Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Penengah



Penengah

0"Tolong biarkan aku pergi sekarang. Biarkan aku menenangkan diri." kata Anya dengan suara lemah.     
0

"Kalau memang itu maumu, aku akan menghormati keputusanmu," mata Aiden dipenuhi dengan kelembutan.     

Walaupun ia enggan untuk membiarkan Anya pergi, ia tahu ia tidak bisa memaksanya untuk tetap tinggal.     

Anya menghapus air matanya dan berlari menuju pintu sambil membawa tasnya.     

"Tuan, di luar sudah gelap. Tidak ada taksi di dekat sini. Jika Nyonya keluar sendirian …" begitu Harris mengatakannya, ia mendengar suara sepeda Anya.     

Sepertinya, mereka terlalu meremehkan Anya.     

Karena usianya yang masih sangat muda, mereka menganggap Anya sebagai bunga yang sangat rapuh di taman. Namun sebenarnya, Anya tidak selemah itu. Selama ini ia mampu untuk bertahan hidup seorang diri.     

Anya adalah wanita yang kuat.     

"Suruh seseorang mengikutinya dari jauh. Jangan sampai Anya tahu," kata Aiden.     

"Baik Tuan," Harris segera menyuruh salah satu pengawal Aiden untuk mengikuti dan melindungi Anya.     

"Bu Hana, telepon Tara dan suruh dia datang ke sini. katakan ada sesuatu yang terjadi pada Anya," kata Aiden.     

Tara menerima telepon dari Hana saat Nico kebetulan sedang berada di kliniknya. Ia langsung panik dan bergegas menuju ke rumah Aiden saat mendengar kabar bahwa ada sesuatu yang terjadi pada temannya.     

"Ayo ikut denganku. Ada sesuatu yang terjadi pada Bibimu," katanya.     

"Untuk Bibi, Paman bahkan rela pulang lebih cepat dari dinas ke luar negerinya. Apa yang bisa terjadi padanya di saat-saat seperti ini?" kata Nico dengan tidak peduli. Pamannya pasti sudah pulang dan sekarang Pamannya pasti sedang mengurus Bibinya. Mengapa ia tidak bisa berduaan bersama dengan Tara?     

"Aku merasa ada masalah yang mendesak. Sepertinya ada kecelakaan yang terjadi. Cepat antar aku!" Tara takut sesuatu terjadi pada Anya karena Aiden yang terkenal kejam dan psikopat. Tetapi bagaimana bisa ia mengatakannya di depan Nico?     

Ia segera mengambil kotak obatnya dan masuk ke mobil Nico.     

Nico menyetir dengan kecepatan tinggi seperti sedang menyetir pesawat. Ia menyalip semua mobil yang menghalanginya, membuat mobil lain ketakutan untuk berdekatan dengannya.     

"Aku tidak tahu apakah aku pergi untuk menyelamatkan orang, atau aku sendiri yang akan mati," kata Tara sambil berpegangan erat-erat.     

"Bukankah kamu menyuruhku untuk mengebut?" Nico menyetir dengan kecepatan tinggi dan telah melanggar berbagai rambu-rambu lalu lintas. Sepertinya ia harus membayar biaya denda yang besar.     

"Lebih baik kamu mengurangi kecepatan. Aku rasa ini bukan masalah yang besar," kata Tara dengan panik.     

"Kita sudah sampai. Keluarlah!" Nico berhenti di depan rumah Aiden dengan sangat ahli seperti seorang pembalap.     

Karena terlalu ketakutan, Tara sampai tidak sadar bahwa mereka sudah tiba. Ia melihat ke luar jendela dan menyadari bahwa mereka sudah tiba di depan rumah Aiden. "Cepat sekali?"     

"Kamu tidak mau turun? Apakah kamu ingin berputar-putar sekali lagi?" tanya Nico dengan santai.     

"Tidak. Lebih baik aku turun!" Tara bergegas turun, tetapi kakinya masih gemetaran.     

Ketika melihat Tara muncul, Hana merasa seperti melihat seorang pahlawan. "Dokter Tara, kamu sudah tiba! Anya kabur dari rumah!"     

"Eh? Anya bukan terluka, tetapi kabur dari rumah?" Tara tidak bisa memahaminya. Kemarin, seingatnya, ia mendengar Anya berkata bahwa ia sangat merindukan Aiden dan ingin bertemu dengannya.     

Namun, saat Aiden kembali hari ini, ia malah kabur dari rumah?     

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tara merasa bingung dan tidak bisa memahami situasi yang terjadi.     

Hana mendekat pada Tara dan membisikkan beberapa kata, membuat Tara menyadarinya.     

"Jadi, aku dipanggil ke sini untuk membujuk Anya dan menjelaskan situasinya dengan jelas? Tapi alasan Aiden untuk menikahi Anya memang sangat mencurigakan," Tara merasa tidak mudah untuk menjadi penengah di antara Anya dan Aiden.     

