Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Lebih Baik Berbohong Seumur Hidup



Lebih Baik Berbohong Seumur Hidup

0"Aku ada sebuah cerita. Saat Kak Arka, Kak Aksa dan Mason mengejarku, nenekku bilang Mason adalah yang terbaik di antara mereka. Tetapi adikku bilang kalau aku menikah dengan Mason, aku akan mengalami kerugian besar karena aku akan mendapatkan tambahan dua paman," kata Sabrina sambil tersenyum.     
0

"Aku tidak menyangka Tuhan sudah menentukan pilihanmu tiga tahun sebelumnya. Dan ternyata pada akhirnya kamu orang yang ditakdirkan untumu adalah Paman Arka." Maya tersenyum tipis.     

Sebenarnya, ia merasa sedikit cemburu pada Sabrina.     

Setelah menikah, semua orang tetap memanjakannya seperti seorang ratu. Sebelumnya, hanya Keluarga Mahendra saja yang memanjakannya seperti seorang putri raja. Dan sekarang ia mendapatkan tambahan Keluarga Atmajaya.     

Apakah suatu hari nanti ia bisa merasakan hal yang sama dengan Sabrina?     

Menjadi seorang CEO sebuah perusahaan seperti Mawardi Group juga melelahkan untuk Maya yang masih sangat muda. Apakah suatu hari nanti ia akan memiliki tempat bersandar, seperti yang Sabrina rasakan sekarang?     

"Mengenai Kak Alisa, kamu bisa menganggapnya sebagai sepupumu saja. Walaupun ia adalah anak baptis dari ibu mertuaku, ibu tirinya dan ibumu adalah saudara. Jadi kalian adalah sepupu. Benar juga ya, mengapa kamu harus memanggil semua dengan sebutan paman dan bibi? Kedudukanmu benar-benar rendah," Sabrina tertawa lagi. "Ah, ah … Perutku sakit karena kebanyakan tertawa."     

"Baiklah, Bibi. Jangan banyak tertawa," Maya menggodanya dengan memanggilnya dengan sebutan bibi, sambil membantu Sabrina untuk duduk di sofa     

"Kehamilan ini benar-benar buruk. Aku tidak bisa melakukan apa pun. Setelah melahirkan aku akan menyegel perutku," kata Sabrina dengan kesal.     

"Mari kita bicarakan setelah kamu melahirkan. Sepertinya tidak mudah bagimu untuk melakukan itu. Pamanku pasti ingin anak kedua," goda Maya.     

"Aku masih ingin berduaan bersama dengan pamanmu, mengapa aku harus hamil? Maya, ingatlah. Kalau kamu sudah punya pacar, kamu harus berhati-hati. cinta bisa membutakan semuanya," dengus Sabrina.     

"Aku masih muda. Rio juga sudah pergi. Akhirnya aku bisa bekerja dengan tenang sekarang," Maya tersenyum. Maya masih belum bisa memikirkan soal cinta. Ia masih punya banyak impian yang harus ia capai.     

Sabrina mengangguk. "Ngomong-ngomong, kondisi Kak Aksa sepertinya semakin memburuk akhir-akhir ini. Aku tidak tahu bagaimana cara menghiburnya."     

"Aku juga tidak tahu bagaimana caranya. Untung saja, itu bukan pesta pertunangannya sendirian sehingga pestanya tidak hancur berantakan. Kalau sampai hal itu terjadi, Kak Aksa pasti akan terpukul ditinggalkan oleh Lili di hadapan semua tamu. Namun, aku cukup kagum pada Lili. Tidak banyak orang yang tidak mau menikah dengan Keluarga Atmajaya," kata Maya.     

Sabrina bersandar di sofa dengan malas. "Bagaimana kamu bisa yakin seperti itu? Mengapa kamu berpikir semua wanita ingin menikah dengan Keluarga Atmajaya?"     

"Dari penampilannya saja, semua anggota Keluarga Atmajaya, baik laki-laki mau pun perempuan, tidak bisa dibandingkan dengan orang-orang di luar sana," kata Maya dengan bangga. "Bukankah kamu juga menikah dengan anggota Keluarga Atmajaya?"     

"Benar juga," Sabrina tidak bisa membantahnya, karena suaminya yang berasal dari Keluarga Atmajaya itu sangat luar biasa.     

Saat ia pulang kerja, Arka datang untuk menjemput Sabrina dan membawakan cake kesukaannya, rasa durian.     

"Kak, apakah mobilmu tidak bau karena durian ini?" tanya Sabrina sambil tersenyum.     

"Tidak apa-apa. Yang penting kamu suka," kata Arka dengan penuh sayang. Sebenarnya bau durian itu cukup berat untuknya karena ia bukan penyuka durian.     

Sama halnya dengan Sabrina yang sebelumnya tidak menyukai durian. Tetapi namanya saja ibu hamil, permintaannya selalu unik.     

"Aku tidak tahu bagaimana, tetapi setelah hamil tiba-tiba saja aku menyukai rasa durian," Sabrina tertawa. "Aku tidak berniat untuk menindasmu."     

Arka juga tersenyum. "Memang baunya sedikit berat, tetapi rasa kuenya masih enak dan tidak seberat rasa buah aslinya. Apakah kamu lelah hari ini?"     

"Aku baik-baik saja. Aku hanya membuat sketsa-sketsa dan tidak menyentuh komputer sama sekali," kata Sabrina.     

Arka mengangguk. "Kalau hanya menggambar dan membuat sketsa, bisakah kamu tidak pergi ke kantor?"     

