Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pencurian



Pencurian

0Ketika ia kembali ke ruang kerja Aiden, ia mendengar suara Aiden ...     
0

Anya tidak bisa mendengar dengan siapa Aiden berbicara atau apa yang dikatakan oleh orang di seberang telepon. Tetapi ketika mendengar kata-kata Aiden, ia tahu apa yang terjadi.     

Waktu peluncuran produk baru Imel terlalu dekat dengan penemuan formula parfum ibunya, membuat Anya merasa sangat curiga.     

Sekarang, semuanya sudah pasti ...     

Anya mendorong pintu ruang kerja Aiden dan meletakkan cangkir teh di meja. Ia duduk di sofa dengan tenang dan menatap ke arah Aiden.     

Aiden langsung mengakhiri panggilan dan menatap Anya tanpa menyembunyikan apa pun.     

"Deny benar-benar menjual resep parfum ibumu pada Imel. Imel telah memodifikasi formulanya dan melewati tahap uji. Parfum itu akan diluncurkan sesuai jadwal," kata Aiden dengan wajah serius. "Apa rencanamu sekarang?"     

"Aku akan meluncurkan produk baru di saat yang bersamaan. Aku membuat beberapa perubahan dari resep parfum yang asli dan akan memperkenalkannya sebagai parfum non alkohol," jawab Anya dengan tenang. Ia memutuskan untuk mengikuti saran Esther.     

Esther sudah berpengalaman dalam bidang ini dan tahu bagaimana cara melawan Imel.     

Aiden mengangguk, "Kamu bisa merencanakannya dengan Esther. Aku tidak akan ikut campur dalam urusan Iris, tetapi aku akan membantumu untuk mendapatkan persetujuan dan juga mempublikasikannya."     

"Ketika parfum baru Imel diluncurkan, kita akan langsung membeli beberapa botol dan mengirimkannya dalam laboratorium uji. Begitu kita berhasil menemukan DEHP di dalam parfumnya, kita akan melaporkan Imel," kata Anya. "Tidak hanya itu. Aku juga akan mengatakan bahwa Imel telah mencuri resep parfum ibuku."     

"Hmm ... Jaga baik-baik buktinya, terutama resep parfum asli ibumu." Kata Aiden.     

"Resep aslinya aku sembunyikan di rumahku. Aku juga memfotonya dengan ponselku untuk jaga-jaga," jawab Anya.     

"Kamu menyimpan resep itu di rumah lamamu?" wajah Aiden langsung terlihat muram. Rumah Anya berada di kawasan yang tidak aman. Bagaimana bisa Anya meninggalkan barang berharga seperti itu di tempat yang tidak aman?     

Ia langsung menelepon Harris dan memintanya untuk masuk ke dalam kantornya.     

"Ada masalah apa?" tanya Anya pada Aiden.     

"Harris akan menemanimu untuk mengambil formula itu. Setelah mengambilnya, simpan formula itu di brankas yang ada di ruang kerjaku. Passwordnya adalah ulang tahunmu," kata Aiden.     

"Aku sudah pernah mencobanya. Passwordnya bukan ulang tahunku," begitu mengatakannya, Anya langsung menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.     

Ia keceplosan!     

"Kamu mencoba membuka brankasku?" Aiden menatap istrinya dan mengangkat alisnya.     

Anya hanya bisa nyengir, tidak tahu harus menjawab apa.     

Terakhir kali, ia mencoba untuk membuka brankas Aiden untuk mencari surat perjanjian jaminan tamannya. Ia tidak punya uang jadi ia berniat untuk mencuri surat tersebut dari Aiden. Ia juga sudah mencoba beberapa password, tetapi tidak ada yang benar.     

"Passwordnya adalah ulang tahunmu. Aku tidak perlu menyembunyikan apa pun darimu," kata Aiden dengan tenang.     

"Apakah kamu tidak takut aku akan mengambil semua barang berhargamu?" tanya Anya dengan sengaja.     

"Aku adalah milikku. Semua milikku adalah milikmu. Meski kamu mengosongi brankasku sekali pun, aku adalah yang paling berharga untukmu," Aiden menatap Anya sambil tersenyum.     

Anya berjalan menghampirinya dengan wajah berbinar. Ia sedikit melompat untuk duduk di atas meja kerja Aiden     

Tangannya terulur untuk memegang wajah Aiden. Kepalanya sedikit menunduk untuk mengecup bibirnya.     

"Tuan, maafkan saya. Saya tidak melihat apa pun," Harris baru saja mendorong pintu kantor Aiden dan melihat Aiden dan Anya sedang berciuman. Ia segera mundur dan mengalihkan pandangannya.     

Wajah Anya merona. Ia langsung turun dari meja kerja Aiden. "Bekerjalah. Aku akan segera kembali."     

Tiba-tiba saja, Aiden memengang pinggang Anya, melingkarinya dan menariknya ke dalam pelukannya.     

Ia memegang wajah Anya dan mengulum bibirnya lebih lama. Ciuman itu sangat hangat. Ia tidak melepaskan Anya hingga ia merasa puas. Kemudian, ia berkata dengan santai, "Sekarang kamu boleh pergi."     

"Aku hanya pergi sebentar. Apakah perlu ciumannya selama itu?" gumam Anya dengan kesal.     

"Aku menyukainya," jawab Aiden singkat.     

