Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kesalahan Yang Tidak Ia Lakukan



Kesalahan Yang Tidak Ia Lakukan

0Anya hanya berdiri diam saat menerima hinaan dan cacian itu. Ia bisa memahami kemampuan Raisa untuk membuat keributan. Sepertinya, persahabatan bisa membuat seseorang menjadi serupa. Natali, Raisa, mereka berdua bak pinang dibelah dua. Kelakuan mereka serupa. Kebusukan mereka, kelicikan mereka …     
0

Ketika ia masih berhubungan dengan Raka, Raisa selalu membencinya. Raisa merendahkannya karena merasa Anya tidak sepadan untuk kakaknya.     

Sekarang, meski Anya tidak melakukan kesalahan apa pun, meski Anya tidak menggoda Aiden, meski semua ini adalah hasil kelicikan Natali, Raisa yang tidak tahu apa-apa langsung menuduhnya. Risa menghinanya sebagai wanita murahan yang menggoda Aiden. Raisa mengaburkan kenyataan, membuat semua orang berprasangka buruk padanya.     

Anya tidak bisa membantah. Apa yang bisa ia lakukan di hadapan begitu banyak orang. Ia hanya bisa menatap mereka, menatap mata-mata yang memandangnya dengan jijik dan mulut-mulut yang terus menghinanya.     

Hatinya terasa sakit. Di antara begitu banyaknya orang, tidak ada satu pun yang membelanya.     

Harris tidak bisa melewati kerumunan tersebut. Pintu masuk perusahaan benar-benar penuh sesak dan dihadang oleh banyak orang. Tetapi ia bisa mendengar apa yang dibicarakan semua orang sehingga ia bisa menebak bahwa Anya lah yang berada di luar sana.     

Ia segera mengeluarkan ponselnya, ingin menghubungi Aiden. Belum sempat ia menekan nomor telepon Aiden, Tuannya itu berjalan keluar dari lift pribadinya.     

Harris bergegas menghampirinya. "Tuan, Nona Raisa mencegat Nyonya di luar. Sepertinya mereka sedang bertengkar."     

Mendengar semua orang menghina dan memojokkan Anya, mata Aiden terlihat semakin dingin. Ekspresinya terlihat sangat menyeramkan sehingga tubuh Harris gemetaran di sampingnya. Ia menerobos kerumunan dan bergegas untuk menghampiri Anya     

Nico juga mendengar berita mengenai kedatangan Raisa dan bagaimana wanita itu menghina Anya di depan pintu perusahaan Atmajaya Group sehingga ia bergegas untuk turun dan membantu.     

Bukan Anya yang ingin ia bantu, karena Anya sudah memiliki pangerannya sendiri. Ia hanya perlu menyingkirkan Raisa yang membuat onar di depan perusahaannya.     

Nico bisa melihat Raisa di tengah kerumunan, tetapi mata Raisa tertuju pada Aiden. Matanya terlihat rakus seolah ingin memakannya.     

Aiden juga memandang ke arah Raisa. Namun, tatapannya itu bukan tatapan yang ramah. Tatapan Aiden membuat Raisa merasa bulu kuduknya berdiri.     

Bukankah Aiden buta? Mengapa matanya terlihat setajam pisau yang bisa membunuhnya begitu saja?     

Nico langsung menarik tangan Raisa dan menyeretnya dari tempat itu. "Apa yang kamu lihat? Ayo pergi!"     

"Nico! Lepaskan! Aku tidak mau pergi!" Raisa berusaha keras untuk melepaskan genggaman tangan Nico, tetapi ia tidak bisa. Nico memegangnya dengan kuat dan ia tidak bisa membebaskan dirinya.     

"Tidak mau pergi? Apakah kamu benar-benar ingin mati?" Nico menyeret Raisa dengan lebih keras dan menyuruhnya untuk segera masuk ke dalam mobil.     

"Nico, kamu sudah gila ya? Harris meneleponku, memintaku untuk datang ke tempat ini. Aku bahkan belum sempat bertemu dengan Aiden!" Raisa berusaha untuk membuka pintu mobil, tetapi Nico sudah menguncinya.     

"Kamu kira Pamanku benar-benar ingin melihatmu? Sejak kapan ia berbuat baik padamu? Pagi ini, kakakmu pergi untuk menemui Anya di tempat kerjanya dan terus mengganggunya. Pamanku memanggilmu untuk menyelidiki kakakmu. Aku membantumu untuk melarikan diri!" kata Nico dengan kesal.     

"Apa? Kakakku menemui Anya hari ini?" Raisa tertegun. Ia yang awalnya berontak, sekarang hanya bisa terdiam.     

"Kalau kamu sampai jatuh ke tangan Pamanku, tamat sudah riwayatmu!" Nico melirik ke arah orang-orang yang berada di pintu masuk perusahaan dengan tatapan kasihan. Sepertinya, Atmajaya Group akan melakukan pemecatan massal.     