"Aku merasa lebih nyaman kalau bekerja di kantor. Kalau di rumah, aku terlalu nyaman dan malas. Ideku tidak muncul," Sabrina masih bersikeras untuk tetap bekerja. Setelah menikah dan punya anak pun, ia tidak ingin menjadi ibu rumah tangga saja.     

Arka sama seperti ayahnya. Apa pun yang Sabrina inginkan, ia pasti akan mendukungnya.     

"Ya sudah. Aku mendukungmu untuk melakukan apa pun yang kamu sukai. Tetapi kamu harus berhati-hati dan banyak istirahat. Sekarang kamu tidak sendirian lagi," kata Arka.     

"Jangan khawatir. Aku sudah seperti binatang yang dilestarikan sekarang. Ibuku dan ibumu sangat cemas. Saat aku tiba di perusahaan, Maya selalu mengawasiku. Belum lagi asisten yang kamu kirimkan untukku. Aku tidak perlu melakukan apa pun." Sabrina merasa sangat bahagia dan puas dengan hidupnya sekarang.     

Sudut bibir Arka sedikit berkedut, "Kehamilan ini pasti sangat berat untukmu. Setelah anak kita lahir, aku akan mengajakmu untuk liburan lagi."     

"Benar? Janji ya! Ngomong-ngomong, bagaimana keadaan Aksa sekarang?" tanya Sabrina dengan cemas.     

Arka menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya. "Ia mabuk-mabukan setiap hari. Beberapa hari lalu, ia berkelahi sampai ditahan. Ayahku tidak memperbolehkan siapa pun mengeluarkannya dari tahanan, membiarkannya di sana 3 hari sebelum mengeluarkannya. Aku tidak tahu bagaimana cara membantunya."     

"Beberapa hari ini aku tidak melihatnya, ternyata ia ditahan. Apakah hari ini ia sudah dibebaskan?"     

"Benar. Malam ini, aku tidak mau kamu ikut pergi ke klub milik Henry. Banyak asap rokok dan tidak baik untukmu," kata Arka.     

Sabrina mengangguk. "Tolong bujuk dan hibur dia."     

Setelah Henry dan Maddison menikah, kehidupan mereka sangat manis dan harmonis. Tetapi mereka tetap berusaha untuk rendah diri dan tidak menampilkan kemesraan mereka di hadapan banyak orang.     

Saat mendengar bahwa Aksa akan pergi ke klubnya dan minum-minum di sana, Henry sudah memesankan tempat dan semua minuman untuknya.     

Pada jam delapan malam, Arka, Aksa, Mason dan Adrian tiba satu per satu di dalam ruangan.     

"Paman-paman, kakak, kalau ada yang kalian berempat butuhkan lagi, pesan saja. Semua tagihannya akan masuk ke dalam akunku. Jarang-jarang kalian datang ke sini. Aku ingin menemani kalian, tetapi Maddy tidak memperbolehkan aku pulang malam. Jam malamku jam 10 malam," Henry menjelaskan.     

Mason langsung tersedak mendengarnya. "Adikku itu begitu kuat."     

"Henry, mengapa kamu mau menikah dengan Maddy?" tanya Aksa.     

"Maddy sangat baik. Ia perhatian pada Henry dan tidak mau ia kelelahan karena tidur terlalu malam," Adrian langsung membela Maddison.     

Henry tersenyum mendengarnya, "Ada seseorang yang memperhatikan dan menjagaku juga kebahagiaan untukku. Aku sangat puas dengan hidupku sekarang.     

"Jangan khawatirkan kami. Kamu pulang lah dan beristirahatlah. Melihat kamu dan Maddy bahagia, kami juga ikut bahagia," kata Arka,     

"Aku akan meminta pelayan untuk menyiapkan makanan juga. Barusan aku mendapatkan chef baru dan masakannya cukup enak," kata Henry.     

"Aku baru saja keluar dari tahanan hari ini. Aku ingin makan-makanan enak," kata Aksa dengan ekspresi yang masih muram seperti sebelumnya.     

Arka menepuk pundaknya. "Jangan salahkan ayah dan ibu. Mereka juga sedih, tetapi mereka marah karena kamu membahayakan dirimu sendiri. Setelah hari ini, aku harap kamu bisa kembali ceria seperti dulu."     

"Aku hanya tidak paham mengapa dia pergi? Setidaknya, ia bisa mengucapkan selamat tinggal padaku," kata Aksa.     

Mason melipat tangannya dan memandang ke arah Aksa. "Bukankah ia menitipkan surat padamu? Bukankah itu sama saja dengan selamat tinggal?"     

"Itu tidak bisa dihitung. Apakah ia tidak bisa berbicara? Seharusnya ia mengatakannya langsung di hadapanku," kata Aksa.     

"Apakah kamu sudah menyelidikinya setelahnya? Lili itu bukan anak Keluarga Mandala. Walaupun namanya juga Mandala, ia hanya saudara jauh dan tidak ada hubungannya dengan keluarga utama yang terkenal itu. Orang tuanya adalah pembohong. Ia meninggalkan kamu bukan karena kesalahanmu. Tetapi ia tidak sanggup untuk berbohong lagi padamu. Apakah kamu mengerti?" Arka merangkul kembarannya itu. "Aksa, terima lah kenyataan ini!"     

"Lebih baik ia tetap berbohong padaku sampai seumur hidup. Aku bersedia menelan semua kebohongannya. Mengapa ia tidak terus berbohong saja?" Aksa mengambil gelas anggur di atas meja dan meminumnya hingga habis.     

Karena minum terlalu terburu-buru, pada akhirnya ia tersedak sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.