria itu. Tangannya bertaut di belakang leher Aiden, entah takut akan jatuh atau takut kehilangan kehangatan Aiden.     

Bibir mereka saling melumat satu sama lain, lidah mereka saling berdansa. Aiden menggeram saat lidahnya menguasai seluruh mulut Anya, mengajak lidah Anya untuk menari bersama. Anya hanya bisa merintih pelan saat lidah Aiden menginvasi mulutnya. Pikirannya terasa semakin melayang …     

Geraman rendah terdengar dari mulut Aiden. Ia benar-benar berharap waktu berhenti saat ini juga, agar ia bisa selamanya bersama dengan Anya. Salah satu tangannya berpindah, memegang kepala Anya, menjaganya agar tidak terjatuh. Ciumannya yang ganas perlahan semakin melembut dan melembut, membuat keduanya kembali terhanyut dalam ciuman mereka yang memabukkan.     

Anya bisa merasakan tubuhnya meleleh di pelukan Aiden, ia membiarkan Aiden menopang seluruh tubuhnya. Tanpa sadar mengeluarkan desahan yang terdengar manis dan menggoda di telinga Aiden.     

Aiden benar-benar tidak ingin mengakhiri ciuman pertama mereka. Namun, ketika menyadari bahwa mereka sudah akan tiba kembali di tanah, Aiden melepaskan bibir Anya dengan enggan. Mereka terengah-tengah, kehabisan napas karena ciuman mereka yang begitu menggairahkan. Mata mereka masih saling bertautan seolah tidak bisa mengalihkan pandangan.     

Tangan Aiden terulur, merapikan rambut Anya yang berantakan sambil menatapnya dengan lembut. "Cantik sekali," bisik Aiden dengan pelan.     

Wajah Anya memerah saat mendengar kata-kata Aiden. Walaupun pria itu mengatakannya dengan sangat pelan, ia masih bisa mendengarnya. Melihat reaksi Anya yang menggemaskan, Aiden kembali mengecup bibirnya sekilas. Namun, hal itu malah membuat wajah Anya terasa panas, hingga telinganya ikut memerah. Mereka sudah sangat dekat dengan tanah. Orang-orang di luar pasti bisa melihat mereka. Bagaimana kalau semua orang menyadari bahwa mereka berciuman? Anya menggunakan kedua tangannya untuk menutupi wajahnya dengan malu.     

Aiden hanya terkekeh. Ia tidak peduli dengan apa pun. Hanya satu hal yang ia pedulikan. Anya adalah miliknya …     

Begitu mereka tiba di bawah, pintu bianglala itu terbuka. Anya merasa kakinya sangat lemas hingga ia hampir terjatuh. Untung saja Aiden langsung memegangnya dan menjaganya agar tidak terpeleset. Anya hanya bisa memandangnya dengan malu dan gugup.     

Tiba-tiba saja, sekelompok wartawan langsung mendekati dan mengepung mereka berdua. Para wartawan itu melontarkan pertanyaan secara berebutan, membuat Anya merasa panik.     

"Aiden Atmajaya, apa hubungan Anda dengan wanita ini?     

"Aiden, Anya, apakah kalian tinggal bersama?"     

"Aiden Atmajaya, apakah benar Anda akan menikahi Anya setelah membatalkan pertunangan dengan Natali Tedjasukmana?"     

"Aiden, apakah benar Anya hamil di luar nikah?"     

Wajah Anya langsung terlihat murung. Hamil di luar nikah? Omong kosong macam apa itu? mengapa para wartawan ini tiba-tiba mengerubungi mereka dan melontarkan berbagai pertanyaan yang tidak masuk akal? Darimana datangnya rumor yang tidak masuk akal ini?     

Mungkin sembilan atau sepuluh bulan kemudian, jika Anya tidak melahirkan seorang bayi, para wartawan ini akan menyebarkan gosip kalau ia menjalani aborsi?     

Anya mengerutkan keningnya, mendengar pertanyaan-pertanyaan yang diteriakan oleh para wartawan itu secara bersama-sama. Sementara itu, Aiden langsung memeluk bahu Anya, mendekatkan tubuh wanita itu dan menguburkannya dalam pelukannya.     

"Aiden, apa yang harus kita lakukan?" tanyanya dalam pelukan Aiden sambil melihat kekacauan di hadapannya.     

Mengapa kencan pertama mereka yang sempurna tiba-tiba jadi seperti ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.