Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Biar Waktu yang Membuktikan Semuanya



Biar Waktu yang Membuktikan Semuanya

0"Pada saat itu, aku benar-benar membenci tes DNA palsu itu. Tetapi kemarin saat aku melihat Mario menyebarkan tes DNA, aku pikir dengan membuat tes DNA ini, semua masalahnya akan berakhir," kata Anya.     
0

Ia tidak bisa memikirkan cara lain untuk menyelesaikan masalah ini. Ia tidak ingin menyakiti hati Adrian. Ia harap, dengan tes DNA palsu itu, ia bisa membuktikan pada semua orang bahwa Adrian adalah putranya.     

Adrian akan tetap selamanya menjadi putra Anya dan Aiden.     

Hidupnya tidak akan terpengaruh karena berita ini.     

Masa depannya akan tetap cerah sebagai seorang anggota Keluarga Atmajaya.     

Adrian akan baik-baik saja.     

Namun, tidak disangka, Aiden mendengarkan pembicaraan mereka dari lantai dua. "Aku tidak setuju dengan cara ini. Hubungan kita dengan Adrian adalah hubungan yang asli. Hubungan darah tidak ada artinya dibandingkan ketulusan kita pada Adrian," kata Aiden sambil turun dari lantai dua.     

Adrian menoleh dan melihat kedatangan ayahnya. Memang benar apa yang Aiden katakan. Kalau Anya dan Aiden tidak memberitahunya, Adrian tidak akan pernah menyangka bahwa ia bukan anak ayah dan ibunya.     

Anya dan Aiden benar-benar mencintainya sepenuh hati. Ia tidak pernah membedakannya dari Arka, Aksa atau pun Adel yang merupakan anak kandungnya.     

Adrian bisa merasakan ketulusan dari mereka berdua.     

Meski darah Aiden tidak mengalir di tubuhnya, Adrian tetap akan menganggap Aiden sebagai ayahnya.     

Meski Anya sebenarnya adalah kakaknya, selamanya di mata Adrian, Anya adalah ibunya yang paling ia cintai di dunia.     

"Aku sangat bahagia bisa menjadi anak kalian. Perasaan dan hubungan kita tidak seharusnya diukur dengan selembar kertas. Ayah, ibu, aku ingin memberitahu semua orang mengenai identitasku," kata Adrian dengan serius.     

Anya menggelengkan kepalanya. Wajahnya terlihat sangat tertekan. Ia tidak menyukai keputusan Adrian itu. "Adrian, apakah kamu pernah memikirkan. Setelah semua orang tahu mengenai masa lalumu, mungkin masa depanmu juga akan terpengaruh," kata Anya dengan cemas.     

Adrian tersenyum dan memandang ibunya. "Apakah kamu khawatir orang-orang akan menganggapku sebagai anak haram dan tidak ada yang mau menikah denganku?"     

"Kamu tahu?" Anya memandang Adrian dengan tatapan heran. Selama ini, Anya selalu mengkhawatirkan masalah ini sendirian. Ia tidak mau melihat masa depan Adrian, yang ia anggap sebagai putranya sendiri, ternodai hanya karena orang tuanya yang jahat.     

Tidak ia sangka, Adrian menyadari kekhawatirannya itu.     

Adrian memang putranya yang paling hangat dan paling pengertian.     

Aiden menghampiri Anya dan duduk di sampingnya sambil menggenggam tangannya. "Anya, menurutmu apa yang bisa dibuktikan oleh selembar tes DNA palsu? Orang lain tidak perlu memahami hubungan kita dan Adrian. Yang penting kita dan semua orang lainnya tahu betapa kita mencintai Adrian."     

Anya menatap ke arah Aiden dengan bingung. Ini adalah masalah yang sangat penting untuknya. Mengapa Aiden terlihat benar-benar tenang?     

Mengapa tidak perlu dibuktikan bahwa Adrian adalah putranya?     

Ia harus membuktikannya!     

"Tidak peduli anak siapa Adrian, tidak peduli siapa orang tua Adrian yang sebenarnya, kamu tidak perlu memberitahu siapa pun dan tidak perlu membuktikan apa pun. Tes DNA palsu itu hanya akan menunjukkan bahwa kita sama palsunya dengan selembar kertas itu, sama halnya dengan memberitahu semua orang mengenai identitas Adrian yang sebenarnya. Apakah kamu bisa memahami apa yang ayah maksud, Adrian?" tangan Aiden mendarat di pundak Adrian dan meremasnya pelan, seolah ingin memberikan dukungan bagi putranya itu.     

