Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kesialan



Kesialan

0"Memang ada yang mencurigakan mengenai penyebab kematian ibuku, tetapi tidak ada bukti yang cukup untuk menyebut kejadian itu sebagai pembunuhan. Akhirnya, ayahku tidak membiarkan kakakku terus menyelidikinya," kata Aiden sambil menenangkan Anya. "Tetapi karena kamu memimpikannya, aku akan mencoba untuk melihatnya lagi."     
0

Aiden tidak mempercayai hal-hal mistis dan juga tidak mempercayai mengenai pertanda dari mimpi. Namun, Aiden akan melakukan apa pun untuk membuat Anya merasa tenang, meski ia harus menyelidiki mimpi yang aneh sekali pun.     

"Aku melihat banyak laba-laba di mimpiku. Meski aku berusaha untuk mengusirnya, mereka terus kembali. Aku merasa mereka tidak berasal dari luar seperti yang kamu ceritakan. Lebih seperti …" Anya berhenti berbicara dan menatap Aiden dalam diam. Ia tidak berani melanjutkan kata-katanya.     

"Laba-laba beracun itu seperti ditaruh di tempat tersebut secara sengaja?" kata Aiden dengan suara dalam.     

"Tetapi itu hanya di dalam mimpiku saja. Aku tidak bisa menjelaskan mengapa aku bermimpi seperti itu."     

"Mungkin kamu terlalu banyak berpikir sehingga memimpikan hal-hal yang aneh," kata Aiden.     

Anya terlihat berpikir sejenak dan kemudian menyadari sesuatu. "Rasanya aku melupakan sesuatu yang penting." Anya melupakan ponselnya semalaman. Apakah rumah sakit meneleponnya kemarin malam?     

Aiden mengerutkan keningnya. Ia salah mengira. Ia pikir, hal penting yang dikatakan oleh Anya adalah ulang tahun Raka.     

Apakah hari ulang tahun Raka adalah sesuatu yang penting untuk Anya?     

Anya melihat wajah Aiden berubah. Ia tidak tahu apa yang membuat Aiden begitu marah. "Apakah kamu marah?"     

"Tidak." Aiden bangkit dari tempat tidur dan meninggalkan kamar.     

Anya segera mengambil ponselnya yang ia lupakan di atas nakas. Ia melihat ada tiga panggilan tidak terjawab serta dan sebuah pesan pendek. Ia baru ingat bahwa hari ini adalah ulang tahun Raka!     

Pada pukul 11.57, Raka meneleponnya.     

Pada pukul 11.59, Raka meneleponnya untuk yang kedua kali.     

Pada pukul 12.03, Raka meneleponnya untuk yang ketiga kali.     

Setelah itu ia mengirimkan sebuah pesan pendek.     

Raka : Aku ingin mendapatkan ucapan ulang tahun darimu, tetapi sepertinya itu hanyalah sebuah mimpi yang mahal.     

Kemarin, begitu mereka kembali ke kamar, Aiden langsung menekan Anya di bawah tubuhnya, mengajaknya untuk 'bergulat' dengan berbagai macam posisi dan tidak melepaskannya hingga Anya kelelahan.     

Aiden pasti tahu bahwa kemarin adalah ulang tahun Raka sehingga ia sengaja mengubah ponsel Anya menjadi mode diam dan mengalihkan perhatian Anya semalaman. Pada akhirnya, Anya sama sekali tidak mengetahui bahwa Raka menghubunginya.     

Anya hanya menghela napas panjang dan tidak mengatakan apa pun. Ia berpura-pura tidak mengetahui apa yang Aiden lakukan. Toh, hal ini bukan sesuatu yang penting untuknya.     

Setelah itu, ia membalas pesan Raka dengan jawaban singkat.     

Anya : Selamat Ulang Tahun!     

Begitu ia hendak bangun dan mandi, Raka tiba-tiba saja meneleponnya.     

Anya menarik napas dalam-dalam dan menerima panggilan tersebut. Ia berusaha untuk menjelaskan, "Raka, aku …"     

"Anya, aku benar-benar mencintai Raka. Kamu sudah memiliki Aiden sekarang. Tidak bisakah kamu membiarkan hubungan kami damai dan tenang?" sebelum Anya bisa berbicara, ia mendengar suara Natali dari seberang telepon.     

"Natali?" Anya tertegun sejenak.     

"Jangan telepon Raka lagi. kamu juga tidak perlu mengucapkan ulang tahun kepada mantan kekasihmu. Aku akan menghapus pesanmu," Natali langsung menutup telepon setelah mengatakannya.     

Anya hanya bisa menggaruk kepalanya. Ia tidak berniat apa pun dan hanya memenuhi keinginan Raka untuk mendapatkan ucapan selamat ulang tahun. Ia bahkan mengirimkan pesan yang sangat singkat tanpa doa apa pun karena tidak mau ada kesalahpahaman. Ia benar-benar menganggap Raka sebagai teman saja.     

Apakah itu salah?     

Aiden tidak menyukainya dan Natali juga merasa khawatir.     

Anya segera mandi dan mengganti pakaiannya. Setelah itu, ia mengambil sampel parfum yang dibuatnya dan turun ke lantai bawah.     

