Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Donor



Donor

0"Kalau kamu memang pemilih soal wanita, mengapa kamu tidak menikahi wanita yang hebat?" tanya Anya dengan setengah bercanda.     
0

"Ketika aku menikahimu, penglihatanku kurang baik," jawab Aiden dengan santai. Ia sengaja menggoda Anya, ingin membuat istrinya kesal.     

Anya memutar bola matanya. Mengapa ia menanyakan hal yang membuatnya malah diejek seperti ini? Apakah itu artinya Aiden menikahinya karena saat itu ia buta?     

"Kalau kamu memang benar-benar menyesal, apakah kamu mau mengganti istrimu dengan istri yang baru?" tanya Anya dengan marah.     

"Aku akan memikirkannya," jawab Aiden sambil terkekeh. "Kalau aku bisa menemukan seseorang yang lebih manis darimu dan bisa membuatku lebih bahagia darimu, aku akan mengganti istriku.     

"Itu artinya, kamu menikahiku karena aku manis dan hanya aku yang bisa membuatmu bahagia!" wajah mungil Anya tidak bisa menunjukkan rasa bangga di hatinya.     

"Hmm …" gumam Aiden sambil mengangguk.     

Melihat Aiden tidak menyangkal kata-katanya itu, Anya merasa sangat senang. Hal itu membuatnya makan dengan lahap.     

Aiden menghabiskan waktunya untuk melihat Anya makan. Ia senang melihat Anya makan banyak. Tubuh istrinya itu terlalu kurus sehingga kesehatannya kurang baik. Dalam hati, Aiden berjanji untuk merawat Anya.     

Agar nafsu makan Anya meningkat, Aiden bahkan menyuruh Hana untuk membuat masakannya penuh dengan warna, aroma dan rasa yang beragam yang bisa membuat orang meneteskan air liurnya saat melihatnya.     

Anya melihat makanan-makanan yang tersaji di meja. Porsinya memang tidak seberapa besar tetapi menunya berbagai macam dan memiliki rasa yang lezat.     

Siang ini, tidak ada yang harus ia lakukan sehingga ia punya banyak waktu. Anya memutuskan untuk menikmati makan siangnya perlahan.     

Anya makan begitu lahapnya, tidak menyadari bahwa Aiden lebih sering memandang ke arahnya dibandingkan menggunakan sendoknya.     

Bisa dibilang, Anya menghabiskan semua makanan itu sendirian.     

Aiden hanya duduk sambil memandang Anya menikmati makanannya. Ia sudah cukup senang melihatnya. Ia senang melihat istrinya bisa makan dengan lahap.     

Anya tidak seperti kebanyakan wanita yang malu-malu dan menahan diri saat makan di hadapan kekasihnya. Biasanya wanita-wanita yang menjaga image mereka hanya memesan salad dan makan dengan elegan.     

Istri kecilnya ini makan dengan sangat lahap, tidak peduli siapa pun yang sedang menatapnya. Ia terlihat sangat menikmati makanannya, membuat makanan di hadapannya terlihat sangat lezat.     

"Tuan," Harris mengetuk pintu ruang kerja Aiden.     

"Masuklah," senyum hangat di wajah Aiden langsung menghilang. Ia kembali menjadi presiden direktur yang dingin, duduk dengan tegak di hadapan bawahannya.     

Harris mendorong pintunya dan melihat Anya sedang makan. Ia menatap ke arah Anya dengan khawatir dan tidak berani menghampiri.     

"Sehari sebelum kecelakaan di taman Nyonya, Nona Raisa pergi makan di dekat danau dan tidak pulang hingga pagi. Pada saat itu, ia menggunakan kacamata hitam. Berdasarkan semua bukti yang kami dapatkan, bisa dipastikan bahwa Nona Raisa lah yang menyuruh seseorang untuk menghancurkan vanili milik Nyonya," kata Harris dengan tenang.     

Anya tiba-tiba saja mengangkat kepalanya. "Apakah kamu yakin Raisa yang melakukannya?"     

"Ya, Nyonya." Harris mengangguk.     

"Apa dia sudah gila? Apa salahku padanya sehingga ia tidak berhenti mencari masalah denganku?" pada awalnya, Anya tidak percaya Raisa melakukan semua ini padanya. Tetapi ia benar-benar marah ketika mengetahui semua bukti menunjuk pada Raisa.     

"Tiga tahun lalu, di malam pertunangan Tuan dan Nona Natali, Nona Raisa sempat mengungkapkan perasaannya pada Tuan dengan menggunakan layar besar di atas mall milik Atmajaya Group. Semua orang tahu bahwa Nona Raisa menyukai Tuan. Mungkin Nona Raisa cemburu pada Anda," kata Harris dengan tenang.     

"Raisa pernah mengungkapkan perasaannya padamu?" Anya ingat beberapa saat yang lalu, ia bertemu dengan Raisa di depan kantor Aiden dan wanita itu mempermalukannya di depan semua orang.     

Ia tidak menyangka Raisa benar-benar tergila-gila pada Aiden hingga seperti ini.     

"Apakah Anda tidak tahu, Nyonya? Pada saat itu, beritanya sangat ramai di internet hingga Keluarga Mahendra datang sendiri untuk meminta maaf," Harris menatap Anya dengan terkejut karena Anya tidak mengetahui kejadian yang sangat menggemparkan itu.     