"Dokter Tara, proyek pembangunan Atmajaya Group sama sekali tidak melibatkan taman milik Nyonya Diana.�� Setelah mengatakannya, Harris mengirimkan cetak biru keseluruhan desain proyek tersebut ke ponsel Tara.     

"Baiklah, aku akan mencoba membujuknya." Kata Tara.     

…     

Pada saat itu, Anya sudah kembali ke rumahnya. Rumahnya tidak jauh dari perumahan Aiden, namun tidak berada di kawasan yang sama. Rumahnya terletak di daerah yang lebih kecil, tidak semewah rumah Aiden.     

Rumah itu memiliki tiga kamar dan satu ruang keluarga. Walaupun tempatnya sudah lama dan kuno, rumah milik ibunya itu terlihat rapi.     

Ia dan ibunya tinggal di salah satu kamar dan kamar yang lainnya digunakan sebagai ruang parfum. Sekarang, ruang parfum itu kosong. Anya melihat ruangan kosong itu dan merasakan hatinya juga kosong.     

Anya masuk ke kamar ibunya dan memeluk bantal milik Diana. Ia menangis dan berkata, "Ibu, maafkan Anya. Aku akan mengambil kembali taman milik ibu."     

Setelah ia mengatakannya, ponselnya tiba-tiba saja berbunyi. Tara lah yang meneleponnya.     

"Anya, aku di dekat rumahmu. Apakah kamu mau makan kebab?" tanya Tara.     

Anya terisak dan bertanya. "Kamu di mana?"     

"Aku buta arah. Yang aku tahu aku di dekat tempat parkir danau di dekat rumahmu. Ada kios kebab di sini dan kelihatannya enak. Ayo kita makan bersama. Aku akan mentraktirmu," kata Tara.     

"Aku yang akan mentraktirmu. Berikan ponselnya pada penjual kebab itu. Aku mengenalnya," kata Anya.     

"Anak muda, temanku, Anya, memintamu untuk menjawab teleponnya," kata Tara sambil memberikan ponsel tersebut. Benar saja, pemuda itu memang mengenal Anya. "Anya, kemarilah dan makanlah di kiosku. Tidak perlu bayar!"     

"Hari ini, aku mengajak temanku untuk makan. Aku akan membayarnya. Beri aku masing-masing menu sepuluh tusuk!" kata Anya.     

"Baiklah. Aku akan memberimu bonus!" kata pemuda tersebut.     

Setelah itu, Anya bergegas menuju ke kamar mandi untuk mandi dengan cepat dan mengganti pakaiannya. Ia mengenakan pakaian sederhana, kaus putih lengan pendek dan celana pendek jeans.     

Ia mengenakan sandalnya dan segera menaiki sepedanya untuk menyusl Tara.     

Baru pertama kali Tara makan di kios pinggir jalan seperti ini. Saat ini, ia sedang mengenakan gaun terusan yang elegan dan terlihat mewah.     

Namun, ia lebih terkejut saat melihat Anya.     

Celana pendek yang tidak pernah berani Anya gunakan selama ini sekarang menempel di tubuhnya. Kausnya tidak menutupi lekuk tubuhnya yang indah. Celana pendek yang ia kenakan membuat kakinya yang jenjang dan mulus terlihat begitu indah sehingga orang lain sulit untuk mengalihkan pandangannya.     

"Anya, kamu cantik sekali hari ini," kata penjual kebab itu sambil bersiul.     

Anya segera menghampiri kios tersebut dan berkata dengan dingin. "Dua orang wanita cantik duduk di depan kiosmu bisa membantumu untuk menarik perhatian banyak orang dan membuatmu untung. Bagaimana kalau kamu mentraktir kita minum?"     

"Silahkan ambil saja!" kata pemuda tersebut sambil memandang wajah Anya. Anya terlihat dingin, tidak ceria seperti biasanya. "Siapa yang membuatmu sedih? Katakan padaku. Biar aku memberinya pelajaran."     

"Seorang pria berengsek. Tetapi ia punya banyak pengawal sehingga kamu tidak bisa memukulinya." Anya berjalan menuju ke kulkas dan mengambil empat botol bir.     

Tara menatapnya dengan iri. "Bolehkan aku menyentuh kakimu?"     

"Tidak!" Anya memukul tangan Tara yang terulur.     

Tara mengelus tangannya sambil cemberut. "Aku tahu celana pendek bisa membuat kaki terlihat jenjang, tetapi aku tidak berani menggunakannya. Aku takut kakekku akan memarahiku."     

"Apakah Aiden yang mengirimmu?" Anya membuka botol bir itu dan memberikannya pada Tara.     

Tara menerimanya sambil tertawa, "Tidak ada yang bisa aku sembunyikan darimu! Kalau kamu sudah tahu, mengapa kamu masih mau menemuiku?"     

"Suasana hatiku sedang buruk dan aku tidak mau sendirian. Aku butuh teman. Makanlah dan kemudian pulanglah," kata Anya dengan suara pelan.     

"Saat kamu menikah dengan Aiden, apakah kamu sama sekali tidak tahu mengenai Keluarga Atmajaya?" tanya Tara dengan penasaran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.