Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Apakah Kamu Pernah Mencintaiku?



Apakah Kamu Pernah Mencintaiku?

0"Eh, tapi …" Anya hendak mencegah Ben agar tidak pergi. Ia ingin mengatakan pada Ben bahwa ia yang akan melayani tamu di depan dan biarkan Ben saja yang membersihkan luka Raka.     
0

Ia segera menghalangi Ben dan berkata, "Aku tidak bisa melakukannya. Lebih baik Tuan Raka pergi ke rumah sakit saja." Ia berdiri dengan kukuh di ambang pintu tanpa ada niatan untuk melangkah maju, berusaha menghalangi agar Ben tidak keluar dari ruangan itu. Jika ia melangkah maju satu langkah saja, Aiden pasti akan sangat murka padanya. Jika ia mendekat satu langkah saja, pekerjaan Harris yang akan menjadi taruhannya.     

Ben terlihat sedikit kesal karena Anya tidak menuruti apa yang ia katakan. "Kamu bantu Tuan Raka untuk membersihkan lukanya. Keluarkan semua pecahan-pecahan kaca pada tangannya, pastikan tidak ada yang tertinggal. Perban lukanya dengan rapi sebelum Tuan Raka pergi ke rumah sakit agar tidak ada infeksi!" perintah Ben dengan tegas.     

Raka merasa tidak enak melihat Anya dimarahi oleh manajernya di hari pertama ia bekerja. "Maaf aku sudah merepotkan. Aku akan membayar kerusakan yang telah terjadi di toko."     

"Tuan Raka, ini adalah hari pertama Anya bekerja sehingga ia tidak menjelaskan mengenai tindakan pengamanan. Ini semua merupakan kelalaian kami sehingga menyebabkan Anda terluka seperti ini. Tidak perlu membayar ganti rugi, kami yang akan membayar biaya rumah sakit Anda," kata Ben dengan sopan pada Raka.     

"Anya sudah mengingatkanku untuk tidak terlalu gugup dan tidak mencengkeram botol itu terlalu keras. Semua ini kesalahanku sendiri karena tidak mengikuti kata-katanya," kata Raka, berusaha untuk membela Anya.     

Saat mereka sedang berbicara, tiba-tiba saja salah satu pegawai menghampiri mereka dengan panik. "Manajer, ada banyak pelanggan di luar." Mereka benar-benar kekurangan tenaga bantuan karena Ben dan Anya tidak berada di dalam toko.     

"Manajer, silahkan lanjutkan saja pekerjaanmu. Biarkan Anya yang membersihkan lukaku," kata Raka, mempersilahkan Ben untuk segera pergi.     

Ben langsung mengangguk dan berpamitan pada Raka, meninggalkan Anya dan Raka seorang diri di ruangan tersebut.     

Anya hanya berdiri diam di ambang pintu, tidak mau melangkah maju dan juga tidak tega untuk pergi melihat luka di tangan Raka yang masih bersimbah darah. Kain yang digunakan untuk menutupi lukanya sementara sudah berubah warna menjadi merah.     

"Apakah kamu benar-benar tidak ingin melihatku sampai segitunya?" tanya Raka dengan suara yang lembut.     

Anya hanya diam di tempatnya dan menatap Raka dengan bimbang. Ia tidak berani bergerak sedikit pun, tidak mau menunjukkan kegelisahannya pada Raka.     

Anya menimbang-nimbang apa yang harus ia lakukan sambil menggertakkan giginya. Akhirnya ia memutuskan, ia hanya akan membersihkan luka Raka saja dan kembali bekerja setelah itu.     

Ia memasuki ruang istirahat pegawai dan berjongkok di sisi Raka, membuka kotak p3k yang diletakkan di meja oleh Ben. "Letakkan tanganmu di atas meja, aku akan membersihkannya," kata Anya sambil mengeluarkan penjepit, kapas dan botol disinfektan.     

Raka tidak mengatakan apa pun. Ia mengulurkan tangannya dan meletakkan di atas meja, membuka telapak tangannya.     

"Ini akan sedikit sakit. Tahanlah!" Anya memegang penjepit untuk mengeluarkan pecahan kaca yang masih tertancap di tangan Raka sambil meniupnya untuk mengurangi rasa sakitnya. Raka tidak bisa berkata apa-apa saat menahan rasa sakit di tangannya. Setelah semua pecahan kaca sudah dikeluarkan, Anya segera membersihkan seluruh lukanya dengan disinfektan.     

Anya tidak seperti wanita kebanyakan yang akan berteriak atau bahkan pingsan ketika melihat darah dan luka. Ia terlihat sangat tenang saat membersihkan luka di tangan Raka. Ia juga membalut luka Raka dengan cepat dan menyuruhnya untuk segera pergi ke rumah sakit.     

"Anya, tinggalkan Aiden!" kata Raka sambil memegang tangan Anya yang hendak bangkit berdiri untuk meninggalkannya.     

"Aiden sangat baik kepadaku. Aku tidak akan meninggalkannya. Raka, sebaiknya kita tidak bertemu lagi. Jangan datang ke tempat ini lagi," kata Anya dengan tenang.     

"Aku tahu kamu membutuhkan uang sehingga kamu mau menikah dengan Aiden. Tetapi apa kamu tidak pernah berpikir mengapa Aiden tiba-tiba saja menikahimu? Aku yakin pasti ada konspirasi di balik semua ini," kata Raka sambil menatap wajah Anya dengan tulus. Ia benar-benar ingin membantu Anya.     

