Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidur Bersama



Tidur Bersama

0"Punya anak yang tidak tahu malu sepertimu hanya akan membuat ibumu marah setengah mati. Apa gunanya dia bangun? Lebih baik tidur saja daripada menghadapi anak sepertimu," kata Raisa dengan dingin saat melihat Anya berada di rumah sakit yang sama dengannya.     
0

Ketika Anya mendengarnya, tubuhnya langsung menegak. Ia menahan kemarahan yang muncul di dadanya dan berkata dengan dingin, "Apa yang kamu lakukan di sini?"     

"Luka kakakku terinfeksi dan sedang berada di rumah sakit ini," kata Raisa sambil memegang bunga dan berjalan menuju ke ujung koridor.     

Luka Raka? Apakah tangan Raka yang terluka bertambah parah?     

"Raisa …" Anya langsung mengejarnya dan menghentikannya.     

Sudut bibir Raisa terangkat saat melihat Anya menghentikannya. Bibirnya menunjukkan senyum penuh konspirasi dan kakinya berhenti melangkah, "Apa? Kamu ingin berkelahi denganku di tempat ini?"     

"Apakah tangan Raka baik-baik saja?" tanya Anya dengan khawatir.     

"Aku tidak tahu darimana ia mendapatkan luka itu. Tangannya diperban secara sembarangan sehingga lukanya infeksi dan bernanah. Kalau semakin parah, kakakku bisa saja kehilangan tangannya," Raisa mengatakannya sambil melotot ke arah Anya. "Luka kakakku itu ada hubungannya denganmu kan?"     

Anya tidak menjawab dan bertanya lagi, "Di mana kamar kakakmu?"     

"Ikutlah denganku. Kakakku pasti senang bertemu denganmu. Tadi pagi ia baru saja menjalani operasi dan lukanya terlihat sangat sakit," Raisa bergidik saat mengatakannya. "Ibuku terus menangis dan tidak berani melihat lukanya."     

Anya mengerutkan keningnya. Ia tidak menyangka luka Raka akan separah itu.     

Ia terluka begitu parah, tetapi masih bisa mengirimkan buket padanya. Tidak ada salahnya untuk mengunjunginya sebentar.     

"Apakah ia bangun?" tanya Anya.     

"Kamu masih punya hati ternyata. Apakah kamu tahu apa perjanjian yang dibuat oleh kakakku dan ayahku agar kakakku mau mengambil alih perusahaan? Ia kembali untukmu," kata Raisa dengan sinis. "Mengapa kamu masih mengejar-ngejar kakakku. Kamu sudah menghancurkan pertunangan Natali, tetapi kamu masih tidak mau melepaskan kakakku."     

Walaupun Anya tidak menyukai sifat Raisa, setidaknya Raisa jujur. Tidak seperti Natali yang berpura-pura baik di depan, tetapi menusuk di belakang.     

"Raisa, aku sudah tidak ada hubungan dengan kakakmu," gumam Anya.     

"Benarkah? Tetapi mengapa kamu masih menggoda kakakku hingga saat ini?" tanya Raisa.     

"Walaupun kamu tidak menyukaiku, seharusnya kamu tahu bahwa aku tidak akan pernah menggoda kakakmu. Hubunganku dengan Aiden tidak sedangkal yang kamu pikirkan. Natali juga tidak sebaik yang kamu pikirkan," Anya tidak ingin menjelaskan lebih banyak pada Raisa. Tidak ada gunanya menjelaskan semuanya pada Raisa. Itu sama halnya dengan buang-buang tenaga.     

Raisa tidak mengatakan apa pun. Ia hanya berdiri di sebuah pintu kamar, tepat di ujung koridor. Tangannya mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk, "Kakak, apakah kamu bangun? Anya datang untuk mengunjungimu."     

Tidak ada suara dari dalam sehingga Raisa langsung membuka pintu. Ia melihat Raka terbaring di tempat tidurnya, sedang tertidur lelap.     

"Ssst!" Raisa meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya, mengisyaratkan agar Anya tidak berisik. "Kakakku sedang tidur. Kamu bisa melihatnya sebentar, lalu cepat pergilah dari tempat ini."     

Anya mengangguk. Menurutnya situasi ini lebih baik. Lebih baik ia melihat kondisi Raka sebentar tanpa perlu berbasa-basi dengannya. Jika ia menemui Raka secara langsung, situasinya akan semakin canggung.     

Ia mengikuti Raisa dan berjalan memasuki kamar tersebut.Namun tiba-tiba, seorang pria muncul di belakang pintu. Tangan besar pria itu membekap Anya dari belakang, menutup mulutnya dengan sebuah sapu tangan.     

Anya mencium aroma yang aneh dari sapu tangan tersebut. Ia berusaha untuk menahan napasnya, tetapi ia sudah terlanjur menghirup cairan yang tidak dikenal itu. Ia benar-benar tidak berdaya meski berusaha keras untuk melawan.     

