Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Raja Gosip



Raja Gosip

0Tiga puluh menit kemudian, Harris mengetuk pintu ruang kerja Aiden dan masuk. "Tuan, ada seorang pegawai yang merekam pembicaraan antara Nyonya dan Tuan Raka di ruang pegawai Rose Scent."     
0

Aiden mengangkat kepalanya saat mendengar laporan Harris. Wajahnya menunjukkan rasa tidak suka. "Orang seperti itu tidak boleh berada di dekat Anya. Beli rekaman itu darinya, kemudian laporkan orang tersebut pada polisi," kata Aiden dengan suara yang dingin.     

Harris hanya bisa mengangguk meski dalam hati ia merasa bingung. Dua perintah yang baru Aiden katakan itu sungguh bertentangan!     

Aiden ingin tahu apa yang Anya dan Raka bicarakan di ruang pegawai Rose sehingga tentu saja harus ada seseorang yang merekamnya secara diam-diam. Tetapi begitu ada orang yang merekamnya, Aiden merasa bahwa orang itu tidak aman untuk berada di dekat Anya.     

Bosnya ini memang benar-benar rumit.     

"Tuan, apa tidak sebaiknya membiarkan pegawai itu tetap berada di sana. Dengan itu, ia bisa membantu kita ..." Harris mencoba menyarankan hal tersebut pada Aiden, tetapi Aiden langsung menyelanya.     

"Tidak perlu!" kata Aiden dengan tegas.     

Harris langsung mengangguk, menuruti perintah Aiden.     

...     

Saat jam makan siang, Anya menghabiskan waktunya untuk makan di ruang pegawai. Ia menikmati makanannya dengan tenang, ketika tiba-tiba sebuah suara berisik terdengar dari luar. Ia segera membereskan makan siangnya dan keluar untuk memeriksa keributan tersebut.     

Di luar, Anya melihat salah satu pegawai digiring oleh polisi dari tokonya. Apa yang telah terjadi?     

Ben menghadap ke arah para pegawai lainnya yang sedang ribut membahas kejadian ini dan berkata dengan tenang, "Ayo kembali bekerja. Berhenti membicarakannya!"     

Anya bergegas menghampiri Ben. "Manajer, apa yang terjadi?"     

"Pegawai itu ditangkap oleh polisi karena telah melanggar privasi pelanggan," jawab Ben. Ia merasa sedikit pusing karena rasanya hari ini begitu banyak keributan di tokonya.     

Anya melihat semua kejadian ini dengan curiga. Pelanggaran privasi? Siapa pelanggan itu? Mengapa begitu banyak kejadian di hari pertamanya bekerja?     

Sementara itu, di ruang kerja Aiden, Harris memberikan rekaman percakapan Anya dan Raka pada Aiden. "Tuan, Anda mau makan siang apa?" tanya Harris. Jam makan siang sudah akan berlalu, tetapi Tuannya itu belum makan juga.     

"Apakah Anya sudah makan?" tanya Aiden.     

"Sudah, Tuan. Setiap pegawai di Rose mendapatkan jatah makan siang dari katering. Hari ini, menu katering Nyonya adalah daging cincang saus tiram dengan sayur tauge dan sup telur," kata Harris. Ia sudah terbiasa menjawab pertanyaan Aiden dengan rinci, karena ia tahu bahwa Aiden selalu ingin mengetahui segalanya mengenai Anya.     

"Hmm ... Aku ingin makan siang yang sama dengannya," kata Aiden dengan santai.     

Harris tertegun mendengar jawaban Aiden. Apa yang baru ia dengar? Tuannya ingin makan makanan katering? Itu kan makanan untuk pegawai ...     

"Ehem ... Tuan, Anda mau makan makanan yang sama dengan Nyonya? Menu katering?" tanya Harris dengan ragu. Ia ingin memastikan telinganya tidak menipunya.     

"Hmm ..." gumam Aiden sambil mengangguk. Matanya tetap tertuju pada dokumen-dokumen yang sedang ia pegang.     

"Baik, Tuan. Saya akan menyiapkannya." Meski seheran apa pun ia pada perintah bosnya, Harris akan langsung melakukannya. Ia berjalan keluar dari ruang kerja Aiden dan menelepon restoran perusahaan Atmajaya Group. Tidak hanya Harris, manajer restoran itu juga ikut bingung ketika mendengar pesanan Harris.     

Restoran di perusahaan itu sangat berkelas. Mereka menyediakan berbagai menu makanan dari makanan Indonesia, makanan Jepang hingga makanan Barat sekali pun. Namun, siapa sangka Aiden, presiden direktur perusahaan mereka, akan memesan masakan rumahan yang biasanya dimakan oleh para pegawai biasa.     

Setelah Harris keluar dari kantornya untuk memesankan makan siang, Aiden segera menyalakan rekaman yang ia dapatkan.     

...     

"Anya, tinggalkan Aiden!"     

"Aiden sangat baik kepadaku. Aku tidak akan meninggalkannya. Raka, sebaiknya kita tidak bertemu lagi. Jangan datang ke tempat ini lagi."     

"Aku tahu kamu membutuhkan uang sehingga kamu mau menikah dengan Aiden. Tetapi apa kamu tidak pernah berpikir mengapa Aiden tiba-tiba saja menikahimu? Aku yakin pasti ada konspirasi di balik semua ini."     

