Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Berganti Pakaian



Berganti Pakaian

0Di kegelapan, Aiden membuka matanya. Ia tidak tahu apa yang Anya pikirkan sehingga membuat istrinya itu kesulitan untuk tidur. Apakah Anya masih memikirkan mengenai identitas Keara?     
0

Tetapi Aiden tidak mau menjelaskan terlalu banyak mengenai Keara. Lagi pula, Keara sudah meninggal. Apa yang perlu dijelaskan?     

Ia menatap wajah Anya yang tertidur dengan lelap. Tangannya terulur untuk merapikan rambut-rambut Anya yang berantakan hingga menutupi wajahnya.     

Apakah Anya memikirkan mengenai hubungannya dengan Keara? Apakah Anya peduli padanya? Apakah Anya mulai mencintainya?     

Pemikiran itu berkecamuk di benak Aiden saat ia memandang wajah istrinya dengan tatapan yang lembut. Setelah itu, ia kembali memejamkan matanya dan tertidur …     

…     

Esok paginya, Anya bangun cukup pagi meski kemarin malam ia kesulitan untuk tidur. Ia duduk di atas tempat tidur dan merentangkan tangannya, melihat Aiden masih terlelap di sampingnya.     

Anya melihat jam di atas nakas dan menyadari bahwa ia harus segera bersiap-siap untuk hari pertamanya kerja. Ia mengambil baju dari lemari ganti dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan mencuci rambutnya.     

Setelah selesai mandi, Anya membungkus rambutnya yang basah dengan handuk. Namun, pada saat ia hendak memakai bajunya, tidak sengaja ia menjatuhkan pakaiannya ke lantai dan membuatnya basah kuyup.     

"Ah!" teriaknya sambil menepuk dahinya. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia tidak punya baju untuk dikenakan.     

Setelah kebingungan untuk sementara, Anya menimbang-nimbang. Seharusnya Aiden saat ini sudah turun untuk sarapan. Jadi, kamarnya seharusnya saat ini sedang kosong. Ia bisa mengambil baju dan berganti pakaian di kamarnya.     

Anya tidak berani menunggu lebih lama karena takut akan terlambat. Ia langsung membalut tubuhnya dengan handuk dan keluar dari kamar mandi untuk mengambil baju yang baru.     

Saat ia keluar dari kamar mandi, ia melihat bahwa Aiden sedang duduk di pinggir tempat tidur, tampak baru saja bangun dari tidurnya.     

Anya menatap Aiden dengan sangat terkejut hingga lupa untuk bereaksi.     

Aiden yang baru saja bangun juga sangat terkejut. Hari masih pagi, tetapi ia bisa melihat pemandangan yang sangat indah. Darahnya seolah bergejolak saat melihat istrinya hanya berbalutkan handuk dan terlihat baru saja keluar dari kamar mandi.     

Setelah terkejut untuk beberapa saat, Anya langsung berusaha menutupi tubuhnya. Ia berbalik dengan panik dan memunggungi Aiden. Kulitnya yang tidak tertutupi handuk terlihat sangat mulus, membuat Aiden kembali merasa terkesima. Kakinya yang jenjang juga terlihat sangat indah, hingga hampir membuat jiwa Aiden melayang dari tubuhnya.     

Aiden hanya bisa menelan ludahnya saat melihat Anya. Dari reaksi Anya yang sangat malu, ia tahu seharusnya ia tidak terus memandangi tubuh Anya. Tetapi ia tidak bisa mengalihkan pandangannya seolah matanya terpaku pada tubuh Anya yang indah.     

Sementara itu Anya baru mengingat sesuatu. Aiden kan tidak bisa melihatnya! Mengapa ia harus panik? Selain itu, Aiden juga sama sekali tidak bereaksi dan tidak mengatakan apa pun. Itu semua karena Aiden tidak bisa melihat kalau Anya hanya mengenakan handuk. Anya langsung merasa sedikit bodoh karena panik sendiri …     

Ia perlahan berbalik, melihat Aiden terlihat sama sekali tidak memedulikannya. Pria itu diam saja, seakan-akan tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Anya langsung merasa sangat lega.     

Namun, sebenarnya semua yang terjadi terpancar jelas di mata Aiden. Setelah Anya berbalik, Aiden bisa melihat buah dada Anya yang hanya dibungkus oleh handuk. Wajah Aiden memang tidak berubah, tetap tidak berekspresi seperti biasanya. Namun, napasnya menjadi sangat cepat karena gejolak yang ia rasakan. Ia mengagumi tubuh Anya yang sangat indah dengan cahaya samar dari penglihatannya yang tidak seberapa sempurna.     

"Hari ini hari pertamamu bekerja, jangan terlambat. Cepat turun dan sarapan. Aku akan meminta Abdi untuk mengantarmu ke sana," kata Aiden dengan santai.     

"Iya," jawab Anya sambil menghela napas lega. Aiden tidak bisa melihatnya sehingga ia berbicara seolah tidak ada yang terjadi.     

Anya berjalan menuju ke sudut ruangan yang penuh dengan lemari pakaian. Ruangan itu tergabung dengan ruang tidur utama, tidak dipisahkan oleh pintu atau pun sekat. Sehingga dari tempatnya saat ini, Aiden masih bisa melihat Anya dengan jelas.     

