Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Setuju dengan Pernikahan Ini



Tidak Setuju dengan Pernikahan Ini

0Maya masih sangat muda dan tidak punya rencana untuk jatuh cinta atau berhubungan dengan pria dalam waktu dekat.     
0

Sekarang adalah waktu yang tepat baginya untuk meniti karir dan mencapai impiannya. Tetapi saat mendengar Nadine mendesaknya untuk menikah, ia berpura-pura merespon dengan positif.     

Nadine mengangguk dengan puas. "Jangan seperti Maddy. Kalau terlalu lama sendiri, lama kelamaan kamu akan …"     

"Ibu, Kak Maddy sudah kembali dengan kekasihnya yang dulu, Henry. Mereka berbaikan dan bersama kembali," Maya bergegas untuk mematahkan kata-kata Nadine.     

Maddison baru saja berusia 27 tahun tetapi semua orang sudah menyebutnya terlalu tua.     

Karena kejadian yang menimpa Maddison ini, para orang tua mulai mendesak dan memperhatikan Adel dan Maya, yang usianya juga mulai mendekati usia-usia pernikahan.     

"Maddy sudah punya pacar? Baguslah kalau begitu," kata Nadine dengan senang.     

"Ibu, aku benar-benar lelah. Bisakah kamu membiarkan aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat agar aku bisa segera pulang dan beristirahat?" kata Maya.     

"Baiklah, baiklah. Besok aku akan tiba di Indonesia. Kita bisa bertemu dan mengobrol langsung," Nadine mengakhiri panggilan video tersebut.     

Harris menghampirinya dan memeluk pinggangnya. "Nadine, jangan terlalu khawatir. Maya punya rencananya sendiri. Anak muda jaman sekarang tidak suka perjodohan. Saat kamu pulang ke Indonesia nanti, jangan terlalu mendesaknya …"     

"Kamu terlalu memanjakannya!" Nadine memukul suaminya pelan. "Saat aku kembali ke Indonesia, kamu akan sendirian di sini. Kamu harus menjaga dirimu baik-baik dan segera berangkat ke Indonesia saat tanggal pernikahannya sudah pasti."     

"Jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Kamu juga harus memperhatikan kesehatanmu. Jangan terlalu kelelahan," Harris mengingatkan istrinya.     

Nadine mengangguk.     

Sejak dulu hingga sekarang, hubungan Harris dan Nadine sangat harmonis. Harris sudah mencintai Nadine sejak kecil dan harus melewati berbagai macam penderitaan sebelum akhirnya bisa bersama.     

Setelah mereka bersatu pun, mereka harus dihadapkan oleh masalah. Nadine sulit untuk hamil. Namun pada akhirnya, mereka berhasil mendapatkan Maya dan bisa melahirkan dengan aman dan selamat.     

Bagi mereka berdua, keajaiban benar-benar ada di dunia ini. Nadine melihatnya dengan mata kepalanya sendiri saat keluarga kecil mereka diberi sebuah keajaiban, yaitu putri mereka.     

Maya bekerja hingga subuh dan akhirnya materi presentasi yang ia buat selesai. Ia langsung mengirimkannya ke email Della sebelum jam kerja.     

Della tiba di perusahaan pagi-pagi sekali. Setelah rapat pagi, Maya pergi mencari bibinya.     

"Bibi, apakah kamu sudah membaca email yang aku kirimkan?" tanya Maya.     

Della tersenyum dan memandangnya. "Maya, aku berniat untuk pulang lebih awal. Hari ini Keluarga Atmajaya akan datang ke rumah untuk melamar dan menentukan mengenai pernikahan Sabrina dan Arka. Aku sudah membaca emailmu. Menurutku, itu adalah rencana yang bagus. Lakukan saja sesuai dengan rencanamu. Bibi akan mendukungmu."     

"Terima kasih, Bibi. Kalau begitu aku akan mulai mempersiapkannya. Bibi juga bisa menunjukkan produk baru perusahaan di acara pertunangan Sabrina. Bagaimana kalau menyuruh para pendamping pengantin untuk memakai produk baru kita. Dan juga …"     

"Aku mengerti apa yang kamu katakan. Pernikahan antara Sabrina dan Arka pasti akan menarik perhatian banyak orang. Ini memang waktu yang tepat untuk mempromosikan produk kita. Tetapi aku harus bertanya pada Sabrina dulu," Della memandang Maya dengan kagum.     

Walaupun Maya masih muda, jiwa bisnisnya sangat kuat dan luar biasa.     

Ia tidak hanya merencanakan sebuah pesta perjodohan kelas atas untuk mempromosikan produk Mawardi Group, tetapi ia juga ingin menggunakan pernikahan Sabrina sebagai cara untuk mempromosikan produk baru.     

Kalau Mawardi Group diserahkan pada Maya, Della yakin bahwa Mawardi Group bisa berkembang dengan sangat pesat.     

"Bibi, Anna membuat skandal yang besar. Kita minta tolong pada Elena untuk menjadi brand ambassador agar reputasi Mawardi Group tidak tenggelam bersama dengan Anna. Kita sudah menghabiskan banyak uang. Kali ini, kalau pernikahan Sabrina bisa dimanfaatkan sebagai promosi, efeknya pasti akan sangat sensasional dan kita juga bisa menghemat biaya promosi. Kalau Sabrina tidak mau, katakan saja bahwa biaya promosi dari perusahaan akan digunakan untuk mensponsori pernikahannya," kata Maya sambil tersenyum.     

