Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Cemburu



Cemburu

0"Mengapa kamu mencurigai Keara? Katakan padaku yang sebenarnya, apakah ada yang tidak aku ketahui mengenai hubungan kalian berdua?" Anya menanyakannya dengan kesal sambil mencengkeram kerah baju Aiden di atas tempat tidur.     
0

"Cemburu?" Aiden tertawa melihat wanita kecil yang berusaha mengancamnya ini. Istrinya benar-benar cemburu.     

"Aku tidak cemburu. Aku hanya ingin tahu siapa yang melakukan semua ini," gumam Anya dengan kesal.     

"Jika kamu mengetahuinya, apakah kamu akan membiarkan Dio pergi?" Aiden memegang pinggang Anya, membuat Anya baru saja menyadari betapa provokatifnya posisi mereka saat ini.     

Anya sedang duduk di atas tubuh Aiden sementara Aiden berbaring di atas tempat tidur sambil memegang pinggang Anya.     

Wajah Anya langsung memerah. Ia ingin beranjak, tetapi pegangan Aiden begitu erat.     

Dalam hati, ia memarahi otaknya yang bodoh. Ia sendiri yang mendorong Aiden ke tempat tidur dan naik ke atas tubuhnya. Sekarang, bagaimana caranya ia turun?     

"Dio sudah memberitahu kita apa yang ia ketahui. Tidak ada yang perlu ditanyakan lagi kepadanya. Jika kamu ingin mengetahui identitas wanita itu, kamu bisa mencari tahu dari CCTV di jalan raya. Meski plat nomornya palsu, kamu bisa mencari tahu jenis mobilnya dan juga kacamata hitam yang dikenakannya. Kalau kacamata hitam itu edisi terbatas, kamu bisa mencari tahu siapa saja wanita di kota ini yang membelinya," kata Anya dengan tenang.     

"Otakmu sepertinya bekerja dengan keras hari ini," Aiden nyengir saat mengatakannya.     

"Aku belajar darimu. Kamu adalah guru yang hebat," Anya membaringkan kepalanya di dada Aiden dan berkata, "Aiden, aku sudah memutuskan. Meski ayahmu tidak menyukaiku dan ibuku tidak menyukai keluargamu, aku tetap ingin bersama denganmu. Kita harus bekerja keras untuk membuat mereka merestui kita."     

"Hmm …" jawab Aiden sambil memeluk tubuh Anya.     

"Aku akan membayar semua hutangku padamu. Jika ibuku tidak bangun juga dan kamu tidak bisa memindahkan kepemilikan rumah yang aku jual padamu, aku akan menjual semua bunga dan vanili yang aku tanam. Aku juga akan bekerja keras membuat parfum dan menerima banyak pesanan. Aku akan berusaha untuk mengembalikan semua uangnya padamu dan kamu tidak boleh menolak," kata Anya dengan tegas.     

"Baiklah," Aiden setuju.     

"Jika kamu bisa mendapatkan vila ibuku kembali, aku akan menjualnya dan membeli rumah baru untuk ibuku di dekat taman," kata Anya.     

"Aku sudah memesankan satu vila di area pembangunan Atmajaya Group. Vila itu berhubungan langsung dengan taman bungamu," kata Aiden.     

Alih-alih senang, Anya menggelengkan kepalanya. "Ibuku tidak akan mau menerimanya."     

"Aku akan membujuknya. Bagaimana pun juga, putri satu-satunya sekarang telah menjadi istriku. Tentu saja aku juga harus berbakti pada ibumu," kata Aiden sambil tersenyum.     

"Ibuku merawatku dan membesarkanku dengan susah payah. Namun pada akhirnya aku menjadi milikmu. Jika kamu ingin berbakti kepadanya, aku tidak akan menghentikanmu," Anya tertawa.     

Aiden mengecup puncak kepala Anya yang masih beraroma shampoo. "Tidak peduli apa pun yang terjadi di kemudian hari, bicarakan denganku. Jangan pikirkan semuanya sendirian, dengan menggunakan otakmu yang kecil ini," goda Aiden.     

Anya langsung mengangkat kepalanya dan berteriak dengan marah. "Otak siapa yang kecil? Kamu yang bodoh. Seluruh keluargamu bodoh!"     

"Di antara seluruh keluargaku, istriku yang paling bodoh," Aiden berbalik dan bergantian untuk menekan Anya di bawah tubuhnya.     

"Kamu sengaja mengejekku! Aku tidak bodoh!" begitu suara Anya terdengar, bibirnya tiba-tiba saja dihalangi oleh bibir Aiden.     

Anya merasa kesal dan menggigit bibir Aiden dengan pelan, membuat pria itu balas menggigitnya. Setelah itu mereka saling menggelitik tubuh satu sama lain dan tertawa sambil berguling-guling di atas tempat tidur hingga kelelahan.     

Malam itu, Anya tertidur dengan lelap. Ia merasa sangat lega setelah memantapkan hatinya untuk tetap bersama dengan Aiden sehingga pada akhirnya ia bisa tidur dengan tenang.     

Sementara itu, Aiden sempat memandangi wajah tidur istrinya.     

Diana tiba-tiba saja terbangun dan hampir saja mengacaukan pernikahan mereka.     

Tetapi ketika sesuatu terjadi pada taman, Anya memutuskan untuk mempercayai Aiden. Hal itu membuat Aiden merasa sangat senang.     

Istri kecilnya yang ia anggap lemah dan rapuh, sekarang berani memutuskan untuk tetap tinggal bersamanya, tidak peduli seberapa besar kesulitan yang ia hadapi.     

