Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Gadis yang Membohongi Putraku



Gadis yang Membohongi Putraku

0"Mengapa Adrian disebut anak haram? Ibu, apa yang kamu bicarakan dengan bibi?" tidak tahu sejak kapan, tiba-tiba saja Aksa muncul di belakang sofa saat Anya dan Raisa sedang membicarakan mengenai masalah Adrian.     
0

Anya benar-benar terkejut dan menoleh, memandang Aksa yang baru saja pulang kerja.     

"Kapan kamu masuk? Mengapa ibu tidak mendengarmu sama sekali?"     

"Ibu, mengapa kamu dan bibi bilang bahwa Adrian adalah anak haram? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Aksa sekali lagi.     

"Kamu pasti salah dengar. Sayang sekali, kamu masih muda tetapi pendengaranmu sudah buruk. Sepertinya kamu harus segera memeriksakan pendengaranmu ke dokter," kata Raisa dengan wajah cemas.     

Anya langsung melotot ke arah Raisa. Mana mungkin putranya itu bisa dibohongi dengan mudah? Malahan, Aksa pasti merasa semakin curiga saat melihat Raisa berusaha untuk mencari alasan.     

"Aksa, mengapa kamu datang ke sini?" tanya Anya dengan tenang.     

"Ibu, bisakah kamu meminjamkan aku uang?" Aksa akhirnya mengingat apa tujuan ia datang ke sana.     

"Bukankah kamu sudah mendapatkan gaji sendiri dari kantor. Biaya makan dan pakaianmu pun masih ibu tanggung. Kamu membutuhkan uang untuk apa lagi?" tanya Anya.     

"Ini benar-benar mendesak, Bu. Aku butuh bantuanmu!" kata Aksa dengan cemas. "Tolong pinjami aku uang."     

"Berapa banyak yang kamu butuhkan?" tanya Anya.     

"1 milyar," jawab Aksa.     

Raisa langsung mengangkat alisnya dan bertanya. "Mengapa kamu membutuhkan uang sebanyak itu? apakah kamu berniat untuk meminjamkan uang itu pada seorang gadis?"     

Aksa balas mengangkat alisnya dan menatap ke arah Raisa. "Bibi, kamu hebat sekali bisa menebaknya!"     

"Apakah gadis itu cantik?" Raisa tersenyum.     

"Sangat cantik," Aksa mengangguk.     

"Aku tidak akan meminjamkan uang padamu," Anya menolak.     

"Ibu, di akhir tahun, aku akan mendapatkan pembagian profit dari perusahaan. Saat itu aku akan mengembalikan uangmu. Sekarang uangku ada di tangan ayah dan aku tidak berani meminta padanya." Aksa langsung memeluk lengan Anya dan memelas di hadapannya seperti anak kecil yang ingin dibelikan mainan. "Ibu, ibu adalah ibu yang terbaik di dunia ini. Tolong bantu aku."     

Anya mengedipkan matanya ke arah Raisa. "Raisa, bukankah kamu barusan bilang ingin belajar mendidik anakmu dari aku? Aku akan memberimu kesempatan untuk mendidik anak bodoh ini."     

Raisa menepuk pundak Aksa dan berkata, "Kemarilah, Aksa. Kalau kamu bisa membujuk bibi dan ibumu tetap tidak mau meminjamkan uangnya padamu, bibi yang akan meminjamkan uangnya."     

Aksa benar-benar gembira dan langsung duduk di samping Raisa. "Bibi, aku punya seorang teman yang sedang membutuhkan untuk modal usaha. Ia masih membutuhkan 1 milyar lagi, tetapi karena gengsi,ia tidak berani meminjam siapa pun. Aku ingin membantunya."     

"Pertama-tama, kamu harus mencari tahu dulu. Apakah bisnis yang ia kerjakan itu benar-benar nyata, bagaimana dengan transaksinya dan seberapa besar kesenjangan pendanaannya. Kedua, kamu harus memahami apakah ia benar- benar malu untuk meminjam atau ia tidak bisa meminjam uang di mana pun dan memanfaatkanmu. Apakah ia benar-benar membutuhkan atau hanya berpura-pura gengsi di hadapanmu. Setelah kamu mengetahui dua hal ini, baru kamu bisa mempertimbangkan apakah kamu mau meminjamkan uang padanya atau tidak," kata Raisa dengan sabar.     

Anya mengangguk. "Apa yang dikatakan oleh bibimu itu benar. Seberapa besar kamu kenal gadis ini?"     

"Aku tidak tahu secara detailnya, tetapi aku percaya padanya. Ia juga sedang melakukan penelitian dan pengembangan drone, tetapi salah satu investornya tiba-tiba mundur dan menyebabkan semua ini. Aku benar-benar ingin membantunya," kata Aksa.     

"Kalau tidak ada masalah yang terjadi padanya, mengapa investor itu tiba-tiba mundur?" tanya Raisa.     

"Sepertinya kalian berdua tidak berniat untuk membantuku sama sekali," Aksa bangkit berdiri dan memandang Anya dan Raisa.     

"Kami melakukan ini untuk kebaikanmu. Aku tahu kamu memiliki hobi yang sama dengannya sehingga kamu merasa kasihan padanya. Tetapi ia berbeda dengan kamu. Kamu memang memiliki ketertarikan dalam hal teknologi, sementara itu ia menggunakan penelitian ini untuk investasi. Daripada kamu meminjamkan uang padanya, bukankah lebih baik mengembangkannya sendiri?" kata Anya dengan dingin.     

