Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menggugurkan Kandungan untuk Alasan Sepele



Menggugurkan Kandungan untuk Alasan Sepele

0"Anya, kalau kamu tidak punya waktu untuk mempersiapkan, suruh Sabrina untuk menggugurkan kandungannya saja dulu. Pesta pertunangan itu sangat penting. Sangat penting!" kata Irena saat menelepon Anya.     
0

Berita kehamilan Sabrina ternyata tidak menjadi berita bahagia bagi semuanya. Irena menentang Keluarga Atmajaya membatalkan pesta pertunangan karena baginya itu sangat penting.     

Anya berusaha untuk menahan diri agar tidak mengutuk. "Sinyalnya sangat buruk. Apa yang kamu katakan? Aku tidak bisa mendengar dengan jelas. Halo, halo …" setelah itu, Anya mematikan teleponnya.     

"Lihat apa yang aku katakan. Irena memang orang yang tidak tahu diri. Tidak seharusnya keluarga kita merendahkan diri dan memenuhi permintaannya sebelumnya. Sekarang ia berniat untuk membunuh calon cucumu," kata Aiden dengan marah.     

Anya juga merasa kepalanya pusing. "Aku akan menelepon Arka dan menanyakan situasinya.     

"Katakan padanya. Kalau Sabrina menggugurkan anak di dalam kandungannya untuk melangsungkan pesta pertunangan, jangan pernah menginjakkan kaki di rumah Keluarga Atmajaya. Di mata keluarga kita, kehidupan jauh lebih penting dibandingkan segalanya. Dalam masalah ini, kita tidak bisa berkompromi. Apa artinya sebuah pesta dibandingkan nyawa?" Aiden pergi setelah mengatakannya dengan marah. Setelah itu ia masuk ke dalam ruang kerjanya.     

Begitu Aiden pergi, telepon dari Irena kembali datang tetapi Anya tidak menjawab. Ia menggunakan telepon rumah untuk menelepon putranya.     

"Arka, nenek Sabrina memaksa tidak mau membatalkan pesta pertunangan. Kalau tidak, ia akan menyuruh Sabrina untuk menggugurkan kandungannya. Apakah kamu tahu ini?" tanya Anya dari telepon.     

"Aku tidak pernah mendengarnya," Arka juga terkejut. "Sabrina ada di sini sekarang. Biar dia yang bicara pada ibu."     

Sabrina merasa kebingungan. "Bibi, ini Sabrina. Ada masalah apa?"     

"Persiapan pesta pertunangan kalian sudah hampir selesai. Tetapi karena kamu sedang hamil, paman dan bibi menyarankan untuk membatalkan pesta pertunangannya dan langsung menikah. Bagaimana menurutmu?" tanya Anya.     

"Baiklah. Aku setuju. Sejujurnya, aku tidak mau terlalu banyak acara. Pesta itu hanya untuk dilihat orang. Padahal sebenarnya aku hanya ingin hari untuk diriku," Anya merasa jauh lebih tenang saat mendengar Sabrina mengatakan hal ini.     

"Dulu, saat aku mengadakan pesta pernikahan dengan bibimu, bibimu khawatir aku akan mencuri perhatian darinya. Tetapi sebenarnya aku tidak menyukai pesta pernikahan yang megah. Aku dan Aiden langsung pergi ke perkebunan dan mengatakan pesta pernikahan kecil-kecilan di sana. Itu jauh lebih berarti bagi kami," kata Anya sambil tersenyum.     

"Aku pernah mendengar Kak Arka menceritakannya. Walaupun aku tidak pernah melihatnya, aku merasa pesta pernikahan seperti itu sangat berarti. Aku akan bilang pada orang tuaku kalau aku ingin mengadakan pernikahan tanpa pertunangan," kata Sabrina dari telepon.     

"Nenekmu baru saja meneleponku dan berniat menyuruhmu untuk menggugurkan kandunganmu karena ia ingin kamu bertunangan dahulu sebelum menikah. Aku tidak tahu bagaimana menjawabnya jadi aku berpura-pura kehilangan sinyal dan tidak mengangkat teleponnya. Kamu bisa telepon nenekmu dulu dan menjelaskan," saat Anya berbicara dengan Sabrina di telepon, ponselnya terus menerus berbunyi. Irena meneleponnya berulang kali.     

Sabrina merasa tidak enak dan berkata dengan sungkan. "Bibi, maaf aku menyebabkan masalah untukmu. Biar aku yang bicara dengan nenek."     

"Ia meneleponku lagi. Tolong telepon nenekmu," kata Anya sebelum menutup telepon.     

Anya menghela napas panjang saat memikirkan Aiden yang masih marah. Setelah mengurus masalah anaknya, ia masih harus membujuk suaminya.     

Di pintu masuk ruang kerja di lantai dua, Anya mengintip ke dalam diam-diam dan melihat Aiden sedang menelepon seseorang.     

Melihat Anya yang mengintip dari pintu, Aiden memanggilnya dan menyuruhnya untuk masuk.     

Anya berjalan ke dalam ruangan sambil tersenyum dan Aiden menyambutnya dengan uluran tangan, membuat Anya meletakkan tangan kecilnya di telapak tangan Aiden.     

Aiden langsung menariknya ke dalam pelukannya dan membiarkan Anya untuk duduk di pangkuannya. Anya duduk dengan tenang dan menunggu Aiden selesai telepon dengan sangat sabar.     