"Baiklah. Aku akan menyampaikan apa yang kamu katakan pada Sabrina," Della bangkit berdiri dan pulang sambil membawa tas kerjanya.     

"Bibi, jaga kesehatanmu. Aku akan mengurus masalah perusahaan," kata Maya dengan cemas.     

Della mengangguk dengan lega dan menepuk pundak Maya. "Aku sangat menyayangimu. Akan sangat bagus kalau kamu adalah putriku."     

"Aku adalah keponakan bibi dan kita berhubungan darah. Orang tua ku tidak berada di Indonesia. Bibi lah yang mengurusku. Aku sudah menganggap bibi sebagai ibuku sendiri," Maya menggenggam tangan Della dan mengantarkannya menuju ke lift.     

"Kamu kemarin begadang lagi ya? Kalau tidak ada masalah di perusahaan, istirahatlah sebentar!" kata Della dengan cemas.     

"Aku tidak apa-apa. Aku masih muda dan aku masih bisa bekerja," kata Maya dengan tidak peduli.     

"Ibumu pasti juga khawatir. Cepat istirahatlah. Aku pulang dulu," Della tersenyum dan kemudian pintu lift tersebut tertutup.     

Hari ini, Anya dan Aiden akan membawa putra mereka datang ke rumah Keluarga Mahendra, untuk melamar Sabrina secara resmi. Oleh karena itu, hari ini Sabrina tidak pergi bekerja.     

Saat Della tiba di rumah, Keluarga Atmajaya belum tiba. Para pelayan bergegas untuk membersihkan bagian dalam dan luar rumah. Bahkan di taman pun tidak ada rumput liar yang mengganggu pandangan.     

Di perjalanan, Anya melewati rumah ibunya terlebih dahulu dan membawa bunga dari taman itu. Bunga di taman milik Diana tidak akan dijual lagi dan hanya diperuntukkan untuk para keluarga saja.     

Bunga-bunga itu akan digunakan untuk acara seperti lamaran, pertunangan dan pernikahan.     

Pada pukul 10 pagi, Anya dan Aiden tiba di depan gerbang rumah Keluarga Mahendra. Arka yang melangkah maju dan membunyikan bel pintu.     

Sabrina langsung keluar dari rumah dan menyapa mereka.     

"Paman, Bibi, kalian sudah datang. Ayo masuklah!" Sabrina menyambut mereka dengan penuh semangat.     

Arka menghampirinya dan menggenggam tangannya dengan lembut. Mereka saling berpandangan satu sama lain dan tersenyum.     

Anya mengedipkan matanya ke arah Aiden. "Lihatlah mereka berdua. Untuk apa bertunangan. Lebih baik langsung menikah saja."     

"Keluarga Mahendra yang menginginkan pertunangan. Itu syarat dari keluarga mereka. Mereka membesarkan Sabrina dengan susah payah dan pada akhirnya putrinya itu akan menjadi milik orang lain. Setidaknya, kita harus memenuhi permintaan mereka," kata Aiden dengan suara pelan.     

"Aku rasa mereka berdua tidak bisa menunggu selama itu," Anya tertawa.     

Aiden menggenggam tangan Anya dengna erat. "Meskipun begitu, mereka tetap harus menunggu."     

Raka dan Della juga keluar dari rumah untuk menyambut kedatangan mereka. Della begitu bersemangat. Ia melangkah maju dan menggenggam tangan Anya. "Kamu sangat kurusan. Apakah kesehatanmu sudah membaik?"     

"Aku baik-baik saja. Akhir-akhir ini aku berusaha untuk menguruskan tubuhku. Apakah aku benar-benar terlihat kurusan?" tanya Anya dengan senang.     

Raka tersenyum dan memandang ke arah Anya. "Meski kamu gemuk, Aiden tetap menyukaimu."     

"Karena Arka dan Sabrina akan menikah, Anya takut ia akan terlalu gemuk saat menghadiri pesta pernikahan mereka. Ia takut bajunya akan jelek. Aku juga khawatir kalau menurunkan berat badan akan mempengaruhi kesehatannya." Saat Aiden mengatakannya, matanya memandang ke arah Anya dengan lembut.     

Sabrina diam-diam mendekat ke arah telinga Arka dan berkata, "Orang tuamu memiliki hubungan yang sangat harmonis."     

"Aku dan saudara-saudaraku sudah terbiasa melihatnya setiap hari," kata Arka dengan lembut. "Saat kita menikah nanti, kita juga akan menjadi seperti mereka."     

Sabrina mengangguk sambil tertawa.     

Aiden dan Raka duduk di sofa ruang keluarga sambil minum teh. Sabrina dan Arka berada di taman. Sementara Anya dan Della sedang membahas mengenai pesta pertunangan anak mereka.     

Sebelum mereka bisa membahasnya hingga tuntas, tiba-tiba saja Irena masuk ke dalam rumah.     

"Aku tidak setuju dengan pernikahan ini!" Irena masuk ke dalam rumah tersebut, dibantu dengan tongkatnya, dengan marah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.