Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kata-kata Cinta



Kata-kata Cinta

0Anya jarang mendengar Aiden memujinya secara langsung. Pujian dari Aiden itu membuat wajahnya merona.     
0

Tidak ada wanita di dunia ini yang tidak suka mendengar pujian, apa lagi jika pujian itu terdengar dari mulut pria yang dicintainya.     

"Itu tidak seperti yang kamu katakan kemarin malam," gerutu Anya.     

"Kamu mabuk dan salah ingat. Aku kemarin malam bilang bahwa aku sangat merindukanmu. Di mataku, hanya kamu wanita yang paling cantik di dunia ini," ketika mengatakan hal ini, mata Aiden terlihat berbinar dengan cerah.     

Aiden adalah pria yang dingin, tetapi saat ini ia sedang membisikkan kata-kata cinta pada Anya.     

Anya baru menyadari bahwa meski Aiden terlihat dingin dan kaku, matanya benar-benar ekspresif. Ia bisa melihat perasaan Aiden melalui matanya.     

Anya hanya bisa melihat matanya dan tenggelam di dalamnya, merasa tubuhnya meleleh karena dalamnya tatapan dari Aiden.     

Aiden memeluk pinggang Anya dengan salah satu tangannya dan tangannya yang lain memegang belakang kepala Anya, memastikan bahwa ia mendominasi seluruh tubuh istrinya.     

Ia mencium kening Anya, dan bibirnya perlahan turun ke arah ujung hidungnya. Ciuman itu dimulai dengan sangat lembut dan semakin lama menjadi semakin tidak terkendali. Aiden benar-benar menguasai Anya saat ciumannya mendarat di bibirnya.     

Mencium bibir Anya yang lembut tidak cukup untuk Aiden. Hatinya seperti tergelitik, meminta lebih, membuatnya merasa sedikit sesak.     

"Jangan …" tolak Anya dengan lemah. Ia merasa seperti kekuatannya untuk menolak Aiden semakin menghilang.     

Aiden melepaskan ciumannya dan menatap Anya, namun tangannya tidak melepaskan tubuh istrinya. Ia berkata dengan serius. "Aku rasa, kita bertengkar seperti ini karena komunikasi di antara kita tidak terlalu baik. Jadi, aku ingin berkomunikasi denganmu, secara mendalam."     

Anya tidak bisa berkata apa-apa. Ia tidak menyangka Aiden akan mengatakan sesuatu yang sangat 'nakal' dengan cara yang benar-benar elegan seperti ini.     

"Kak Maria masih ada di bawah. Aku rasa, kita harus menenangkan diri terlebih dahulu dan tidak …" Anya belum menyelesaikan kata-katanya ketika bibir Aiden sudah menguncinya. Aiden tidak membiarkan Anya melanjutkan apa yang ingin ia katakan.     

Aiden sangat kuat dan mendominasi. Kata-kata cintanya dan kelembutannya yang jarang terlihat membuat Anya luluh. Tetapi bukan berarti Anya harus jatuh ke dalam jebakannya.     

Anya merasa sangat malu mengingat situasinya saat ini. Kakak ipar Aiden sedang memasak di lantai satu, bagaimana bisa ia melakukan hal-hal seperti ini di rumah yang sama?     

Tetapi ia juga merasa frustasi karena tidak memiliki kekuatan untuk menolak Aiden.     

Mungkin kata-kata cinta dari Aiden yang membuat hatinya tersentuh. Atau mungkin karena surat perjanjian jaminan yang sudah ia dapatkan, membuat ia merasa lega karena taman ibunya akan baik-baik saja.     

Pada saat ini, ia merasa sekujur tubuhnya lemas seolah seluruh kekuatannya telah tersedot habis.     

"Anya … Hanya ada kamu di hatiku," bisik Aiden di telinganya.     

Anya menutup matanya dengan malu. Tangan mungilnya tanpa sadar memeluk Aiden dan memberikan seluruhnya untuk suaminya itu.     

Semua yang terjadi berikutnya, terjadi sangat alami seolah tidak ada pertengkaran yang terjadi di antara mereka sebelumnya.     

Atau mungkin karena perpisahan mereka selama beberapa hari dan pertengkaran mereka malah membuat mereka semakin menghargai satu sama lain.     

Karena rasa rindunya yang luar biasa dan rasa takut akan kehilangan Anya, kali ini, Aiden lepas kendali. Anya bisa melihat seberapa putus asanya Aiden. Meski Aiden tidak mengucapkan secara langsung bahwa ia mencintainya, tetapi Anya bisa merasakan cinta itu.     

Rasa cinta itu membuat Anya tenggelam semakin dalam …     

…     

Setelah itu, Anya berbaring di tempat tidurnya dengan tidak berdaya. Rambut hitam panjangnya tergerai berantakan di atas bantal. Keringat membasahi punggungnya dan mengalir di dahinya. Namun, semua itu malah membuat Anya terlihat semakin menawan.     

Aiden menahan tubuhnya dengan tangannya di atas tubuh Anya, berhati-hati agar bobot tubuhnya tidak membebani Anya. Ia mengecupnya dengan lembut. "Apakah kamu masih mau bercerai?"     

"Aku berjanji akan memikirkannya lagi," jawab Anya dengan suara pelan.     

"Ada apa lagi?" Aiden langsung merasa enggan saat mendengar jawaban Anya. "Apakah komunikasi kita tidak lancar?"     