Nico dan Raisa memanfaatkan kekacauan itu untuk melarikan diri dari tempat tersebut. Harris dan beberapa satpam, serta para pengawal Aiden, bergegas maju dan menghalangi para karyawan yang berada di tempat tersebut agar tidak kabur. Para karyawan ini malah sibuk bergosip di jam kerja.     

"Pecat semua karyawan yang menyaksikan kejadian ini!" suara dindin Aiden seperti pisau belati yang membunuh semua orang di tempat itu.     

Semua orang yang berada di tempat tersebut langsung terkejut dan hanya bisa menatap Aiden sambil melongo, termasuk Anya. Anya merasa seluruh tubuhnya kaku dan wajahnya pucat. Karena ia dipermalukan di depan umum dan dihina oleh orang-orang ini, Aiden merasa sangat marah dan langsung memecat mereka semua.     

Anya merasa sedikit cemas melihat perkembangan situasi ini.     

Salah satu manajer perusahaan bergegas menghampiri Aiden dan meminta maaf. Ia membungkuk dalam-dalam di hadapan Aiden. Sebagian besar karyawan yang berada di sana adalah bawahannya. "Tuan, maafkan kami. Beri kami kesempatan satu kali lagi …"     

Aiden sama sekali tidak tergerak. Ia tetap memandang mereka semua dengan dingin dan tanpa perasaan. "Ketika semua orang sedang sibuk bekerja, kalian malah menghina orang lain tanpa mengetahui kebenarannya. Orang-orang seperti kalian tidak pantas bekerja di Atmajaya Group. Aku tidak ingin melihat mereka semua lagi," kata Aiden dengan dingin.     

"Baik, Tuan!" jawab Harris.     

Anya menatap Aiden dengan terkejut. Aiden memecat semua orang ini karena dirinya.     

Aiden berbalik untuk menatap Anya. Namun, Anya tidak sanggup untuk membalas tatapan itu. Meski ia tidak bersalah, entah mengapa ia merasa malu seolah ia telah melakukan perbuatan yang menjijikkan. Mungkin semua hinaan-hinaan yang ia dengar membuatnya merasa malu pada dirinya sendiri. Tanpa sadar, Anya mengalihkan pandangannya, tidak berani menatap Aiden secara langsung.     

Ia adalah istri Aiden, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya pecundang yang berdiri diam dan menerima semua hinaan tanpa bisa melawan.     

"Apakah kamu masih mau menyembunyikan hubungan kita?" tanya Aiden dengan suara yang dalam.     

Jantung Anya berdegup dengan kencang. Keringat mulai membasahi tubuhnya. Apakah Aiden akan mengumumkan pernikahan mereka dengan cara seperti ini?     

Ia menarik napas dalam-dalam, menenangkan pikirannya dan berkata, "Meski orang-orang ini tidak tahu aku istrimu, tetap saja aku adalah kekasihmu. Aku tidak tahu mereka akan menyerangku. Aku tidak tahu hal seperti ini akan terjadi."     

Aiden mendengar apa yang Anya katakan. Anya tetap tidak ingin mengumumkan pernikahan mereka meski semua orang menghinanya seperti ini. Ia melangkah maju dan mendekati Anya, mengambil salah satu tangannya dan memegangnya dengan erat.     

"Tidak akan ada yang berani menghentikanmu lagi!" kata Aiden. Ia akan memastikan bahwa tidak ada orang yang berani menghina Anya lagi. Tidak ada satu orang pun yang boleh menghina wanita yang dicintainya …     

Anya menengadah, menatap Aiden. Ia bisa merasakan kehangatan mengalir dari tangan mereka yang saling bertautan. "Tidak akan ada satu orang pun yang berani menghinamu lagi!" suara Aiden sangat lembut, membuat Anya merasa tenang dan aman.     

Ia melangkah maju dan menyandarkan tubuhnya pada tubuh Aiden. Kemudian, ia berkata dengan lirih, "Apakah aku membuatmu malu? Aku menyebabkan keributan di kantormu."     

"Aku tidak malu. Aku merasa kesal karena seharusnya kekasihku tidak boleh sedih seperti ini," Tidak pernah sedetik pun Aiden mengalihkan pandangannya dari Anya.     

Anya merasa sedikit malu dengan jawaban Aiden, tetapi ia merasa tidak memiliki tenaga untuk menjawabnya. Ia hanya bisa menyandarkan tubuhnya pada tubuh Aiden.     

Ia benar-benar lelah …     

Tidak peduli apa pun yang ia katakan, tidak akan ada orang yang percaya kepadanya.     

Semua orang menganggapnya sebagai wanita murahan, orang ketiga yang membuat Natali harus kehilangan tunangannya. Ia tidak bisa membantah. Apa yang bisa ia katakan untuk membuat semua orang menyadari bahwa ini bukan kesalahannya?     

Natali tidak ingin menikahi Aiden? Natali yang menjebaknya?     

Bukankah itu terdengar tidak masuk akal?     

Pada akhirnya, Anya hanya bisa menerima hukuman atas kesalahan yang tidak ia lakukan …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.