"Tiga tahun yang lalu, ibu Anya jatuh sakit dan neneknya meninggal. Anya tidak punya waktu untuk memperhatikan berita seperti itu," kata Aiden dengan santai.     

Namun, kata-kata Aiden itu membuat Anya sedikit terkejut.     

Tanpa sadar, mata Anya sedikit memerah. Ia menarik napas dalam-dalam, mengangkat kepalanya dan menatap Aiden. "Aiden, kamu sudah bertunangan dengan Natali sejak tiga tahun lalu?" tanyanya dengan suara pelan.     

Ia tahu Aiden bertunangan dengan Natali, tetapi ia tidak tahu sejak kapan.     

"Keluarga Tedjasukmana mengalami penurunan tiga tahun lalu. Pada saat itu, Deny menggunakan tanah yang ia miliki, tanah yang sekarang menjadi kantor Atmajaya Group, agar bisa menjodohkan Natali denganku. Ia ingin suami yang kaya untuk Natali," kata Aiden tanpa ekspresi.     

"Jadi, kalau Natali tidak menjebakmu, kamu akan menikahinya?" tanpa sadar, Anya mencengkeram sendok di tangannya erat-erat.     

"Tidak. Aku akan menikahimu," Aiden menatap Anya lekat-lekat. Tangannya memegang tangan Anya, menyuruhnya untuk melepaskan cengkeramannya. Ia tidak mau Anya melukai dirinya sendiri.     

"Tiga tahun lalu, ayahku membuka jalan untuk Natali agar bisa mendapatkan suami yang baik. Bagaimana denganku? Aku juga putrinya. Mengapa ia tidak pernah memedulikan aku? Ibuku sedang sakit. Aku meminjam uang padanya untuk menyelamatkan nyawa ibuku, tetapi ia menolak!" air mata mengalir di wajah Anya. Ia bertanya dengan wajah penuh air mata. "Aiden, mengapa bukan aku yang bertunangan denganmu tiga tahun lalu? Aku berharap itu aku …"     

Aiden memeluk tubuh Anya dengan lembut. "Belum terlambat. Sekarang, aku adalah milikmu," bisik Aiden.     

"Aiden, aku tahu ayahku bukan orang baik. Tetapi entah mengapa aku tetap merasa sakit hati. Aku juga putrinya. Mengapa ia begitu kejam padaku? Mengapa?" Anya menangis seperti anak kecil di pelukan Aiden.     

Diam-diam, Harris keluar dari kantor dan membiarkan Tuan dan Nyonya-nya untuk berduaan.     

Seperti yang Anya katakan …     

Kalau saja Deny tidak pilih kasih …     

Kalau saja Deny tidak mementingkan Natali dibandingkan Anya …     

Kalau saja tiga tahun lalu, Anya, putri tertua Deny, yang bertunangan dengan Aiden, mungkin neneknya tidak akan mati dan penyakit ibunya tidak akan semakin serius.     

Tetapi kenyataannya, Deny sama sekali tidak memedulikan putri pertamanya. Semua ia berikan untuk Natali.     

Aiden butuh waktu cukup lama untuk menenangkan Anya. Pada akhirnya, Anya hanya bisa bersandar di pelukan Aiden sementara masih ada bekas air mata di wajahnya.     

Suasana hati Anya masih buruk, tetapi tiba-tiba saja ia mendapatkan panggilan dari Deny. "Anya, ayah ingin bertemu denganmu sekarang."     

"Ada apa? Mengapa tidak bisa mengatakannya di telepon saja?" tanya Anya dengan dingin.     

"Dokter bilang ayah menderita uremia dan harus mendapatkan donor ginjal. Pergilah ke rumah sakit untuk menguji ginjalmu. Kalau kamu bersedia mendonorkan ginjalmu, ayah akan memberimu apa saja yang kamu mau," kata Deny.     

Anya tertawa terbahak dengan keras meski wajahnya penuh dengan air mata. Tidak ada kegembiraan dalam suara tawanya, hanya ada sinisme dan kebencian yang terpendam. Kemudian, ia berkata dengan dingin. "Aku menginginkan cinta ayah. Bisakah kamu memberikannya padaku? Aku ingin nenekku kembali. Bisakah kamu memberikannya padaku? Aku ingin ibuku kembali sehat dan hidup bersama denganku. Apa yang aku inginkan sangat sederhana dan kamu tidak bisa memberikan apa pun kepadaku."     

"Anya, ayah tahu ayah telah memperlakukanmu dengan buruk selama ini. Tetapi bukankah kamu juga bersalah? Bukannya ayah tidak mencintaimu. Tetapi setiap kali melihatmu, ayah selalu mengingat putra ayah yang kamu bunuh …"     

"Apakah kamu yakin itu putramu? Ginjalmu buruk. Apakah kamu yakin kamu ayah dari anak itu?" kata Anya dengan kejam. Ia benar-benar marah dan sudah tidak peduli lagi.     

"Kamu …" Deny benar-benar marah dan ingin membentak Anya, tetapi ia memikirkan mengenai penyakitnya. Ia membutuhkan Anya untuk mendapatkan donor ginjal sehingga ia menahan kemarahannya. "Anya, tidak peduli apa pun yang terjadi, aku adalah ayahmu. Apakah kamu benar-benar tega melihat ayah mati?"     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.