Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kecelakaan Aiden



Kecelakaan Aiden

0"Selesaikan masalah dengan wanita ini secepat mungkin. Meski kamu tidak mau menikahi Natali Tedjasukmana, kamu tidak boleh berhubungan dengan wanita ini." kata-kata Bima terus terngiang-ngiang di telinga Anya sehingga membuatnya merasa tidak nafsu makan. Ia hanya menusuk-nusuk makanannya sambil sesekali melirik ke arah Aiden, bertanya-tanya apakah pria itu akan menceraikannya sekarang juga.     
0

"Aku tidak akan menceraikanmu hanya karena kata-kata orang lain!" Aiden tidak ingin ada kesalahpahaman di antara mereka sehingga ia langsung menjelaskan. Kata-kata Aiden langsung membuat suasana hati Anya menjadi tenang.     

Tampaknya Aiden bisa menebak jalan pikiran Anya. Sebelum kedatangan Bima ke rumah mereka, Anya sangat kelaparan sehingga perutnya berbunyi. Namun, setelah keributan yang disebabkan oleh Bima, wanita itu tiba-tiba kehilangan nafsu makannya dan terlihat murung. Ia hanya memain-mainkan sendok dan garpunya di atas piring, menusuk makanannya tanpa memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya.     

Anya terlihat ingin menanyakan sesuatu pada Aiden tetapi memutuskan untuk menelan pertanyaannya kembali. Ia tidak punya keberanian untuk menanyakannya.     

Setelah makan malam mereka berakhir, Aiden dan Harris langsung pergi ke ruang kerja untuk membahas masalah pekerjaan, sementara Anya kembali ke kamarnya dengan wajah yang khawatir.     

Pemikiran yang sama terus menerus berputar di benaknya. Apakah ia benar-benar pengganti Keara? Apakah Aiden bersikap baik kepadanya karena wajah ini? Tetapi tidak ada alasan lain yang bisa menjelaskan mengapa Aiden bersikap sangat baik kepadanya selain karena wajahnya yang mirip dengan Keara.     

Setelah mandi pun, Anya tetap tidak bisa tidur. Matanya seolah benar-benar terbuka lebar, sama sekali tidak mau menutup. Ia berbaring di atas tempat tidur sambil menatap langit-langit kamarnya, tetapi otaknya seolah terus berputar dan tidak mau berhenti berpikir. Akhirnya, ia mengambil ponselnya dan menuliskan sebuah postingan tanpa nama di internet.     

'Aku baru saja mengetahui bahwa mantan kekasih suamiku memiliki wajah yang serupa denganku. Apakah aku hanya pengganti?'     

Ia ingin mendengar pendapat dari orang-orang lain di luar sana. Mungkin, pendapat orang-orang itu bisa menenangkannya. Tidak sampai lima menit, seseorang langsung menjawabnya.     

'Aku rasa, suamimu masih tidak bisa melupakan wanita itu. Tidak diragukan lagi, kamu hanyalah penggantinya!'     

Melihat jawaban itu, Anya langsung merasa patah hati! Ia bisa merasa hatinya remuk, melihat bahwa orang lain juga berpikiran sama dengannya. Hatinya merasa sedikit panik.     

Setelah memposting hal tersebut, pikirannya bukan kembali tenang, tetapi ia malah merasa sangat bingung.     

Saat ia sedang melamun, orang lain mulai berbondong-bondong meninggalkan jawaban pada postingannya itu.     

'Cinta pertama seorang pria memang sangat rumit dan sulit untuk dilupakan. Sepertinya ia memang tidak bisa melupakan mantan kekasihnya.'     

'Tidak ada yang ingin menjadi pengganti bagi orang lain. Daripada terus salah paham, lebih baik kamu langsung bertanya pada suamimu.'     

'Mungkin ia melakukannya secara tidak sadar. Mungkin tindakannya itu dipengaruhi oleh masalah psikologisnya sehingga ia membuatmu menjadi pengganti mantan kekasihnya. Masalah psikologis seperti itu ada di dunia ini.'     

'Kalian sudah menikah. Seharusnya kalian saling mencintai satu sama lain karena diri kalian sendiri. Kamu adalah kamu, bukan orang lain hanya karena matamu, hidungmu dan bibirmu mirip dengan wanita lain. Jika suamimu masih menyukai wanita itu, lebih baik kalian bercerai saja!'     

'Mantan kekasih memang seperti tembok tinggi yang susah untuk dilewati dan bayangannya susah untuk dihapuskan.'     

'Mengapa kamu masih bertanya? Bukankah itu sudah sangat jelas?'     

Jawaban demi jawaban mulai muncul, namun tidak ada yang bisa membuat hatinya merasa lebih tenang. Jawaban-jawaban itu malah seperti ribuan anak panah yang menusuk-nusuk hatinya dan membuat dadanya terasa sesak. Ia tidak ingin melihatnya lagi!     

Anya menghela napas panjang ketika melihat jawaban-jawaban itu dan melemparkan ponselnya ke tempat tidur kemudian menutup matanya. Rasanya otaknya seperti akan menggila!     

Ia benar-benar ingin berlari ke ruang kerja Aiden dan bertanya padanya siapa sebenarnya Keara? Apakah ia adalah pengganti Keara di hati Aiden?     