Anya tertawa kecil. "Aiden, apakah kamu tidak pernah berciuman dengan orang lain sebelumnya?"     

"Kamu adalah ciuman pertamaku. Berbahagialah atas keberuntunganmu itu," gerutu Aiden.     

"Hmm ... Aku akan menghargainya dan melanjutkan ciuman itu ketika aku kembali," Anya mengedipkan matanya pada Aiden dan berjalan menuju pintu.     

Sebelum keluar, ia berhenti. "Jangan terlalu merindukanku."     

"Aku hitung sampai tiga. Kalau kamu tidak segera pergi, kamu tidak akan pernah bisa pergi dari tempat ini," bola mata Aiden terlihat gelap.     

Bagaimana mungkin Anya tidak memahami pandangan itu? Aiden sedang bergairah dan ingin bercinta dengannya lagi hanya karena Anya sedikit menggodanya!     

Sebelum Aiden mulai menghitung, Anya langsung lari terbirit-birit, keluar dari kantor Aiden.     

...     

Harris mengantar Anya ke rumah lamanya untuk mengambil resep tersebut. Ia melihat rumahnya dalam keadaan yang berantakan.     

Setelah berbaikan dengan Aiden, Anya sudah mengambil kembali kunci cadangan rumahnya dari bibi toko bunga sehingga bukan bibi itu pelakunya.     

"Nyonya, apakah Anda mau menelepon polisi?" Harris melihat keadaan rumah yang kacau dan pikiran pertamanya adalah ada orang yang hendak mencuri barang-barang Anya.     

"Tidak usah," Anya bergegas memasuki salah satu kamar dan membuka sebuah tempat persembunyian di atas kepala ranjangnya. Semua barang-barang yang ia sembunyikan masih ada di sana.     

Anya menghela napas lega.     

Ranjang di kamar Anya terbuat dari kayu yang sangat tua. Di bagian atas kepala ranjangnya ada sebuah celah yang bisa digunakan untuk menyembunyikan barang.     

Karena ranjang itu terlihat sangat lusuh dan kuno, tidak akan ada yang tahu bahwa banyak barang-barang berharga disembunyikan di sana.     

Anya mengeluarkan semua barang berharganya dan memasukkannya ke dalam tasnya.     

"Nyonya, apakah Anda tidak kehilangan apa pun? Apakah Anda tidak mau melapor ke polisi?" tanya Harris.     

"Keluargaku miskin dan tidak memiliki barang berharga. Semua barang berharga aku sembunyikan di tempat ini. Ayo pergi," kata Anya dengan tenang.     

Ini bukan pertama kalinya rumahnya dibobol oleh pencuri. Rumahnya memang terletak di kawasan yang tidak aman sehingga ia juga tidak terhindarkan dari kejahatan.     

Harris merasa tersentuh melihat perjuangan Anya. Anya adalah seorang gadis yang masih sangat muda. Tetapi sudah berapa banyak penderitaan yang ia lalui sehingga bisa bersikap tenang saat melihat pencurian seperti ini?     

Saat perjalanan pulang ke rumah, Harris bertanya. "Nyonya, apakah rumah Anda pernah dimasuki pencuri sebelumnya?"     

"Lebih dari satu kali. Tidak ada gunanya menelepon polisi. Di tempat tinggalku tidak ada CCTV di jalan raya sehingga pencurinya tidak akan bisa ditemukan. Lagipula, aku tidak punya banyak uang sehingga aku tidak akan meninggalkan uangku di rumah," jawab Anya sambil tersenyum.     

Harris tidak tahu harus berkata apa. Begitu tiba di depan rumah, ia tiba-tiba berkata, "Nyonya adalah orang baik. Tuhan tidak akan membiarkan orang baik terus tersakiti."     

Anya tertegun sejenak. Selama ini, Harris tidak banyak bicara kepadanya sehingga ia terkejut saat mendengar kata-kata Harris.     

"Terima kasih. Aku harap aku tidak merepotkanmu," jawab Anya.     

"Terima kasih kembali, Nyonya. Sudah menjadi tugas saya," Harris keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Anya.     

Hana melihat kedatangan Anya dan langsung menyambutnya. "Anya, kamu sudah pulang!"     

"Aku datang untuk menyimpan beberapa barang. Nanti sore aku akan berkencan dengan Aiden. Tidak perlu memasak!" Anya mengedipkan matanya pada Hana.     

Hana tertawa saat mendengarnya. "Anya, kamu memang kebahagiaan untuk Aiden!"     

"Hanya aku yang bisa membuatnya bahagia!" gumam Anya dengan suara pelan. Ia mengatakannya sambil tersenyum. "Aku naik dulu, Bu!"     

Anya baru saja berjalan dua langkah ketika ia mendengar suara Deny datang dari belakang.     

"Anya, tolong bantu ayah!" teriak Deny.     

Note :     

Please support my other novels in the webnovel application, Thankyou! ^^     

- Istri Supermodel https://www.webnovel.com/book/istri-supermodel-(for-sale!)_17294214406387705     

- Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku https://www.webnovel.com/book/pangeran-sekolah-adalah-peliharaan-kesayanganku_17805232805997105     

- Suami Pernikahan Percobaan : Si Cantik Pemuas Hasrat CEO Liar https://www.webnovel.com/book/suami-pernikahan-percobaan-si-cantik-pemuas-hasrat-ceo-liar_17805308206129805     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.