Anya bersedia untuk hidup bersamanya. Hal itu membuat Aiden ikut terlelap dalam mimpi indah …     

…     

Waktu menunjukkan pukul sepuluh ketika Anya terbangun. Sepertinya ia terlalu kelelahan sehingga bangun kesiangan hari ini.     

Saat bangun, Aiden sudah tidak berada di kamar. Anya merentangkan tangannya dan seluruh tubuhnya sebelum bangun dari tempat tidur.     

Setelah mandi dan berganti pakaian, ia segera turun untuk sarapan.     

Hana langsung menyambutnya di bawah sambil tersenyum. "Anya! Aiden sudah pergi ke kantor. Katanya ia akan pulang jam lima dan membawamu pergi ke suatu tempat."     

"Oh?" Anya duduk di meja makan dan bertanya. "Bu Hana, apakah daya sepeda listrikku sudah penuh?"     

"Sudah," kata Hana, "Apakah kamu mau pergi?"     

"Ya. Aku akan pergi ke taman." Sambil sarapan, Anya berkata, "Aku akan mengambil beberapa ubi manis dan mengirimkannya pada Kak Maria."     

"Tuan Bima sangat menyukai teh osmanthus yang kamu buat. Katanya, setiap hari ia akan minum satu cangkir. Aku lihat, ada banyak osmanthus yang tumbuh. Apakah kamu mau membuat teh osmanthus lagi?" saran Hana.     

Mata Anya langsung berbinar mendengarnya. "Baiklah, aku akan mengambil osmanthus. Akhir-akhir ini aku juga kekurangan uang. Ini kesempatan yang tepat untuk menjual teh osmanthus dan manisan."     

Hana tertegun sejenak saat mendengarnya. "Anya, kalau kamu kekurangan uang, mengapa kamu tidak mengatakannya pada Aiden?"     

"Aku ingin menghasilkan uang sendiri," kata Anya.     

Hana berpikir sejenak dan akhirnya memutuskan untuk tidak membunuh semangat Anya. "Baiklah, kalau begitu nanti kita akan membuat teh osmanthus lagi untuk Tuan Bima dan menjual sisanya."     

Setelah sarapan, Anya pergi ke tamannya, langsung menuju ke taman vanili.     

Hanya ada satu karyawannya saja yang berada di sana, sementara rekannya sedang beristirahat.     

Mereka berdua begadang semalaman hingga matahari terbit. Begitu melihat vanili yang mereka rawat tampak lebih baik, mereka bergantian untuk beristirahat.     

"Bu, Anda sudah datang. Vanilinya baik-baik saja," kata pria tersebut dengan senang.     

Anya menghela napas lega ketika melihat tanamannya yang kembali segar.     

"Terima kasih atas kerja kerasmu. Aku mau menggali ubi, apaka kamu juga mau?" tanya Anya sambil tersenyum.     

"Saya akan membantu Anda," kata karyawan tersebut dengan gembira.     

"Kalau kalian ingin makan, lain kali kalian bisa mengambilnya sendiri. Aku membagi daerah ubi menjadi tiga bagian. Beberapa matang di bulan Oktober, beberapa di bulan September dan sisanya sudah siap untuk diambil sekarang. Kita juga bisa menanam brokoli atau kubis," Anya meletakkan ubi yang ia ambil ke dalam tasnya.     

"Bu, bagaimana kalau menumbuhkan stroberi?" saran karyawan tersebut.     

Anya tertawa dengan canggung, "Sejujurnya, aku menanam stroberi setelah memanen semua ubi tahun lalu. Tetapi hasil panennya kurang bagus."     

"Ketika saya sekolah, saya mempelajari mengenai genetik stroberi selama beberapa bulan. Saya bisa membantu Anda untuk menanam stroberi," kata pria tersebut.     

Mata Anya langsung berbinar saat mendengar hal itu, tetapi ia teringat bahwa dua karyawannya sangat sibuk. Mana sempat mereka memikirkan tanaman baru.     

Ia berkata dengan sedikit canggung, "Apakah kamu tidak repot melakukannya?"     

"Tidak apa-apa, Bu. Setelah panen, saya juga bisa ikut memakannya," kata pria tersebut dengan setengah bercanda.     

Anya ikut tertawa saat mendengarnya, "Aku titipkan taman ini kepada kalian. Aku menunggu stroberinya di tahun baru!" kata Anya dengan semangat.     

Pria tersebut membantu Anya untuk membawa ubi ke sepeda Anya.     

"Beberapa orang akan datang untuk mengumpulkan osmanthus. Tolong pastikan mereka tidak merusak bungaku," kata Anya sebelum pergi.     

"Baik, Bu," pria tersebut mengangguk dan melihat Anya pergi mengendarai sepedanya.     

Ketika Anya kembali ke rumah, hanya ada Hana yang tersisa di rumah. Semua pelayan yang lainnya telah pergi menuju ke taman untuk mengambil bunga osmanthus.     

Hana melihat Anya membawa dua tas berisi ubi manis menuju ke dapur dengan heran.     

"Anya, kamu kuat sekali. Apakah energimu tidak habis," katanya sambil tersenyum.     

"Ubi ini tidak berat, Bu. Lebih sulit untuk membawa bunga dan pupuk," jawab Anya sambil balas tersenyum. Ia sudah terbiasa melakukan pekerjaan berat seperti ini.     

"Mengapa kamu membawa bunga dan pupuk sendiri?" suara Aiden terdengar dari belakang.     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.