Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pengganti



Pengganti

0Begitu melihat Aiden dan Anya keluar dari mobil, Hana bergegas menghampiri mereka. "Tuan Aiden, Tuan Bima datang mengunjungi Anda," kata Hana, memberi informasi sebelum Aiden dan Anya masuk ke dalam rumah.     
0

Kening Aiden berkerut dan ekspresinya terlihat seperti tidak senang. Ekspresinya tidak terlihat seperti seorang anak yang dikunjungi oleh ayahnya. Bukankah seharusnya seseorang merasa senang karena kedatangan keluarganya?     

"Apa yang diinginkannya kali ini," gumam Aiden dengan kesal.     

Hana terlihat sedikit ragu saat berkata, "Banyak berita mengenai Anda dan istri Anda di internet …" Pada akhirnya ia berhenti sebelum bisa menyelesaikan kalimatnya. Ia yakin Aiden tahu apa yang ia maksud.     

Kata-kata Hana membuat Anya merasa gelisah. Ia tidak tahu bagaimana hubungan Aiden dan ayahnya sebenarnya, tetapi sepertinya hubungan mereka tidak baik.     

Apa yang harus ia katakan pada ayah Aiden? Ia harus bersikap seperti apa di hadapan mertuanya itu?     

Aiden bisa merasakan kegelisahan Anya. Ia memegang salah satu tangan Anya dan menggandengnya, mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah. "Setelah mengucapkan salam, langsung masuklah ke kamar. Tidak perlu berbasa-basi lama-lama," kata Aiden.     

"Hmm …" jawab Anya sambil mengangguk. Saat ini, mungkin pilihan terbaik adalah untuk menuruti kata-kata Aiden. Ia harus berusaha untuk tenang, memberi salam pada ayah Aiden dan pergi ke kamar secepat mungkin.     

Mereka segera berjalan memasuki rumah dan melihat Bima Atmajaya sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil memegang sebuah cangkir teh. Bima memiliki paras yang serupa dengan Aiden. Tubuhnya tinggi dan gagah, wajahnya terlihat tegas dan bijaksana. Meski usianya sudah tidak lagi muda, ia tetap memancarkan ketampanan dan kedewasaan seorang pria.     

Melihat kedatangan Aiden, Bima langsung melemparkan cangkir teh yang dipegangnya ke tanah dengan keras, membuat cangkir mahal itu langsung pecah menjadi berkeping-keping. "Mengapa kamu baru pulang sekarang?" teriaknya.     

"Hmm … Aku sudah pulang. Sekarang pergilah!" kata Aiden dengan dingin, berusaha untuk melewati Bima. Namun, Bima segera menghadangnya. Ia ingin berbicara dengan Aiden sehingga ia tidak akan membiarkan putranya itu mengabaikannya begitu saja.     

Bima bisa melihat sosok wanita yang bersembunyi di belakang punggung Aiden. Ia melirik ke arahnya dengan sinis dan bertanya, "Kamu membuka bianglala itu lebih awal hanya untuk mengencani wanita ini?"     

Hana langsung berusaha untuk menengahi. Mungkin Bima bersikap seperti ini karena ia belum mengenal Anya. Bima belum tahu kalau Aiden dan Anya sudah menikah. "Nyonya, ini Tuan Bima, ayah Tuan Aiden, mertua Anda."     

Anya menggigit bibirnya dengan gelisah dan menguatkan keberaniannya. Ia melangkah ke samping Aiden dan menyapa Bima, "Selamat malam, Ayah." Ia berdiri di samping Aiden sehingga tubuhnya dan wajahnya tidak lagi tertutup oleh tubuh Aiden yang tinggi.     

Ketika melihat wajah Anya, Bima hampir saja terjatuh ke belakang. Untung saja, Harris yang berada di dekatnya langsung membantu menahan tubuhnya dengan sigap. "Tuan Bima, apakah Anda tidak apa-apa?"     

"Ke- … Keara!" Bima meneriakkan sebuah nama yang tidak dikenal sambil menunjuk ke arah Anya. Wajahnya terlihat sangat terkejut seperti sedang melihat hantu.     

Keara?     

Anya langsung berbalik dan melihat sekelilingnya. Tidak ada orang lain di sekitar sana. Siapa Keara? Siapa yang sebenarnya ayah Aiden panggil?     

Bu Hana langsung berusaha menjelaskan dengan tenang, "Tuan Bima, ini Anya, istri Tuan Aiden."     

Kata-kata Hana seperti air dingin yang langsung menyadarkan Bima, ia sudah salah mengira. Ia menegakkan tubuhnya kembali sambil tetap memandang Anya. Setelah itu, pandangannya beralih pada Aiden. "Kapan kamu menikah? Mengapa aku sama sekali tidak tahu?" teriak Bima dengan marah.     

"Apakah kamu juga memberitahuku saat kamu mencari wanita baru?" dengus Aiden dengan dingin.     

"Kamu tidak memberitahuku masalah sebesar ini. Apakah kamu pikir ayahmu ini sudah mati?" teriak Bima dengan keras. Kemudian, pandangannya beralih ke arah Anya. Matanya melotot saat menatap wajah Anya dengan tidak suka. "Kamu membatalkan pertunangan dengan Natali Tedjasukmana untuk wanita ini?"     

"Wanita yang kau tunjuk itu adalah Anya, menantumu," Aiden langsung membenarkan cara Bima memanggil Anya.     

"Aku tidak akan pernah membiarkan wanita ini menginjakkan kakinya di keluarga Atmajaya. Cepat akhiri hubunganmu dengan wanita ini. Kalau kalian sudah menikah, cepat urus perceraian kalian," perintah Bima dengan dingin sambil terus menatap Anya dengan tajam.     