"Ya, komunikasi kita tidak lancar. Kita tidak berbicara, tetapi kamu …" lagi-lagi Anya tidak bisa menyelesaikan kalimatnya ketika ia menyadari bahwa ada bahaya yang mendekatinya. Ia menatap Aiden dengan khawatir. "Aiden … Apa yang kamu lakukan?"     

"Jika menurutmu komunikasi kita belum lancar, mungkin aku harus berkomunikasi denganmu secara mendalam sekali lagi." Aiden mendekati Anya, membuat Anya benar-benar merasa panik.     

"Kamu tahu aku bukan membicarakan hal ini!" kata Anya dengna marah.     

"Lalu apa yang kamu bicarakan?" Aiden duduk di pinggir tempat tidur, sambil menatap ke arah Anya.     

"Aku masih mempertimbangkan apakah aku masih ingin bercerai atau tidak, tetapi kamu langsung melemparkanku ke tempat tidur. Aku tahu ini adalah taktikmu. Apakah kamu pikir aku sebodoh itu? Aku tidak akan terjebak oleh taktikmu!" Anya melotot ke arahnya.     

Aiden menatap Anya sambil tertawa kecil. "Apakh kamu yakin?"     

"Setelah makan malam dan setelah Kak Maria pulang, aku akan kembali ke rumahku. Kita akan berpisah untuk sementara waktu dan memikirkan mengenai hubungan kita dengan tenang." kata Anya dengan ekspresi serius.     

Wajah Aiden langsung terlihat muram. "Aku tidak setuju tinggal terpisah," katanya dengan suara dingin.     

"Kamu tidak harus menyetujuinya. Tetapi aku akan tetap melakukannya. Setiap kali bersamamu, kepalaku rasanya seperti melayang dan aku tidak bisa berpikir dengan jernih." Anya berusaha untuk bangkti dari tempat tidur, tetapi ia tidak punya kekuatan.     

Aiden segera menyandarkan tubuh Anya kembali ke tempat tidur. Setelah itu, ia membungkusnya dengan selimut dan menggendongnya.     

"Turunkan aku!" Wajah Anya memerah. Mereka berdua sama-sama tidak berpakaian. Hanya selembar selimut tipis saja yang memisahkan tubuh mereka.     

"Kemarin malam kamu begitu jujur saat sedang mabuk," Aiden terkekeh.     

Anya tidak menyangka bahwa saat ia sedang mabuk, ia akan memeluk Aiden dan mengakui bahwa ia merindukannya.     

Ia benar-benar ingin menampar dirinya sendiri. Mengapa berani-beraninya ia mabuk seperti itu padahal ia tidak kuat minum?     

Ia sudah mengemasi seluruh barangnya dan kabur dari rumah, tetapi Aiden membawanya kembali dan bahkan mereka bercinta semalaman hingga matahari terbit.     

Setelah bangun dan tidak melihat Aiden di kamar, Anya benar-benar marah dan berniat untuk mencari cara untuk bercerai dengannya.     

Tetapi tiba-tiba saja sekarang mereka bercinta lagi!     

Sungguh gila!     

Jika terus seperti ini, mungkin masalah ini tidak akan pernah terselesaikan. Anya mungkin akan terus terlibat dengan Aiden dan tidak bisa berpikir dengan jelas.     

Tetapi ia benar-benar ingin tahu mengapa Aiden mneikahinya?     

Siapa sebenarnya Aiden dan apakah mereka benar-benar pernah bertemu sebelumnya?     

Apa rahasia yang disembunyikan Aiden dari Anya hingga saat ini?     

Aiden memeluk Anya hingga Hana mengetuk pintu kamar mereka, "Tuan, ada Tuan Raka ingin bertemu dengan Anda."     

Wajah Anya langsung memucat. Apa yang Raka lakukan di sini?     

Apakah karena ia meminjam uang sehingga Raka curiga dan pada akhirnya datang untuk menemui aiden?     

"Anya, bagaimana aku harus memperlakukan Raka?" Aiden mengangkat dagu Anya dengan lembut dan mengatakan setiap kata dengan tegas. Hal itu membuat Anya merasa takut.     

"Aiden, aku yang meminta bantuan darinya. Raka tidak bersalah," kata Anya.     

"Meski begitu, seharusnya ia menolaknya. Ia tidak punya hak untuk mencampuri urusan rumah tangga kita. Aku akan menemuinya," Aiden segera masuk ke kamar mandi dan mengganti pakaiannya dengan pakaian rumah.     

Setelah Aiden keluar, Anya segera mengganti pakaiannya dan mengikutinya.     

Ia turun ke bawah, tetapi tidak melihat siapa pun di ruang keluarga lantai satu. Jadi, Anya bergegas menuju ke ruang kerja Aiden.     

"Aiden, jujurlah! Apakah kamu menikahi Anya karena taman ibunya? Berapa banyak hutang Anya padamu? Aku akan mengembalikannya padamu," kata Raka.     

"Apa hakmu? Mengapa kamu mau membayar hutang istriku?" Aiden mencibir. "Jangan melupakan identitasmu. Kamu adalah calon kakak ipar Anya sekarang."     

Wajah Raka terlihat terluka mendengarnya. "Aku mencintai Anya. Jika kamu benar-benar baik padanya, aku bisa melepaskannya. Tetapi aku tidak akan tinggal diam jika kamu memanfaatkannya dan menipunya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.