Aiden sedang duduk di meja makan tanpa ekspresi di wajahnya. Hana melihat Anya yang turun dan langsung menyapanya.     

Aiden hanya melengos saat melihat kedatangan Anya. Pada saat yang bersamaan Nico juga datang dari depan.     

Melihat sikap Aiden, Anya juga merasa kesal. Rasa khawatirnya mengenai resep parfum ibunya dan mimpi anehnya semalam membuat suasana hatinya sedikit tidak baik hari ini. Ditambah lagi, sikap Aiden memicu kemarahannya.     

"Aiden, ini masih pagi. Mengapa kamu cari masalah denganku?" gerutu Anya.     

Aiden lah yang mengubah ponselnya menjadi mode diam, menyebabkan ia tidak mengetahui bahwa ada panggilan. Untung saja, itu hanya panggilan yang tidak seberapa penting dari Raka. Bagaimana kalau panggilan itu dari rumah sakit, ingin memberitahu mengenai kondisi ibunya?     

Melihat situasi tersebut, Nico langsung menuju ke arah dapur dan berbisik pada Hana dengan pelan. "Bu Hana, tolong bungkuskan aku dua sarapan. Aku tidak mau makan di sini."     

Hana juga terlihat bingung. Ia tidak tahu apa yang salah sehingga tiba-tiba saja Aiden dan Anya bertengakr.     

Nico membuntuti Hana yang sedang membungkus makanannya dan bertanya dengan suara pelan. "Bu Hana, sebenarnya ada apa dengan Paman dan Bibi?"     

"Saya juga tidak tahu. Mereka baru saja keluar dari kamar dan duduk di meja makan, tetapi mereka langsung bertengkar," kata Hana.     

"Baiklah kalau begitu. Aku akan kabur dulu," Nico tidak berani melewati meja makan tempat Aiden dan Anya berada sehingga ia langsung melarikan diri dari pintu belakang sambil membawa makanan pemberian Hana.     

Di ruang makan, para pelayan satu per satu meninggalkan ruangan tersebut, menyisakan Aiden dan Anya berduaan saja.     

Aiden mengangkat sendoknya dengan santai dan menyantap makanannya. Sementara itu, Anya menatapnya dengan marah. "Apa kesalahanku sehingga kamu mencari gara-gara denganku seperti ini?     

"Apakah hari ulang tahun mantan kekasihmu adalah hal yang penting?" wajah Aiden terlihat dingin dan kaku.     

Ketika bangun, Aiden tampak seperti suami yang sangat lembut. Namun sekarang, ia sudah berubah menjadi presiden direktur Atmajaya Group yang kejam.     

Anya tidak pernah berpikir bahwa ulang tahun Raka adalah hal yang penting, tetapi sepertinya Aiden salah paham padanya. "Tidak, ulang tahun Raka tidak penting. Masalahnya, kamu mengubah ponselku menjadi mode diam. Kalau rumah sakit menelepon …"     

"Rumah sakit tidak akan meneleponmu. Mereka akan memberi kabar padaku," sela Aiden.     

"Benarkah? Apakah sudah ada kabar dari rumah sakit?" tanya Anya.     

"Aku akan menanyakannya nanti," kata Aiden dengan dingin.     

"Aiden, aku benar-benar tidak …"     

"Tidak usah terburu-buru. Aku akan ke kantor dulu," Aiden langsung bangkit berdiri tanpa mendengarkan penjelasan Anya. Ia berjalan ke arah pintu depan dan meninggalkan Anya sendiri.     

Anya tahu Aiden sedang merajuk karena ia mengatakan bahwa ia melupakan suatu hal yang penting dan mengira bahwa hal penting yang ia maksud adalah hari ulang tahun Raka.     

Tetapi apa yang bisa ia lakukan? Aiden bahkan tidak mau mendengarkan penjelasannya …     

Aiden sudah pergi ke kantor dan Abdi sedang mengantarkannya. Sepertinya, hari ini Anya harus pergi ke Iris dengan menggunakan bus lagi.     

Selama perjalanan, sambil mengayuh sepedanya ke perhentian bus, Anya terus mengomel. "Apa sebenarnya salahku? Aku tidak bilang bahwa ulang tahun Raka penting. Aku hanya khawatir kalau sampai melewatkan panggilan dari rumah sakit. Lagi pula, aku mengucapkan selamat ulang tahun pada Raka hanya untuk formalitas saja. Apakah salah kalau aku mengucapkan selamat ulang tahun padanya? Aku bahkan hanya mengirimkan pesan yang sangat singkat …"     

Ponsel Anya berdering sebelum ia masuk ke dalam bus. Panggilan itu berasal dari rumah sakit.     

"Apakah benar ini Nona Anya? Ini waktunya Anda membayar biaya rumah sakit ibu Anda," kata orang tersebut begitu Anya mengangkat teleponnya.     

Anya merasa bingung saat mendapatkan panggilan itu.     

Mengapa hari ini ia sial sekali?     

Kemarin malam, ia memimpikan hal yang aneh …     

Pagi ini, Aiden tiba-tiba saja salah paham dan marah kepadanya …     

Sekarang, rumah sakit menagih uang padanya …     

Apa tidak cukup kesialan yang menimpa dirinya hari ini?     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.