Tidak lama, Aiden mengakhiri panggilan tersebut.     

Tangannya yang besar melingkari pinggang Anya dan kemudian ia mengecup pipinya. "Apakah kamu tahu kalau kamu salah?"     

"Aku tahu. Aku tahu kita tidak harus selalu menyenangkan hati orang lain, terutama pada orang-orang yang tidak tahu diri. Kali ini, aku tidak akan berkompromi dan Sabrina pun tidak akan mau. Sabrina bilang ia akan bicara dengan neneknya," kata Anya sambil tersenyum.     

Aiden mengangguk. "Nanti Della akan meneleponmu untuk membahas mengenai pernikahan. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan apa pun. Serahkan saja pada Raisa."     

"Apakah tidak apa-apa menyerahkannya pada Raisa? Jangan lupa, Raisa juga berasal dari Keluarga Mahendra. Melakukan ini sama saja dengan melawan ibunya," kata Anya dengan cemas.     

Aiden tertawa melihatnya. "Hanya Raisa saja yang bisa membujuk Irena dan Raisa adalah menantu Keluarga Atmajaya. Sabrina saat ini sedang mengandung anak dari Keluarga Atmajaya. Mana mungkin Raisa akan membiarkan anak itu mengalami masalah. Biarkan saja ia yang mengurusnya."     

"Bagaimana kalau …"     

"Tidak akan ada yang terjadi. Aku akan memberitahu ayah dan Kak Maria mengenai kehamilan Sabrina. Serahkan persiapan pernikahannya pada Raisa. Ayah dan Kak Maria pasti akan mengawasi Raisa dan tidak membiarkannya mengacau," kata Aiden.     

Anya memeluk leher suaminya. "Kamu terlalu memanjakan aku. Apakah tidak apa-apa."     

"Tentu saja. Aku tidak mau kamu terganggu oleh masalah-masalah yang tidak penting seperti ini. saat kamu menikah denganku, aku sudah berjanji untuk membiarkan kamu menjadi dirimu sendiri dan membiarkan kamu melakukan apa pun yang kamu mau," kata Aiden dengan lembut.     

Mendengar hal itu, Anya langsung mencium bibir Aiden dengan lembut. "Aiden, menikahimu adalah keputusan yang terbaik di hidupku."     

"Aku yang membuat pilihan terbaik untukmu. Aku yang membimbingmu untuk membuat keputusan yang benar dan berjalan di jalan yang benar," kata Aiden dengan serius.     

"Benar. Kamu adalah yang paling hebat. Suamiku adalah yang terbaik di dunia ini. aku sangat mencintaimu," Anya memeluknya dan setelah itu mereka berciuman cukup lama.     

Api yang mereka rasakan sejak muda tidak pernah padam. Meski usia mereka terus bertambah, dimakan oleh waktu, cinta mereka tidak akan pernah habis.     

…     

Di rumah Keluarga Mahendra, Raka sedang bertengkar dengan Irena karena keputusan ibunya yang sangat tidak masuk akal itu.     

Melihat Raka marah, Della berusaha untuk membujuknya. "Ibumu adalah orang yang kolot. Ia pasti merasa ada sesuatu yang hilang kalau Sabrina langsung menikah tanpa bertunangan terlebih dahulu. Pertamanya, aku juga berpikir untuk bertunangan terlebih dahulu agar mereka punya waktu untuk saling mengenal satu sama lain. Tetapi sekarang Sabrina sedang hamil dan hubungannya dengan Arka sangat baik. Aku rasa tidak ada salahnya langsung menikah."     

"Tetapi apakah kamu dengar apa yang dikatakan oleh ibu? Demi pesta pertunangan, ia menyuruh Sabrina untuk menggugurkan kandungannya. Ia juga bilang tidak masalah kalau Sabrina kehilangan anak ini karena ia masih muda dan bisa hamil lagi setelah menikah nanti. Ini adalah anak pertama Sabrina dan Arka. Kalau anak ini digugurkan, apakah kamu pikir Keluarga Atmajaya masih mau mengadakan pertunangan? Aku tidak akan heran kalau pernikahannya langsung dibatalkan," Raka memiliki pendapat yang sama dengan Aiden.     

Baginya, pesta pertunangan bukanlah sesuatu yang bisa dibandingkan dengan sebuah nyawa.     

Mana mungkin ia akan menyerahkan nyawa calon cucunya untuk sebuah pesta pertunangan yang hanya diadakan satu hari?     

Wanita yang menggugurkan kandungannya dengan alasan semacam itu tidak pantas untuk dimaafkan.     

"Masa hanya karena anak itu saja, pernikahan ini bisa hancur?" Della merasa sedikit tidak senang saat mendengar kata-kata Raka.     

Raka menoleh dan memandang istrinya dengan tatapan dingin. "Jadi, kamu berpikir tidak apa-apa kalau Sabrina menggugurkan kandungannya?"     

"Aku tidak mengatakan seperti itu. Aku juga pernah merasakan kehilangan dan aku tahu betul rasa sakitnya itu. Aku tahu tidak mudah untuk melahirkan anak dengan aman dan selamat. Tetapi kalau alasannya bukan pertunangan, kalau ada alasan lain yang membuat Sabrina harus menggugurkan kandungannya, apakah Keluarga Atmajaya sudah tidak menginginkan Sabrina lagi?" kata Della.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.