Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Bintang Jatuh



Bintang Jatuh

0Ketika mengetahui bahwa Anya sangat memedulikan tanaman vanili di tamannya, Aiden langsung memerintahkan Harris untuk memasang CCTV di tempat rahasia.     
0

Ia tahu ketika vanili itu tumbuh, tanaman tersebut akan menghasilkan banyak uang. Ia takut seseorang akan mencurinya dan membuat Anya merasa kecewa sehingga Aiden memutuskan untuk memasang CCTV tanpa sepengetahuan Anya.     

Tetapi tidak ada yang menyangka bahkan sebelum vanilinya tumbuh dengan sempurna, seseorang telah melakukan sesuatu yang menyebabkan semuanya layu. CCTV itu pasti menunjukkan siapa pelakunya.     

Dua karyawan Anya saling bertatapan. Mereka terlihat terkejut dan berkata, "Asisten Harris, mengapa kamu tidak memberitahu kita bahwa ada CCTV yang terpasang di taman ini?"     

"Mengapa kalian takut jika kalian tidak melakukan kesalahan?" Aiden menatap ke arah mereka berdua.     

"Bu Anya, vanili ini, bukan kami yang melakukannya. Kami malu karena saat ingin buang air kecil, biasanya kami melakukan di tempat karena tidak tahu ada CCTV," kata salah satu karyawan itu dengan wajah kaku.     

Ketika mendengar hal ini, wajah Anya ikut memerah karena malu. Kemudian ia menatap Aiden. "Aku tidak perlu ikut melihat rekaman CCTV-nya."     

Aiden menatap ke arah Harris dan Harris langsung memahami. "Kalian berdua silahkan ikut denganku untuk memeriksa rekaman CCTV."     

Anya berjongkok di tanah, melihat ke arah tanaman vanilinya yang telah kehilangan kesegarannya. Hatinya terasa sesak saat berusaha untuk menekan rasa sakit hati di hatinya. "Apakah aku masih bisa menyelamatkan vanili ini?" bisik Anya dengan suara lirih.     

"Tunggu para ahli pertanian yang aku hubungi untuk datang dan melihat. Mungkin ada sesuatu yang bisa kita lakukan," Aiden ikut berjongkok di samping Anya dan mengelus kepalanya.     

Anya berusaha untuk menahan tangisnya, membuat matanya terasa perih. "Demi taman vanili ini, ibuku menggunakan uangnya sehingga ia tidak bisa mengunjungi dokter. Vanili ini pada akhirnya akan tumbuh untuk pertama kalinya. Apakah kamu tahu bahwa aku sangat menantikannya?"     

"Anya, aku tahu suasana hatimu sedang tidak baik. Vanili ini adalah hasil kerja kerasmu dan ibumu selama bertahun-tahun. Bersabarlah, aku akan berusaha untuk membantumu," kata Aiden.     

Anya bangkit berdiri dan menuju ke sisi satunya. Tidak semua vanili di taman itu terkena air herbisida sehingga ada beberapa tanaman yang masih terlihat hijau, berkebalikan dengan vanili yang menguning dan hampir mati.     

"Aiden, apakah kamu tahu bahwa vanili ini sangat rapuh? Vanili membutuhkan lingkungan khusus dengan suhu yang tidak boleh lebih rendah dari 20 derajat. Di siang hari, suhunya tidak boleh melebihi 30 derajat dan kelembabannya tidak boleh kurang dari 70 persen. Harusnya, vanili ini tumbuh untuk pertama kalinya. Aku merawatnya selama tiga tahun dan hampir semuanya mati. Hatiku ..."     

Tatapan Anya terlihat kosong, seperti sudah kehabisan rasa sakit di hatinya. Ia berjuang dan bertahan agar tidak menangis.     

Menangis pun vanilinya tidak akan kembali. Lalu apa yang harus ia lakukan?     

Aiden menarik tubuh Anya dan memeluknya.     

"Semuanya akan baik-baik saja. Percayalah padaku!" Aiden membawa Anya keluar dari taman vanili itu. Di sana, udaranya sangat lembab sehingga semakin sulit untuk bernapas.     

Berdiri di depan pintu taman vanili, hati Anya seolah dikoyak dan kehabisan darah. Pandangannya tertuju pada tanaman-tanaman yang menguning.     

Padahal seharusnya dalam hitungan hari, vanili itu akan berbuah, seperti yang diimpikannya selama ini.     

Ia merasa hatinya ikut mati bersama dengan semua tanaman itu. Dadanya terasa sesak.     

Hasil kerja kerasnya dan ibunya selama tiga tahun ... Semuanya sia-sia ...     

Ia sudah tidak punya apa-apa lagi ...     

"Aiden, rasanya aku tidak bisa bernapas," Anya memegang dadanya yang terasa sakit.     

Aiden berusaha menarik Anya, menjauhkannya dari tempat itu. Tetapi Anya menolak untuk pergi. Ia masih berdiri di depan pintu sambil memandang semua tanaman yang hampir mati.     

"Taman vanili ini adalah harapanku dan ibuku. Tanaman ini sangat merepotkan. Mereka mekar sekitar jam dua atau tiga pagi hari dan layu sebelum siang hari. Aku dan ibuku bekerja selama tujuh atau delapan jam tanpa henti, tanpa makan atau pun minum, tanpa tidur, untuk melakukan penyerbukan buatan ..."     

Anya melanjutkan dengan mata yang basah, "Kami bekerja dari pagi hingga siang. Pinggangku sangat pegal dan mataku terasa sangat perih. Vanili ini adalah hasil kerja kerasku. Siapa yang tega melakukan hal ini kepadaku ..."     

