Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Hidup Bahagia Bersama Wanita Pilihannya



Hidup Bahagia Bersama Wanita Pilihannya

0"Nenek, aku tidak akan menderita. Mulai sekarang, aku akan hidup dengan sangat bahagia bersama dengan Kak Arka," kata Sabrina sambil tersenyum.     
0

"Kamu … Kalau bibimu berkata seperti itu, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Lupakan saja. kalian semua sudah menyetujui pernikahan ini, apa yang bisa aku lakukan? Tetapi hari ini aku membuat Aiden dan Anya pulang dengan marah. Aku rasa akan sulit menangani masalah ini," kata Irena.     

"Jangan khawatir. Masih ada aku!" kata Raisa sambil menepuk dadanya. "Biar aku yang mengurus semuanya. Nanti malam, aku akan pergi ke rumah Keluarga Atmajaya untuk makan malam bersama. Aku akan berbicara dengan Kak Maria mengenai masalah ini."     

"Nenek, Kak Arka sangat baik padaku. Ia sudah setuju untuk menjadikanku salah satu pemegang saham terbesar di hotelnya, bahkan sebelum aku menjual tanah kebun jeruk milikmu. Aku hanya perlu duduk diam dan uang akan datang sendiri kepadaku," kata Sabrina sambil tertawa.     

Irena memandang wajah bahagia cucunya dan tahu bahwa ia tidak bisa melakukan apa pun untuk menghentikan pernikahan ini. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk melepaskannya.     

"Ya sudah, kalau kalian semua berpikir begitu. Aku tidak akan menentang," kata Irena pada akhirnya.     

Di siang hari, Raisa makan siang di rumah Raka, bersama dengan ibunya juga. Setelah makan siang, ia kembali ke kamarnya untuk beristirahat sejenak. Dan malamnya, ia pergi ke rumah Keluarga Atmajaya untuk makan malam bersama dengan keluarga suaminya.     

Nadine datang sedikit lebih lambat dibandingkan Raisa. Ia tiba di Indonesia dengan penerbanganmalam. Maria pergi ke bandara untuk menjemputnya sendiri. Di perjalanan, mereka terus mengobrol.     

Malam harinya, Raisa memutuskan untuk mengajak Sabrina ke rumah Keluarga Atmajaya.     

Awalnya Sabrina merasa sedikit gugup. Tetapi dengan adanya Raisa di sampingnya, ia tidak begitu tertekan. Ia tahu bahwa ada seseorang yang akan membelanya.     

Arka sedang berjalan bersama dengan Aiden dan Anya. mendengar bahwa Sabrina akan ikut makan malam di sana, ia langsung pergi ke gerbang dan memutuskan untuk menunggu Sabrina di sana.     

Bima masih tertidur dan pelayannya tidak membangunkannya hingga semua orang sudah tiba di sana. Saat semua orang sudah berkumpul, baru lah Bima akan dibangunkan untuk makan malam bersama.     

"Kalian semua sudah datang! ayo duduk, duduk. Makan yang banyak!" Bima melihat semua orang yang hadir. Keluarganya sudah berkembang dengan begitu besar sehingga ia yang sudah tua tidak bisa mengingat nama-nama mereka semua.     

"Kakekmu baru saja bangun dan masih segar. Cepat sapa dia. Arka dan Sabrina pergi dulu. Setelah itu baru Maddy dan Henry," kata Aiden.     

Bima terlihat sedikit bingung. Saat ini, Ivan sedang berada di luar negeri. Pria tertua di sana adalah Aiden sehingga Aiden yang mengatur semuanya.     

Walaupun Maria adalah kakak ipar Aiden, Maria tidak mau terlalu banyak mengatur keluarganya di hari tua. Ia ingin bersantai.     

Saat Arka dan Sabrina mendengar kata-kata Aiden, mereka langsung bergandengan tangan dan berjalan ke hadapan Bima.     

"Kakek, aku Arka dan ini Sabrina. Kami akan segera menikah," kata Arka dengan keras, khawatir Bima tidak akan bisa mendengarnya.     

"Tidak perlu berteriak. Aku belum tuli. Aku bisa mendengar dengan jelas meskipun ingatanku tidak bagus," Bima mengangkat kepalanya dan memandang Sabrina. Setelah melihatnya cukup lama, ia mengangguk. "Aku menyukai gadis ini. ia cantik."     

"Kakek, namaku Sabrina. Aku adalah putri Raka Mahendra. Aku adalah keponakan bibi Raisa," Sabrina menjelaskan secara rinci mengenai asal usulnya, khawatir Bima tidak mengingatnya.     

"Aku ingat Raka, teman baik Nico. Raisa itu menantuku kan? Istri Ivan." Bima menoleh dan memandang ke arah Raisa. Raisa langsung melangkah maju dan mendekatinya. "Ayah, ini Raisa. Aku baru saja pulang."     

"Bagus, bagus. Lebih sering lah pulang ke Indonesia agar rumah terasa lebih ramai," Bima menggangguku. "Sabrina sangat cantik, sama seperti bibinya. Raisa, di mana putrimu?"     

"Bella, kemari lah," Raisa langsung memanggil putrinya. "Ayah, ini adalah putriku, Bella. Sabrina memang mirip denganku, sementara Bella lebih mirip dengan Kak Ivan."     