Anya memilih baju dari salah satu lemari dan mengintip ke arah Aiden, memastikan pria itu tidak melihat ke arahnya. Setelah yakin bahwa pria itu benar-benar tidak melihatnya, Anya menurunkan handuk yang menyelimuti tubuhnya.     

Aiden yang masih duduk di pinggir tempat tidur hanya bisa terkesima. Ia tidak menyangka Anya akan berganti baju di hadapannya. Ia memang sudah pernah menyentuh seluruh tubuh Anya dan mengaguminya pada saat mereka bercinta di hotel. Tetapi pada saat itu ia diselimuti oleh gairah sehingga tidak bisa memandang tubuh yang indah ini dengan seksama.     

Namun saat ini, tubuh Anya terpampang di hadapannya. Ia menoleh agar tidak memandang langsung ke arah Anya, tetapi matanya tetap melirik dan mengagumi tubuh Anya secara diam-diam seolah tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wanita itu. Pemandangan di hadapannya itu sangat indah sehingga membuatnya terkejut sekaligus terkesima.     

Ia menelan ludahnya berkali-kali, menahan gairah yang mulai bangkit dari tubuhnya.     

Anya berganti baju dengan sangat cepat. Dalam sekejap saja, ia sudah mengenakan seluruh pakaiannya dan terlihat rapi. Begitu ia mengangkat kepalanya, ia melihat bahwa Aiden sedang memandang ke arahnya. Wajahnya langsung memerah karena malu. Ia berjalan menghampiri Aiden, mengulurkan tangannya dan menggoyang-goyangkan tangannya di depan mata Aiden.     

Tidak ada reaksi.     

Anya merasa sangat lega saat melihatnya.     

Aiden mengulurkan tangannya dan memegang tangan Anya yang berada tepat di depan matanya. Tangannya yang lain langsung merangkul pinggang Anya untuk membawanya lebih dekat padanya. "Wangi sekali. Apakah kamu sudah mandi?"     

Anya duduk di pangkuan Aiden, tetapi merasa ada yang salah. Ada sesuatu yang menonjol!     

Ia langsung bangkit berdiri dengan panik. Tidak mungkin Aiden bereaksi karena melihat tubuhnya. Ia sudah memastikan bahwa pria itu tidak bisa melihatnya! Apakah memang setiap pagi pria bereaksi seperti itu?     

"Ak- … Aku akan turun untuk makan," kata Anya dengan terbata-bata.     

Aiden tidak melepaskan tubuh Anya dan berbisik di telinganya. "Aku juga ingin makan …" Namun, entah mengapa kata-kata Aiden itu sepertinya mengandung makna tersembunyi. Aiden bukan ingin sarapan, tetapi memakannya! Aiden ingin bercinta dengannya!     

Wajah Anya langsung memerah hingga telinganya terasa panas. "Eh? Aku … Aku harus segera pergi kerja!" katanya sambil berusaha untuk lari dari pangkuan Aiden.     

Aiden hanya tertawa kecil saat melihat reaksi Anya. Sepertinya, wanita itu tahu apa yang ia maksud.     

Anya merasa kebingungan saat tangan Aiden masih memeluknya dengan erat. Mengapa tiba-tiba Aiden menggodanya seperti ini? Biasanya pria itu tidak banyak bicara. Apa mungkin suasana hatinya sedang baik karena kencan mereka kemarin?     

Ia mengambil inisiatif untuk mencium pipi Aiden dan berkata, "Aku akan turun untuk makan ya?"     

Aiden bisa merasakan ciuman itu seakan melekat di pipinya. Bibir Anya yang menyentuhnya terasa sangat lembut. Namun, ciuman itu membuat pelukan di pinggang Anya bukannya mengendur, malah semakin erat.     

"Aiden …" tangan Anya memegang bahu Aiden untuk menopang tubuhnya agar tidak jatuh. Aiden benar-benar tidak ingin melepaskan pelukannya. Ia menatap Anya yang berada di pelukannya. Wajah wanita itu memerah karena malu. Terkadang salah satu tangannya akan menyelipkan rambutnya di telinga, tanda bahwa ia sedang gugup.     

Aiden benar-benar ingin menyeret Anya kembali ke tempat tidur dan menunjukkan seberapa besar rasa cintanya pada Anya.     

Namun, hari ini adalah hari Anya pertama bekerja dan pekerjaan ini sangat penting untuknya. Untuk hari ini saja, ia memutuskan untuk mengalah.     

Anya bisa merasakan tangan Aiden mulai mengendur. Ia langsung bangkit berdiri, mengambil tasnya dan berlari ke arah pintu. Namun, saat ia sudah mencapai di ambang pintu, ia menatap ke arah Aiden lagi dan tanpa sadar tersenyum dengan manis.     

Aiden bisa merasakan sebuah anak panah menusuk tepat di hatinya. Senyuman itu begitu manis hingga membuat seluruh tubuhnya gemetaran.     

Wanita ini benar-benar akan menjadi alasan kematianku …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.