Aiden menundukkan kepalanya dan mencium air mata dari sudut mata Anya dengan lembut. "Aku akan mencari tahu semuanya. Aku akan menemukan orang yang melakukan ini kepadamu. Aku juga akan berusaha membantumu untuk menyelamatkan vanili ini. Jika vanili ini tidak bisa diselamatkan, aku akan mencarikan bibit baru untukmu yang bisa tumbuh lebih cepat."     

Anya menggelengkan kepalanya, "Tidak usah. Aku bisa menyelesaikan semuanya sendiri. Aku ... Aku hanya terlalu mencintai tanaman ini."     

Aiden mengerutkan keningnya. Mengapa Anya tidak bisa menyadari bahwa di saat Anya sedih, ia juga merasa sakit? Aiden bersedia melakukan segalanya untuk Anya, apa pun yang ia mau ...     

Ia memeluk Anya dengan lembut, "Aku tahu kamu sangat sedih sekarang. Aku paham." Kemudian, Aiden menceritakan mengenai masa kecilnya.     

"Sebelum ibuku meninggal, ia memberikan seekor kucing untukku. Aku meminta seseorang untuk merawat kucing itu. Setiap kali aku pulang, aku seperti melihat ibuku dalam tubuh kucing kecil tersebut. Suatu hari, Nico tidak sengaja memberi minuman yang mengandung alkohol pada kucing itu sehingga kucing itu mati. Saat itu, aku bisa merasakan hal yang sama denganmu ..."     

Air mata yang mengalir di wajah Anya semakin deras. Ia mengulurkan tangannya untuk memeluk pinggang Aiden.     

Maria pernah menceritakan bahwa ayah Aiden tidak memedulikannya dan ibunya tidak mencintainya. Itu sebabnya sikap Aiden dingin seperti ini.     

Kucing itu mungkin adalah satu-satunya pemberian dari ibunya ...     

Kucing itu adalah harta yang paling berharga untuk Aiden. Tetapi Nico tidak sengaja membunuhnya ...     

"Aku bisa merasakan perasaan yang sama. Aku benar-benar marah ..." Anya menangis di pelukan Aiden. "Aku benar-benar frustasi. Kamu harus membantuku mencari orang itu. Aku akan membunuhnya sendiri!"     

Aiden mengusap air mata Anya dengan lembut dan menenangkannya. "Hmm ... Aku akan mencari orang itu. Tetapi aku tidak mau kamu mengotori tanganmu."     

Anya mengangkat kepalanya. Matanya masih terlihat basah saat menatap Aiden. "Apakah kamu memaafkan Nico?"     

"Aku tidak mau berbicara dengannya selama tiga bulan. Setelah itu, ia berpura-pura menjadi kucing dan bersikap manis di hadapanmu. Ia bilang ia akan menjadi kucingku dan menemaniku setiap hari. Pada akhirnya, aku memaafkan Nico demi Kak Maria. Nico tidak sengaja melakukannya sehingga aku bisa memaafkannya. Tetapi orang ini sengaja mencelakaimu. Aku tidak akan membiarkan mereka pergi begitu saja ..." mata Aiden terlihat membara.     

Siapa pun yang berusaha mencelakai Anya, siapa pun yang membuat Anya sedih, mereka tidak akan berakhir bahagia ...     

"Tuan, para ahlinya sudah datang," Harris menghampiri bersama tiga orang di belakangnya.     

"Tuan-tuan, terima kasih sudah bersedia datang. Aku akan sangat berterima kasih jika kalian bisa menyelamatkan vanili ini," kata Aiden dengan serius.     

"Tuan Aiden, tidak perlu berterima kasih. Kami akan berusaha."     

Dua karyawan Anya masuk ke dalam taman vanili bersama dengan para ahli. Anya juga ingin masuk dan melihatnya, tetapi Aiden langsung menghentikannya.     

"Tidak perlu masuk. Tenangkan dirimu terlebih dahulu. Percayalah padaku, semuanya akan baik-baik saja," kata Aiden dengan tegas.     

Suaranya seperti memiliki kekuatan ajaib yang bisa menenangkan hati Anya. Sesekali ia akan menatap ke arah taman vanili itu dengan pandangan cemas. Anya tidak tahu apa yang orang-orang itu bicarakan di dalam, tetapi hatinya menanti dengan penuh harap.     

"Semuanya akan baik-baik saja. Apakah kamu tidak percaya padaku?" dua tangan Aiden memegang wajah Anya. Aiden tidak ingin Anya terus gelisah dan menatap ke arah taman itu. Akhirnya ia menunjuk ke atas langit. "Lihatlah. Malam ini banyak bintang di langit. Aku tidak pernah melihat bintang sebanyak ini."     

Anya menatap wajah tampan Aiden. Setelah terluka, dunia Aiden berubah menjadi gelap. Ia bertahan hidup tetapi ia tidak bisa melihat keindahan dunia.     

Saat ini, ia bisa melihat betapa indahnya langit berbintang ...     

Aiden saja bisa begitu kuat menghadapi berbagai cobaan. Anya pikir ia harus bisa melakukan hal yang sama.     

Ia adalah Anya Atmajaya! Sekarang bukan waktunya bersedih!     

Tanaman yang ia tanam dengan kedua tangannya, pasti juga sama kuatnya dengan dirinya. Ia yakin tanaman itu bisa terselamatkan.     

"Anya, lihatlah. Ada bintang jatuh. Cepat buat permohonanmu," sekali lagi Aiden menunjuk ke arah langit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.