Anya, yang berdiri di samping Aiden, tidak bisa berbuat apa-apa di bawah tatapan tajam mertuanya. Ia mendekatkan tubuhnya kembali pada Aiden, berusaha untuk bersembunyi dari Bima.     

Aiden memandang wajah Bima tanpa kedekatan sedikit pun seolah mereka berdua adalah orang asing. "Ini urusan pribadiku. Jangan ikut campur!"     

"Kamu ��� Kamu anak kurang ajar!" teriak Bima dengan sangat marah. Wajah pria itu terlihat memerah, berusaha untuk menahan emosinya yang membludak.     

Namun, Aiden sama sekali tidak peduli dengan kemarahan Bima. Ia hanya mendengus, merasa konyol dengan sikap ayahnya yang tiba-tiba saja perhatian padanya seperti orang tua yang sesungguhnya. Ayahnya seolah sudah lupa apa yang pernah ia lakukan padanya. "Apa yang bisa kuharapkan darimu? Bukankah kamu yang membuatku seperti ini?" kata Aiden dengan tajam. Kata-kata itu membuat Bima langsung terdiam.     

Mata Anya terbelalak saat mendengarnya. Aiden mengalami kecelakaan yang membuat kakinya lumpuh dan matanya buta karena kesalahan ayahnya? Tidak heran ayah dan anak ini memiliki hubungan yang tidak baik. Ternyata memang ada rahasia tersembunyi di balik hubungan mereka.     

"Kamu adalah putraku. Mana mungkin aku berusaha untuk mencelakaimu? Aku tidak akan pernah melakukan itu. Kecelakaan itu bukan keinginanku!" Bima berusaha untuk menjelaskan.     

Namun, Aiden hanya menyambutnya dengan tawa sinis dan berkata, "Kesalahan terbesar dalam hidupku adalah menjadi putramu. Aku tidak punya hal untuk memilih orang tua, tetapi aku punya hak untuk menentukan bagaimana aku menjalani hidupku sendiri. Jika kamu menyukai Natali Tedjasukmana, kamu saja yang menikah dengannya. Mengapa harus aku?"     

"Dasar anak durhaka! Kamu sengaja menentang perintahku. Apakah kamu tahu mengapa aku menyuruhmu untuk menikah dengan Natali Tedjasukmana? Mengapa kamu tidak bisa melihat situasi keseluruhannya? Apa coba yang wanita ini miliki? Dan dia sangat mirip …" Bima berhenti berbicara saat melihat wajah Anya.     

Sangat mirip?     

Anya hanya bisa menatap Bima dengan heran. Sangat mirip dengan siapa? Apakah dengan Keara yang tadi disebutkan namanya oleh Bima?     

Siapa sebenarnya Keara?     

"Aku sudah menikah dengan Anya. Tidak peduli apa pun yang kamu katakan, Anya adalah istriku. Aku tidak menyukaimu, kamu juga tidak menyukaiku, kita tidak saling menyukai. Sebaiknya kamu segera pergi saja dari rumah ini!" usir Aiden dengan dingin. Ia seolah sama sekali tidak memiliki hubungan darah dengan Bima dan sama sekali tidak menghormatinya sehingga Aiden tega untuk mengusirnya dengan kejam.     

Anya hanya bisa menundukkan kepalanya di belakang punggung Aiden dan berdiri dalam diam. Ia bisa merasakan suasana hati Aiden yang terus memburuk dan merasakan ketidakpuasan Bima padanya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan di saat-saat seperti ini.     

Dalam hati, ia hanya bisa bergumam dengan kebingungan. Siapa sebenarnya Keara? Mengapa Bima sangat terkejut saat melihatnya? Otaknya seolah berputar keras, tetapi tidak ada jawaban yang muncul.     

Ia malah teringat sebuah novel yang dibacanya. Cerita mengenai seorang pria yang menikahi wanita yang mirip dengan istrinya yang sudah mati. Istrinya itu tiba-tiba saja meninggal karena sakit keras, namun sang suami tidak bisa melupakannya sehingga ia mencari wanita lain yang memiliki wajah serupa dengan istrinya.     

Cerita itu seharusnya hanya ada dalam novel. Tetapi sepertinya, Anya adalah pengganti Keara di mata Aiden.     

Anya merasa yakin bahwa Keara, wanita yang disebutkan oleh Bima itu, adalah mantan kekasih Aiden. Dan Anya memiliki wajah yang sangat mirip dengan Keara sehingga membuat Bima sangat terkejut hingga hampir terjatuh. Anya memiliki wajah yang sangat mirip dengan Keara sehingga Aiden mau menikahinya.     

Bibir Anya terlihat memucat saat memikirkan hal itu …     

Hana melangkah maju, berusaha untuk menenangkan Bima. Karena Hana sudah bekerja di rumah itu selama berpuluh-puluh tahun, tentu saja Bima mempercayai Hana. "Tuan Bima, Tuan Aiden mungkin kelelahan sehingga suasana hatinya sangat buruk. Biarkan ia beristirahat sebentar. Setelah itu Anda bisa kembali menemuinya dan menyelesaikan masalah ini dengan tenang."     

Bima masih merasa sangat kesal. Ia menunjuk ke arah Anya dan berkata, "Selesaikan masalah dengan wanita ini secepat mungkin. Meski kamu tidak mau menikahi Natali Tedjasukmana, kamu tidak boleh berhubungan dengan wanita ini."     

Setelah itu, Bima pergi meninggalkan ruangan sambil menghentak-hentakkan kakinya dengan marah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.