Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Semuanya Mati



Semuanya Mati

0"Ketika kamu benar-benar membutuhkan uang untuk pengobatan ibumu, Aiden lah yang membantumu. Bahkan ia mendatangkan dokter dari luar negeri untuk ibumu. Ketika ayahmu dan saudara tirimu menindasmu, Aiden lah yang membelamu. Kalau tidak ada Aiden, kamu tidak akan pernah bisa meluncurkan parfum buatanmu. Mungkin kamu sudah dipenjara karena mencuri resep parfum milik Esther." Tara mengingatkan kembali semua yang Aiden lakukan untuk Anya.     
0

Mata Anya terasa panas. Ia juga ingat semua kebaikan Aiden kepadanya. Bagaimana ia bisa melupakannya setelah semua yang Aiden lakukan untuknya?     

Ia bukan orang yang tidak punya hati. Ia masih punya hati nurani …     

"Tidak mudah bagi ibuku untuk membesarkan aku hingga saat ini. Aku tidak bisa membuatnya sedih," bisik Anya.     

"Jadi, kamu tidak mau membuat ibumu sedih dengan cara menyakiti hati Aiden?" kata Tara dengan kesal. "Kali ini, aku membela Aiden, dasar kamu wanita egois! Kamu tidak mau terlibat dalam perseteruan Keluarga Atmajaya karena memikirkan perasaan ibumu. Tetapi apakah kamu pernah sekali saja memikirkan perasaan Aiden?"     

Air mata Anya sudah tidak bisa dikendalikan lagi sehingga terjun dengan bebas. "Aku juga merasa jahat. Aku tahu Aiden memiliki segalanya, kekayaan dan kekuasaan. Tetapi ia juga akan terluka dan sakit hati karena tingkahku. Namun, apa yang bisa aku lakukan? Ibuku jatuh koma lagi karena aku, karena aku menikah dengan Aiden. Aku tidak bisa melihat ibuku sakit lagi …"     

Melihat Anya menangis, Tara merasa sedikit kasihan dan berusaha untuk menghiburnya. "Ibumu marah karena ia salah paham. Ia mengira Aiden adalah putra Imel. Ia takut kamu akan menderita seperti dirinya. Jika ibumu tahu bahwa Aiden baik padamu, bagaimana mungkin ia tega membiarkan putrinya bercerai? Semua orang tua ingin anaknya bahagia."     

"Tara, aku bukan anak yang baik. Aku selalu membuat ibuku khawatir. Aku sangat beruntung karena Aiden baik padaku. Kalau tidak, mungkin aku sudah kehilangan taman ibuku. Aku bukan istri yang baik. Di dalam hubungan ini, aku hanya bisa menerima tanpa bisa memberi. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuknya," tenggorokan Anya tercekat saat ia berkata, "Tetapi aku juga tidak mau membuat ibuku sedih. Aku hanya punya dia dan dia hanya punya aku …"     

"Jadi, kamu mau membuat Aiden sedih? Mengetahui bahwa ia dan Ivan cepat atau lambat akan berseteru, kamu memutuskan untuk meninggalkannya sesegera mungkin?" Tara tidak lagi menahan diri. Ia tidak peduli jika Anya tersinggung dengan kata-katanya. Ia hanya ingin Anya sadar bahwa Aiden adalah pria terbaik untuknya.     

"Tara, apa yang harus aku lakukan?" otak Anya terasa kacau. Ia tidak bisa berpikir.     

Otaknya seolah menyuruhnya untuk menuruti perkataan ibunya, namun hatinya masih milik Aiden …     

Mana yang harus ia pilih?     

"Nyonya, ada yang terjadi di taman Nyonya!" tiba-tiba saja suara Harris terendegar dari depan pintu.     

Anya terkejut setengah mati. Apakah karena ia meminta cerai, Aiden langsung menyuruh seseorang untuk meratakan tamannya?     

Ia tidak punya waktu untuk berpikir. Ia langsung membuka pintu dan berlari ke luar, "Ada apa?"     

"Baru saja ahli taman menelepon dan mengatakan bahwa tanaman vanili Nyonya mati semua," kata Harris.     

Ketika mendengar hal ini, tubuh Anya gemetaran. Ia tidak bisa berdiri dengan tegak. "Harris … Jangan menakutiku."     

Vanili itu adalah bibit yang ia dan ibunya tanam selama tiga tahun. Mereka berusaha untuk menumbuhkannya sendiri selama bertahun-tahun tetapi tidak ada hasil. Dan tahun ini, vanili itu akan tumbuh.     

Bagaimana bisa mereka tiba-tiba saja mati?     

"Nyonya, lebih baik Anda segera ke taman," kata Harris dengan panik.     

Jika vanili itu mati, Anya juga lebih baik mati saja!     

Anya tidak berani menunda. Ia langsung turun ke bawah dan berlari ke pintu depan.     

"Cepat masuk ke mobil." Kata Aiden sambil membuka pintu.     

Anya melihat ke arah sepeda listriknya dan menggigit bibirnya dengan bimbang. Kemudian ia berkata, "Kak Maria masih ada di rumah. Lebih baik aku pergi sendirian."     

"Nico dan Tara akan menemaninya. Aku akan menemanimu ke taman," Aiden mengulurkan tangannya.     

Akhirnya, Anya menyambut uluran tangan itu dan duduk di samping Aiden.     

Suasana di mobil terasa sangat mencekam. Tubuh Anya sedikit gemetar. Ia benar-benar panik dan takut.     