Raisa berbalik dan berteriak dengan keras. "Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di sini?"     

Namun, saat ia menghadap ke arah Anya. Ada sosok lain yang muncul di belakangnya.     

Anya ingin memperingati Raisa saat melihat seorang pria mengenakan berjubah dan bertopeng muncul di belakang Raisa. Namun, Anya tidak berdaya. Mulutnya dibekap dan tubuhnya ditahan. Ia hanya bisa memberi Raisa isyarat dengan matanya, tetapi Raisa tidak memahami.     

Pandangannya semakin kabur dan otaknya tidak bisa berpikir. Ia menggigit lidahnya untuk membangunkan dirinya, tetapi ia tidak bisa melawan rasa kantuk yang disebabkan oleh aroma aneh dari sapu tangan yang menutup mulutnya.     

Ketika ia pingsan, Raisa juga berhenti melawan dan pingsan.     

Di kamar lain, Aiden kembali ke kamar Diana, tetapi tidak menemukan istrinya. Ia melihat tas Anya tergeletak di atas meja.     

Kamera CCTV di koridor telah ditutupi sehingga Aiden tidak bisa mencari ke mana Anya pergi setelah keluar dari kamar Diana. Seseorang telah merencanakan semua ini.     

Aiden merasakan firasat buruk. Hatinya tiba-tiba saja terasa panik.     

"Apakah Anda sudah menemukan Nyonya Anya?" tanya dokter yang bersamanya. Jika sesuatu terjadi pada Anya di rumah sakit mereka, Aiden mungkin akan meratakan rumah sakit itu ke tanah.     

Pada saat itu, Natali keluar dari lift dengan sebuket bunga.     

"Aiden, mengapa kamu di sini? Ada apa?" tanya Natali dengan khawatir.     

Aiden menatap Natali dengan mata memicing, membuat Natali merasa gugup dan hanya bisa memandang lantai. Ia semakin yakin kalau Aiden hanya berpura-pura buta. Matanya terlalu tajam untuk disebut sebagai buta.     

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Aiden.     

"Aku datang untuk mengunjungi Raka. Ia sedang terluka," setelah itu, Natali mengoleh menatap dokter di belakang Aiden dan bertanya. "Permisi, di mana kamar Raka Mahendra?"     

Seorang suster yang lewat langsung menjawab, "Kamar Tuan Raka ada di ujung koridor."     

"Terima kasih," Natali langsung berbalik menuju ke kamar Raka sambil membawa bunga di tangannya.     

Aiden langsung menyadari sesuatu dan ikut berjalan menuju ke kamar Raka.     

Begitu tiba di depan pintu kamar Raka, Aiden langsung membukanya tanpa aba-aba. Ketika melihat situasi di dalam, tubuhnya langsung membeku.     

Di tempat tidur rumah sakit, Raka memeluk tubuh Anya dan mereka sedang tertidur. Kepala Anya bersandar di tangan Raka sementara tangan Raka memeluk tubuhnya dengan erat.     

Aiden bisa merasakan darahnya mengalir ke atas kepala dengan cepat.     

Natali berjalan melewati Aiden dan melihat ke dalam ruangan. Ia terkejut melihat apa yang sedang terjadi di dalam.     

"Mengapa Anya berada di kamar Raka?" seru Natali dengan terkejut. Ia takut Aiden tidak bisa melihat kejadian ini dan langsung menyerukan situasi yang sedang terjadi.     

Pada saat bersamaan, Raisa dan beberapa temannya datang dari sisi lain.     

Saat ia berjalan, ia berkata sambil tersenyum, "Kamar kakakku ada di ujung koridor. Orang tuaku sedang mencarikan calon istri untuknya. Mungkin salah satu dari kalian ada yang beruntung untuk menjadi kakak iparku."     

"Bukankah itu Natali? Ia datang lebih cepat dari kita," kata seseorang.     

Natali mendengar seseorang memanggil namanya. Ia langsung berbalik dan melihat Raisa serta beberapa orang datang menghampiri mereka.     

Ia tidak memedulikan apa pun dan mendorong Aiden untuk masuk ke dalam kamar. Kemudian, ia mengunci pintunya.     

"Aiden, aku minta maaf mendorongmu," Natali langsung meminta maaf dan berkata, "Keadaan kakakku dan Raka saat ini tidak boleh sampai dilihat oleh orang lain. Bagaimana pun juga Anya adalah kakakku."     

Bibir Aiden membentuk senyuman sinis. "Natali, lebih baik kamu tidak merencanakan sesuatu lagi di hadapanku."     

"Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan. Sebaiknya kita segera membangunkan mereka dan memikirkan cara untuk keluar dari tempat ini."     

Natali segera menghampiri Anya dan mengguncang-guncang tubuhnya. "Kakak, cepat bangun!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.