Adrian memandang ke arah Aiden sambil berusaha untuk memahaminya. Setelah beberapa saat, akhirnya ia mengerti apa yang ayahnya maksud. "Aku mengerti."     

"Apa yang kamu mengerti? Mengapa aku tidak mengerti apa pun?" Anya memandang Aiden dan Adrian dengan tatapan kebingungan.     

"Maksud ayah, kita tidak perlu membuktikan hubungan kita kepada orang lain. Baik dengan menggunakan tes DNA palsu, atau dengan mengungkapkan masa laluku, semua itu tidak akan bisa menghasilkan apa pun. Selama keluarga kita bahagia, orang lain juga akan memahami bagaimana harmonisnya rumah kita. Tidak perlu membuktikan apa pun. Kebahagiaan kita akan menjadi bukti yang paling nyata untuk orang-orang di luar sana. Biar waktu yang membuktikan semuanya," Adrian menjelaskan dengan sabar.     

Anya mendengarkan penjelasan itu dengan seksama. "Itu kedengarannya sangat masuk akal," Anya akhirnya mengangguk dan menyetujuinya.     

"Tidak perlu memperhatikan apa kata orang di internet. Jadilah dirimu sendiri saja," hibur Aiden pada putranya.     

Adrian mengangguk berulang kali dengan penuh semangat. Ia benar-benar merasa beruntung memiliki Anya dan Aiden sebagai orang tuanya.     

Adrian tidak menyesal hidup dalam dunia ini. Meski masa lalunya tergolong cukup gelap, kegelapan itu seolah ditutupi dengan kebahagiaan yang ia dapatkan dari kedua orang tua dan keluarganya.     

…     

Akhirnya, berita mengenai Adrian itu tertutupi dengan berita pernikahan Arka dan Sabrina. Berita itu hanya bertahan satu hari saja di internet, sebelum benar-benar terhapuskan dengan sendirinya.     

Tidak hanya berita mengenai pernikahan Arka dan Sabrina saja, Lili dan orang tuanya datang untuk menghadiri pernikahan Arka dan Sabrina, membuat beritanya menjadi semakin besar.     

Lili dan Aksa sudah saling mengenal cukup lama. Sebelumnya, beberapa wartawan pernah mendapatkan foto mereka saat sedang bersama, tetapi mereka berdua sama-sama mengelak hubungan mereka dan mengatakan bahwa mereka hanya berteman.     

Tetapi kali ini, terlihat dengan sangat jelas bahwa hubungan mereka bukan hanya sekedar pertemanan. Kalau tidak, mana mungkin orang tua Lili datang dan menghadiri acara pernikahan Arka dan Sabrina?     

Seorang wartawan memanfaatkan kesempatan untuk menyebarkan foto Lili yang tinggal di apartemen mewah milik Aksa. Mereka berdua sudah tinggal bersama!     

"Aku pernah melihat mereka berdua sebelumnya dan aku merasa mereka sangat cocok. Sepertinya hubungan mereka sekarang lebih dari teman."     

"Aku dengar dulu Aksa menyukai Sabrina dan Lili juga memiliki tunangan. Sekarang, Sabrina sudah menemukan cinta sejatinya sendiri dan Lili juga mengakhiri perjodohannya. Aku harap bisa mendengar kabar baik dari mereka."     

Seseorang mencoba untuk menandai nama Aksa di media sosial dan bertanya langsung.     

"@Aksa, kakakmu akan menikah. Kamu cemburu kan?"     

Saat melihat berita itu, Aksa membalasnya. "Tentu saja, aku juga ingin menikah."     

Jawaban itu langsung menimbulkan keributan besar. Banyak orang berusaha untuk membalasnya. Sebagian besar yang lainnya berpindah ke media sosial milik Lili dan meninggalkan pesan, khawatir Lili tidak akan tahu bahwa Aksa ingin menikahinya.     

"Lili, kekasihmu ingin menikah, apakah kamu tahu?"     

"Lili, apakah Aksa sudah melamarmu?"     

"Lili, kalau kamu tidak ingin menikah. Katakan pada kami. Kami benar-benar ingin menikah dengan Aksa."     

…     

Para netijen yang begitu bersemangat langsung berbondong-bondong untuk mengirimkan pesan secara bersamaan. Lili merasa kepalanya sakit melihat banyaknya pesan itu dan menoleh pada Aksa.     

Saat ini Aksa sedang memandang ponselnya dan melihat media sosial yang sedang ramai itu, tidak memperhatikan tatapannya.     

Saat Anya dan Aiden sedang berbicara dengan orang tua Lili, Lili menendang kaki Aksa. Saat tidak ada yang memperhatikan, ia berbisik. "Apa yang kamu lakukan di media sosial?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.