Pada saat itu, suara ketukan pintu terdengar. "Anya, apakah kamu sudah tidur?" suara Hana terdengar dari luar.     

Anya bergegas turun dari tempat tidur dan membuka pintu untuk Hana. "Bu Hana, ada apa?"     

Hana hanya tersenyum dan mengangguk. "Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu," kata Hana. Ia bisa melihat kekhawatiran dan kegelisahan di mata Anya sehingga insting keibuannya langsung menendang. Ia sudah menghabiskan waktu bersama dengan Anya sejak Anya menikah dengan Aiden sehingga ia merasa cukup dekat dengan Anya. Hana berinisiatif untuk menenangkan kegelisahan yang dirasakan oleh Anya.     

Mata Anya berbinar saat mendengar kata-kata Hana. Kalau ia tidak bisa bertanya pada Aiden secara langsung, mungkin ia bisa menanyakan siapa sebenarnya Keara pada Hana. "Ayo kita ke taman saja," kata Anya.     

Hana mengangguk dan mengikuti Anya menuju ke taman. Sesampainya di teras taman, Anya melihat ke sekelilingnya terlebih dahulu, memastikan tidak ada orang yang berada di sana. Mereka berdua duduk di salah satu kursi yang menghadap ke arah taman. Hanya ada lampu-lampu taman yang menerangi tempat tersebut sehingga suasananya sedikit redup.     

Setelah itu memastikan tidak ada orang yang bisa mendengar percakapan mereka, Anya bertanya pada Hana, "Bu Hana, sebenarnya siapa Keara?"     

"Nona Keara adalah tunangan Tuan Ivan, kakak tiri Tuan Aiden," kata Hana dengan tenang.     

"Hah?" Anya terlihat keheranan. Jawaban ini sangat berbeda dengan apa yang ia bayangkan!     

Hana terkekeh saat melihat reaksi Anya. "Apakah kamu pikir Nona Keara adalah mantan kekasih Tuan Aiden?"     

Anya hanya bisa tersenyum malu-malu sambil menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal sama sekali. Ia merasa sedikit malu karena memang itu yang ia pikirkan. Ia telah berprasangka buruk, tanpa mengetahui kenyataannya.     

Setelah memastikan identitas Keara, Anya merasa lebih tenang. Kemudian, ia teringat kata-kata Aiden yang mengatakan bahwa ayahnya lah yang membuatnya menjadi seperti ini. "Bu Hana, apakah mata Aiden buta karena ayahnya?" tanya Anya dengan khawatir.     

Hana terlihat bimbang. Apakah ia yang harus memberitahu hal ini kepada Anya? Tetapi melihat sifat tertutup Aiden, Anya tidak akan pernah tahu cerita ini dari mulutnya. Dan ia merasa sedikit kasihan pada Anya karena tidak mengetahui apa pun meskipun statusnya saat ini adalah istri Aiden.     

"Tahun lalu, Tuan Aiden diculik dan penculiknya meminta tebusan sebesar satu miliar. Tuan Bima tidak ingin membayarnya dan langsung menelepon polisi. Polisi bergegas untuk mencari keberadaan Tuan Aiden dan menemukannya di dalam sebuah gudang. Namun, gudang itu dipenuhi dengan tong minyak. Tidak tahu siapa yang menembak terlebih dahulu, tetapi tiba-tiba saja gudang itu meledak," cerita Hana dengan sedih. "Itu sebabnya kondisi Tuan Aiden seperti saat ini."     

Tanpa sadar tangan Anya terangkat, menutup mulutnya. Ia tidak menyangka Aiden akan mengalami tragedi yang menakutkan seperti ini. Penculikan! Ledakan! Semua itu menyebabkan ia lumpuh dan buta …     

"Aiden marah karena ayahnya tidak mau membayar uang tebusan. Ia merasa bahwa ayahnya lebih mementingkan uang daripada nyawa putranya," Anya menghela napas. Semakin banyak harta yang dimiliki oleh seseorang, orang tersebut akan semakin tidak rela untuk kehilangan hartanya. Sifat pelit akan tumbuh dengan sendirinya di hati mereka …     

Hana mengerutkan keningnya. Ia tidak tahu mengapa Aiden menyembunyikan penglihatannya yang mulai pulih, bahkan pada Anya. Atau mungkin Anya sudah tahu, tetapi juga merahasiakannya dari semua orang? Entahlah …     

Karena Aiden tidak mau memberitahunya, ia hanya bisa mengikuti keinginan Aiden sekarang.     

"Anya, Aiden bukanlah orang biasa. Ia sangat kuat. Kakinya yang divonis lumpuh saja bisa kembali berjalan. Aku yakin matanya juga akan sembuh. Kita harus percaya padanya!" kata Hana.     

Anya mengangguk-angguk dengan penuh semangat saat mendengar kata-kata Hana. "Kita akan selalu berada di sampingnya hingga Aiden kembali pulih."     

Anya akan selalu berada di samping Aiden. Ia akan berusaha untuk membantunya sebisa mungkin. Ia akan berusaha untuk membalas semua kebaikan yang telah Aiden berikan kepadanya.     

Anya akan mendampingi Aiden hingga Aiden penglihatan Aiden pulih kembali …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.