"Aku orang biasa yang tidak punya harta dan apa pun. Aku hanyalah gadis miskin. Apa yang bisa Aiden dapatkan dengan menikahiku?" Anya tertawa, menertawai dirinya sendiri dan nasibnya yang sangat menyedihkan.     

"Aku akan mencari tahu apa yang ia rencanakan!" Raka tidak percaya Aiden menikahi Anya tanpa alasan. Ia berniat untuk membongkar rencana Aiden dan membebaskan Anya dari pria itu.     

"Raka, jangan membuat Aiden marah. Kamu tidak boleh memprovokasinya. Aku benar-benar bahagia bersamanya," kata Anya dengan panik. Ia tidak bisa berlama-lama di sini. Semakin lama ia berada di sana, semakin besar juga kemungkinan Aiden akan mengetahuinya.     

"Apakah kamu mengkhawatirkan aku? Kamu bahkan ingat bahwa aku memiliki alergi pada mugwort. Aku tahu bahwa masih ada aku di hatimu," kata Raka sambil memandang wajah Anya, mencari tahu apakah ada kerinduan yang terpancar dari wajah cantik wanita di hadapannya. "Tiga tahun lalu, mengapa kamu tidak bilang padaku bahwa ibumu sakit? Mengapa kamu tidak menceritakan kepadaku bahwa kamu membutuhkan uang?"     

Anya hanya tersenyum tipis. Setelah tiga tahun berlalu, Raka masih tidak paham mengapa ia membutuhkan uang. Ia tidak tahu mengapa Anya memutuskan untuk menerima uang yang diberikan oleh ibunya daripada berbicara kepadanya.     

Pria itu tidak tahu bagaimana kerasnya kehidupan ketika kamu tidak memiliki uang. Rumah sakit bukanlah tempat yang mau memberikan sumbangan secara sukarela. Tanpa uang untuk membayar biaya rumah sakit dan obat-obat ibunya, ibunya bisa kehilangan nyawanya. Jika sampai itu terjadi, Anya benar-benar akan sebatang kara.     

Raka pikir Anya tidak mencintainya dan hanya mencintai uangnya saja, sehingga pada akhirnya Anya menerima uang dari ibu Raka dan memutuskan hubungan dengannya.     

Padahal sebenarnya Anya berusaha keras untuk bekerja, belajar dengan tekun untuk segera menyelesaikan kuliahnya, bahkan sesekali menyisihkan uang untuk membeli hadiah untuk Raka. Ia juga berusaha untuk mencari waktu senggang di sela-sela kesibukannya agar bisa bertemu dengan Raka.     

Tetapi apa balasannya?     

Raka pikir Anya tidak memedulikannya. Ia pikir Anya tidak berusaha untuk mencari waktu untuk menemuinya dan tidak mau menghabiskan waktu untuk bersama dengannya. Raka terus mengeluh dan mempertanyakan hubungan mereka.     

'Raka, kamu tidak akan pernah tahu bagaimana aku berjuang keras untuk mengikuti langkahmu,' pikir Anya.     

Anya sangat menyayangi Raka sehingga ia tidak mau Raka melihat sisi buruk dirinya. Ia tidak mau dianggap wanita yang memalukan dan tidak sepadan dengan Raka sehingga ia berusaha dengan keras untuk sejajar dengannya.     

Namun, apa artinya semua itu sekarang?     

"Apa gunanya? Kamu tidak punya uang,�� kata Anya sambil tersenyum sinis.     

"Aku punya! Aku bisa membantumu!" kata Raka. Ia adalah putra Keluarga Mahendra. Bagaimana mungkin ia tidak punya uang?     

Salah satu alis Anya sedikit terangkat seolah sedang merendahkan pria di hadapannya. "Uangmu adalah uang ibumu. Kamu atau ibumu yang memberi uang, menurutku tidak ada bedanya."     

"Tidak! Kalau aku yang memberimu uang, kamu tidak perlu putus denganku," kata Raka dengan sedih. Kalau ia yang membantu Anya, ia tidak akan membiarkan Anya pergi dari sisinya begitu saja.     

Anya menundukkan kepalanya. Ia tidak ingin menatap wajah Raka. Suasana hatinya terasa semakin memburuk setelah membicarakan hal ini, namun pembicaraan mereka tetap tidak berujung. Raka tidak mau mendengarkan penjelasannya dan ia sendiri sudah tidak tahu bagaimana harus menjelaskan kepada Raka agar ia tidak kembali kehidupannya.     

"Raka, sejak ibuku keluar dari Keluarga Tedjasukmana, kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama. Meski ibumu tidak memberiku uang, kita masih tetap akan berpisah."     

Anya segera merapikan kotak p3k dan bersiap untuk pergi meninggalkan ruangan tersebut.     

"Anya, apakah kamu pernah mencintaiku? Sedikit saja?" ada setitik harapan di mata Raka saat menanyakannya. Ia benar-benar berharap Anya dulu memang mencintainya dengan setulus hati. Jika Anya dulu pernah mencintainya, setidaknya masih ada cinta di hati Anya untuknya meski hanya sedikit saja. Sedikit cinta itu sudah sangat berarti untuk Raka …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.