"Aku orang biasa yang tidak punya harta dan apa pun. Aku hanyalah gadis miskin. Apa yang bisa Aiden dapatkan dengan menikahiku?"     

"Aku akan mencari tahu apa yang ia rencanakan!"     

"Raka, jangan membuat Aiden marah. Kamu tidak boleh memprovokasinya. Aku benar-benar bahagia bersamanya,"     

"Apakah kamu mengkhawatirkan aku? Kamu bahkan ingat bahwa aku memiliki alergi pada mugwort. Aku tahu bahwa masih ada aku di hatimu. Tiga tahun lalu, mengapa kamu tidak bilang padaku bahwa ibumu sakit? Mengapa kamu tidak menceritakan kepadaku bahwa kamu membutuhkan uang?"     

"Apa gunanya? Kamu tidak punya uang."     

"Aku punya! Aku bisa membantumu!"     

"Uangmu adalah uang ibumu. Kamu atau ibumu yang memberi uang, menurutku tidak ada bedanya."     

"Tidak! Kalau aku yang memberimu uang, kamu tidak perlu putus denganku."     

"Raka, sejak ibuku keluar dari Keluarga Tedjasukmana, kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama. Meski ibumu tidak memberiku uang, kita masih tetap akan berpisah."     

"Anya, apakah kamu pernah mencintaiku? Sedikit saja?"     

"Tidak!"     

"ANYA!"     

"Aku tidak pernah mencintaimu, dulu atau pun sekarang. Pergilah dan jangan kembali lagi."     

...     

Setelah mendengar rekaman itu, wajah Aiden terlihat lebih serius.     

Apakah yang Anya katakan benar?     

Atau ia hanya membohongi dirinya sendiri dan membuat Raka kecewa agar Raka tidak mendatanginya lagi?     

Atau Anya melakukan semua ini untuk melindungi Raka dari bahaya? Melindungi Raka dari Aiden ...     

Alis Aiden berkerut, matanya terlihat dingin. Raka ingin menyelidiki alasan mengapa Aiden mau menikahi Anya. Berani sekali pria itu ...     

Tidak masalah! Aiden tidak keberatan jika harus bermain-main dengan pria itu!     

...     

Nico baru saja selesai makan siang di restoran perusahaan. Begitu ia keluar dari tempat tersebut, ia melihat Harris membawa nampan makanan menuju ke lift pribadi Aiden.     

Ia segera mengikuti Harris dan mengintip dengan penasaran. Rasa ingin tahu Nico memang besar sehingga ia ingin mencari tahu berbagai hal. Hal-hal mengenai Pamannya juga merupakan topik menarik baginya. "Harris, apakah ini makan siang Pamanku?" tanyanya. Ia mengerutkan keningnya ketika melihat makanan yang ada di balik tudung saji dari kaca. "Pamanku makan ini?"     

"Ya, Tuan," Jawab Harris sambil berjalan memasuki lift. "Tuan Nico, tolong bantu saya untuk memencet tombol lift. Terima kasih!"     

"Daging cincang saus tiram, sayur tauge, sup telur. Ini sepertinya ..." Nico memencet tombol lift sambil memandang makan siang Aiden. "Ini makan siang bibi kan?"     

"Saya tidak memberitahu Anda. Anda sendiri yang menebaknya," kata Harris tanpa ekspresi.     

Nico tertawa ketika mendengar jawaban Harris. Ia menepuk-nepuk bahu Harris dan berkata, "Harris, Pamanku benar-benar dimabuk cinta ya?"     

Harris tetap berdiri dengan tegak sambil memegang nampan itu dengan tenang, takut sup milik Tuannya itu tumpah. "Nyonya sangat penting bagi Tuan."     

Nico mengangguk-angguk sambil tersenyum mendengar itu. "Malam ini aku akan pindah ke rumahku. Apakah kamu mau menemaniku?" tanya Nico pada Harris.     

Harris sendiri memiliki salah satu bangunan di kompleks rumah Aiden. Aiden yang memberikannya pada Harris dengan syarat Harris harus bekerja selama 10 tahun di Atmajaya Group. Setelah itu, Aiden akan memindahkan kepemilikan rumah itu pada Harris.     

"Tuan Nico, saya lebih suka tinggal sendiri. Saya membutuhkan ketenangan," tanpa pikir panjang, Harris langsung menolak tawaran Nico mentah-mentah. Kepalanya bisa meledak jika ia harus mendengarkan kecerewetan Nico semalaman penuh.     

"Menyedihkan sekali tinggal sendirian. Pasti kamu sangat kesepian. Haruskah aku memperkenalkan seorang wanita padamu?" tanya Nico sambil menggoda Harris.     

Namun, ekspresi di wajah Harris sama sekali tidak berubah. Sama seperti julukannya, asisten batu, Harris sangat kaku seperti batu. "Terima kasih, Tuan. Tetapi saya sudah memiliki wanita yang saya sukai," Harris menolaknya dengan sopan.     

Nico tidak menyangka akan mendengar jawaban itu keluar dari mulut Harris. "Apa? Kamu memiliki wanita yang kamu sukai? Siapa itu?" tanya Nico dengan penasaran.     

Memang Nico adalah raja gosip, tidak tahan dengan yang namanya rahasia ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.