Aiden menggenggam tangannya dengan lembut dan menghiburnya. "Aku sudah menghubungi ahli pertanian untuk mencari tahu apakah ada cara untuk menyelamatkan vanili itu."     

"Vanili itu adalah kerja kerasku dan ibuku selama tiga tahun. Tahun ini seharusnya tanaman itu akhirnya menghasilkan. Aku benar-benar tidak bisa kehilangan vanili ini," tanpa sadar Anya menggenggam tangan Aiden lebih erat dan suaranya terdengar bergetar.     

Aiden mengerutkan keningnya. Ia tidak suka melihat Anya ketakutan seperti ini. Ia akan melakukan apa pun untuk membuat Anya bahagia.     

"Jangan takut. Semuanya akan baik-baik saja," katanya.     

Setelah tiba di taman, Anya melihat semua lampu taman itu menyala.     

"Bu …" salah satu karyawan melihat kedatangan Anya dan langsung menghampiri.     

Jantung Anya terasa sesak. "Ada masalah apa?"     

Dua karyawan itu adalah orang-orang yang dipilih secara langsung oleh Harris untuk Anya. Mereka bertanggung jawab untuk merawat vanili dan berbagai bunga lainnya.     

Melihat semua tanaman itu semakin berkembang, mereka berdua juga ikut senang, seperti menyaksikan perkembangan anak mereka sendiri.     

"Vanilinya akan mati," mata salah satu karyawan itu memerah dan setetes air mata tidak sengaja terjatuh.     

"Vanilinya tumbuh dengan sempurna dan hampir saja mekar. Mengapa tiba-tiba seperti ini?" Anya tidak bisa percaya dengan semua ini. Ia langsung berlari ke tamannya.     

Anya melihat semua daun-daunnya berubah kekuningan dan vanilinya terlihat layu. Ia merasa pandangannya tiba-tiba saja menggelap.     

Aiden yang berada di belakangnya langsung menopang tubuh Anya. Ia merangkul tubuh Anya, memastikan istrinya itu baik-baik saja. "Anya, apakah kamu baik-baik saja?"     

"Aiden … Vanilinya mati. Ibuku dan aku bekerja keras selama tiga tahun. Mengapa semuanya mati?" air mata jatuh satu per satu dari mata Anya, tidak terkendali.     

Dua karyawan Anya menundukkan kepalanya, terlihat merasa sangat bersalah dan langsung meminta maaf. "Bu, maafkan kami. Kami tidak bisa merawat vanilinya dengan baik."     

"Apakah kalian tahu apa yang terjadi?" mata tajam Aiden melihat ke arah dua orang tersebut.     

Anya hanya bisa menatap vanilinya yang terlihat layu dan merasa seluruh tubuhnya kaku. Ia melangkah maju dengan oleng ke salah satu tanaman itu dan melihatnya dengan seksama. "Apakah kalian memberinya pupuk atau menyiraminya?"     

"Apa mungkin terlalu banyak air?" salah satu karyawan itu menatap Anya dengan takut dan hati-hati. Matanya masih merah dan ia terlihat sama sakit hatinya dengan Anya saat melihat tanaman yang ia rawat semuanya hampir mati.     

"Pagi ini, kami menyiapkan air dengan nutrisi untuk menyirami tanaman itu. Siapa yang tahu, di malam hari, semua daun-daun vanili ini menjadi kuning,�� bisik salah satu karyawan tersebut.     

"Apakah masih ada sisa airnya?" tanya Aiden.     

"Semua airnya sudah habis, tetapi tempat penyiramannya masih ada dan belum dibersihkan," jawabnya.     

Harris langsung memeriksanya dan mengirimkan fotonya pada ahli yang telah dihubungi Aiden.     

"Katanya, kemungkinan besar ada campuran herbisida. Tetapi masih belum diketahui jenis herbisida apa yang digunakan sehingga butuh waktu untuk memeriksanya," kata Harris setelah memastikan kejadian ini dengan para ahli.     

"Herbisida?" karyawan tersebut terkejut. "Kami sendiri yang mempersiapkan air nutrisinya dan kami tahu betul bahwa kami tidak boleh menggunakan herbisida untuk tanaman vanili ini."     

Hati Anya terasa sakit seolah dicengkeram erat-erat tetapi ia tidak bisa berkata apa-apa.     

"Apakah semua tanaman disirami dengan herbisida ini?" katanya dengan gemetar.     

Karyawan tersebut menggelengkan kepalanya. "Tidak semua, hanya beberapa saja yang disirami dengan air tersebut. Air itu baru saja digunakan saat pagi hari, tetapi malam hari kami mencurigai ada yang aneh. Kami pikir airnya terlalu banyak sehingga membuat tanamannya menjadi layu. Tetapi kami tidak pernah menyangka bahwa ada herbisida. Bukan kami yang melakukannya."     

"Aku yakin bukan kalian yang melakukannya," kata Anya dengan tenang.     

Dua karyawan tersebut saling pandang satu sama lain dan salah satu dari mereka bertanya, "Bu, apakah maksud Anda ada orang lain yang melakukannya selain kami?"     

"Sayang sekali tidak ada CCTV di taman ini. meski ada orang lain yang datang, kita tidak bisa tahu siapa yang melakukannya." Kata Anya dengan murung.     

"Aku memasang CCTV tepat di depan gerbang taman," kata Aiden dengan tenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.