"Anak perempuan yang mirip dengan ayahnya itu sangat bagus. Ia pasti cerdas seperti Ivan." Bima mengangguk dengan senang.     

"Kakek, aku mirip dengan ayah dan ayah mirip denganmu. Jadi, aku mirip dengan kakek, bukankah begitu?" kata Bella dengan mansi.     

"Raisa, Bella ini memang mirip dengan ayahnya, tetapi mulut manisnya sama sepertimu. Ivan tidak akan pernah bisa berbicara seperti itu. Ia terlalu kaku dan membosankan, tidak mau mengatakan sesuatu yang bisa membuatku senang seperti ini," Bima tertawa.     

"Makanannya akan dingin. Arka dan Sabrina boleh duduk dulu. Biar Maddy menyapa kakeknya," kata Aiden lagi.     

Maddison langsung menggandeng tangan Henry dan berjalan ke arah Bima.     

"Kakek, ini Maddy. Aku juga akan segera menikah."     

"Pria mana yang akhirnya mau menikah dengan Maddy?" kata Bima dengan setengah bercanda.     

Henry berjalan menghampiri Bima dan membungkuk dengan hormat. "Selamat malam, Kakek. Namaku Henry. Maddy adalah gadis yang sangat baik. Kami saling mencintai dan kami berharap kamu merestui hubungan kami."     

"Ini dia. Kamu cukup tinggi, tetapi sedikit kurus. Kamu sudah gila mau menikah dengan Maddy. Nanti ia pasti akan menindasmu," kata Bima dengan sengaja.     

"Aku mencintai Maddy dan menghormatinya. Tidak akan ada yang saling menindas di dalam hubungan kami. Aku malah bersyukur kalau bisa membantunya. Kakek, jangan khawatir. Aku akan memperlakukan Maddy dengan sangat baik," kata Henry dengan tulus.     

"Aku menyukai anak muda ini. Maddy ternyata pintar memilih pasangan," setelah itu, Bima menoleh ke arah Maria. "Maria, sebentar lagi cucumu akan menikah. Akan ada banyak acara yang membahagiakan di Keluarga Atmajaya tahun ini."     

"Tentu saja, Ayah. Aku juga akan membantu pernikahan Arka dan Sabrina, serta Maddy dan Henry. Kita akan membuat pesta yang megah!" kata Maria.     

"Di keluarga ini masih banyak yang lajang. Mengapa yang datang padaku hanya dua pasang? Ke mana yang lain? Di mana Aksa dan Mason? Apakah kalian tidak membawa pasangan kalian juga?" teriak Bima.     

Jenny tertawa mendengarnya. "Hei kalian dua jomblo, kakek memanggilmu."     

Aksa dan Mason sedang berada di luar. Mereka memang memiliki wajah yang tampan dan menarik bagi semua wanita di luar sana. Tetapi di Keluarga Atmajaya, mereka hanya akan dicap sebagai pria jomblo yang menyedihkan.     

"Kakek, aku akan mencari wanita cantik di pesta pernikahan kakakku," kata Aksa dengan cepat.     

Mason mendapatkan inspirasi dari Aksa dan langsung berkata, "Bagaimana kalau kakek yang memilihkan untukku di pesta pernikahan Paman Arka nanti?'     

Bima tertawa mendengarnya. "Baiklah kalau kalian semua ingin mencari pasangan di pesta pernikahan Arka. Bridesmaid Sabrina pasti cantik-cantik, sama seperti pengantinnya. Kalian harus berkenalan dengan salah satu dari mereka."     

Sabrina langsung mengangguk dan tersenyum, "Jangan khawatir, Kakek. Aku akan mencari bridesmaid yang paling cantik!"     

"Di mana Adrian dan Maya?" Bima memandang ke arah anak-anak muda yang hadir. "Anya, bagaimana pendapatmu mengenai Maya?"     

Saat mendengar namanya disebut, Anya memandang ke arah Aiden dengan bingung. Ia tidak mengerti apa maksud Bima menanyakan hal tersebut.     

Tetapi Aiden tahu jalan pikiran ayahnya dan langsung memahami bahwa Bima berniat untuk menjodohkan Adrian dengan Maya.     

Memang benar Bima sudah pikun, tetapi ia masih bisa mengingat dengan jelas bahwa Adrian bukan anak Anya, melainkan saudaranya.     

Adrian telah mengambil alih Pratama Group dan sekarang ia sudah tidak punya orang tua. Bukankah akan itu akan sangat baik bagi Maya? Ia tidak perlu khawatir akan berseteru dengan mertuanya seperti menantu-menantu lainnya.     

Maya adalah putri dari Nadine. Kalau Maya menikah dengan Adrian, Anya dan Aiden pasti akan memperlakukannya dengan sangat baik.     

Aiden hanya bisa memuji ayahnya dalam hati. Meski sudah tua, ayahnya masih bisa mempertimbangkan semuanya dengan baik dan merencanakan segala sesuatu dengan detail.     

Memang benar Keluarga Atmajaya lah yang telah membesarkan Adrian dari kecil. Tetapi bukan berarti mereka bisa mengatur pernikahan Adrian dengan seenaknya.     

Aiden tidak akan menyetujuinya dan Anya juga tidak akan pernah memaksa Adrian untuk melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan, apa lagi menikah dengan wanita yang tidak dicintainya.     

Anya mau Adrian hidup bahagia bersama dengan wanita pilihannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.