"Kalau begitu, pinjamkan 1 milyar padaku dan aku akan mengembangkannya sendiri. Terakhir kali, aku bisa mengantarkan bunga untuk Kak Arka dengan menggunakan drone dan aku berniat untuk meningkatkan kapasitas muatannya sekarang," saat ini Aksa hanya membutuhkan satu hal yaitu 1 milyar.     

Melihat bahwa putranya itu ingin melakukan sesuatu dengan penuh semangat, Anya langsung setuju. "Hari ini sudah terlalu malam. Besok aku akan mengirimkan uangnya padamu …"     

Saat Aksa mendengar hal ini, wajahnya langsung terlihat bahagia.     

"Suruh Nico untuk membantumu mengembangkan penelitian ini bersama-sama."     

"Apa?" senyum di wajah Aksa langsung membeku.     

"Trik yang bagus!" Raisa langsung menunjukkan jempolnya ke arah Anya.     

Tidak hanya itu saja, Anya juga langsung mengumumkan di grup chat keluarga.     

Anya : Mulai hari ini, tidak ada yang boleh meminjamkan uang pada Aksa tanpa persetujuanku. Jangan salahkan aku kalau aku marah saat aku tahu ada yang melanggar perintahku. (Peraturan ini berlaku sampai waktu yang tidak ditentukan).     

Nico : Aku mengerti. Perintah dari bibi adalah perintah yang absolut. Meski Aksa kelaparan di jalanan, aku tidak akan memberikan sepeser uang pun. Ngomong-ngomong, apa yang Aksa lakukan, Bibi? Apakah ia nakal lagi?     

Arka : Aku mengerti.     

Mason : Mengerti!     

Maddison : Baik.     

Adrian : Baik, Ibu.     

Nadine : Oke!     

Adel : Baik, Ibu!     

Bella : Baiklah. Aku penasaran apa yang Kak Aksa lakukan?     

Maya : Benar, Paman Aksa. Apakah yang sebenarnya kamu lakukan? Apakah kamu tidak sayang nyawamu?     

Aksa : Aku tidak melakukan apa pun. Aku hanya ingin membantu seseorang, tetapi ibu menolak. Aku sangat sedih. Mungkin aku akan melajang seumur hidup.     

"Kamu tahu bahwa niat kami ini baik. Kami hanya tidak ingin kamu tertipu. Berikan informasi mengenai gadis itu. Biar aku dan ibumu membantu untuk menyelidikinya besok."     

Aksa memandang dua wanita di hadapannya. Biasanya, ibunya dan bibinya itu tidak terlalu cocok. Tetapi kalau dalam hal menindasnya, mereka bisa bersatu dengan sangat cepat.     

"Tidak perlu, terima kasih," Aksa bangkit berdiri dan hendak pergi. Saat ia berjalan ke arah pintu, tiba-tiba saja ia berhenti. "Tadi aku benar-benar mendengar kalian sedang membicarakan anak haram. Apa yang sebenarnya kalian sembunyikan dariku?"     

"Kamu hanya salah dengar. Tidak ada yang kami sembunyikan. Jangan ngawur," Anya menegurnya.     

Aksa hanya menggelengkan kepalanya. Ia sama sekali tidak tertarik dengan skandal di keluarganya. Lagi pula, mana ada rumah tangga yang damai dan tenteram? Semua rumah pasti memiliki masalah mereka sendiri-sendiri, apa lagi keluarga besar seperti Keluarga Atmajaya.     

Tetapi Aksa yakin betul tidak ada yang terjadi di rumahnya.     

Ia bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri, betapa besar rasa cinta ayahnya pada ibunya. Setiap hari ia melihat mereka berdua bermesraan. Dari ia masih kecil sampai sudah dewasa seperti ini, cinta ayah dan ibunya tidak pernah berubah.     

Oleh karena itu, anak haram yang disebutkan oleh Raisa mungkin adalah anak lain, bukan Adrian.     

Setelah Aksa pergi, Anya memukul paha Raisa dengan cukup keras. "Hati-hati dengan apa yang kamu katakan lain kali!"     

"Siapa yang mengira Aksa tiba-tiba akan datang?" Raisa memelankan volume suaranya. "Aku tahu kamu mengingatkan aku untuk tidak mengatakan kata anak haram itu karena kamu takut aku akan membuat Kak Ivan sedih."     

"Kak Ivan benar-benar menderita selama ini karena identitasnya. Setelah menikah denganmu, ia selalu memperlakukanmu dan Bella dengan sangat baik. Jangan pernah sakiti hatinya. Kalau kamu tidak menyukai Adrian, aku akan memperingatinya sebelum terlambat. Jangan khawatir, aku juga tidak mau menjadi besanmu. Kalau tidak, kita akan bertengkar setiap hari," kata Anya dengan suara pelan.     

Raisa tidak tersinggung. Malah ia mengangguk setuju. "Baiklah. Lebih baik kita menjaga jarak."     

"Aku akan bicara dengan Adrian nanti malam dan meneleponmu besok," kata Anya, berniat untuk mengusir Raisa dari sana.     

Raisa juga merasa bosan kalau hanya duduk di sana. "Baiklah, aku akan pulang dulu. Ngomong-ngomong, apakah kamu perlu bantuanku untuk menyelidiki gadis yang dimaksud oleh Aksa?"     

"Tidak usah. Kamu sibuk mengurus pernikahan Arka dan Sabrina. Aku sudah merepotkanmu. Biar aku yang mencari tahu dan menemui gadis itu besok. Aku ingin tahu siapa gadis yang berani membohongi putraku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.