Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kiriman Bunga



Kiriman Bunga

0"Seharusnya tidak akan ada masalah. Aku sudah mencoba untuk membawa kursi lipat kecil dengan drone. Kalau hanya bunga saja, itu pasti bisa diba di tempat tujuan dengan aman dan selamat," kata Nico. "Aku juga sudah menyiapkan 2 drone lain untuk memastikan bahwa bunganya dikirim tepat waktu."     
0

"Kalau hanya 11, sudah ada," saat mereka berbicara, Indah menghitung sudah ada 11 bunga mawar yang sudah dibersihkan.     

Diana menghitung kembali dan mulai membungkusnya. Dalam waktu singkat saja, bunga itu sudah selesai dihias.     

Karena memikirkan bahwa bunga itu akan dikirim dengan menggunakan drone, Diana sengaja memotong batang bunga itu menjadi pendek dan membuatnya menjadi seperti buket pernikahan. Setelah itu, ia memasukkannya ke dalam tas, karena takut drone-nya akan goyang saat terbang di langit.     

Nico dan Aksa memanggil pengawal untuk mengantar mereka menuju ke rumah Keluarga Mahendra.     

Alasan utama mereka ingin mengikuti drone itu karena mereka takut kalau terlalu jauh nanti sinyalnya akan menghilang dan drone itu akan terjatuh.     

Akhirnya ketiga drone itu terbang di atas langit. Salah satu drone membawa sebuah tas, sementara dua drone lainnya berada di samping kanan kirinya, seolah sedang mengawal si pembawa bunga.     

Ketiganya terbang bersamaan dan menarik perhatian banyak orang. Mereka semua ingin melihat apa yang dibawa oleh drone itu. Saat mereka melihat bahwa drone itu membawa bunga, mereka semua merasa sangat terkejut.     

Beberapa pecinta drone bahkan mengikuti drone tersebut untuk melihat ke mana bunga itu dikirim.     

Arka sudah duduk di rumah Keluarga Mahendra selama setengah jam, tetapi bunganya masih belum tiba juga.     

Raka terlihat tenang dan tidak terburu-buru. Arka juga terlihat tenang di permukaan saja, tetapi jantungnya berdegup sedikit lebih kencang meski ia mempercayai kembarannya.     

"Jam berapa ini? Bukankah toko bunga sudah tutup?" kata Della dengan sengaja.     

"Nyonya, saya tidak tahu apa yang terjadi di luar. Tetapi ada banyak drone di atas atap," salah seorang pelayan datang untuk melapor.     

Arka tetap diam saja, tetapi dalam hati ia menghembuskan napas lega saat tahu bahwa bunga yang dikirimkan oleh Aksa sudah tiba.     

"Sabrina, ayo kita keluar dan melihatnya," katanya sambil tersenyum.     

"Apakah kamu yang melakukannya?" Sabrina memandangnya dengan lega.     

Arka tidak menjawab. Della dan Raka juga ikut keluar untuk menyaksikan pertunjukkan tersebut.     

Saat mereka keluar, drone yang Aksa kirimkan tiba di saat yang bersamaan. Dua drone lain yang mereka gunakan untuk mengawasi, bukan untuk mengirimkan barang, sudah kembali karena drone itu tidak bisa terbang terlalu jauh.     

Sementara itu, drone yang digunakan untuk membawa bunga tiba di depan rumah Keluarga Mahendra dengan aman dan selamat.     

Dari layar monitor, Aksa bisa melihat bahwa ia berhasil mengirimkan bunga itu ke rumah Sabrina dan ia merasa sangat bersemangat.     

"Kak, kita berhasil. Kita benar-benar bisa terbang jauh dan mengirimkan barang," katanya dengan penuh semangat.     

"Pertanyaannya sekarang, bagaimana cara melepaskan bunganya," Nico mengerutkan keningnya.     

"Daratkan saja drone-nya di tanah dan suruh kakak untuk membawa drone itu kembali," kata Aksa dengan santai.     

Nico tertawa dengan hambar. "Kamu lupa di Keluarga Mahendra ada satu anak kecil."     

Aksa terkejut saat menyadarinya. "Kalau begitu, kita hanya bisa melemparkan bunganya. Tapi bagaimana kalau bunganya rusak?"     

"Lemparkan bunganya kepada kakakmu. Kalau ia tidak bisa menangkapnya, itu salahnya sendiri. Kita sudah melakukan yang terbaik," Nico juga tidak mau kehilangan drone itu. Mereka berdua akhirnya berhasil setelah melakukan modifikasi dan uji selama berbulan-bulan.     

Arka menggenggam tangan Sabrina dan berjalan keluar bersama-sama. Ia langsung mengenali drone Aksa hanya dengan sekali lihat.     

Melihat adanya tas yang bergelantungan pada drone tersebut, Arka langsung mengulurkan tangannya di atas langit.     

"Kakakku memang cerdas. Ia tahu apa yang akan kita lakukan," Aksa menekan sebuah tombol untuk melepaskan tas tersebut dan Arka langsung menangkapnya dengan cepat.     

Pada saat itu, drone itu tiba-tiba bersuara. "Sabrina, menikahlah denganku."     

Dua drone lainnya yang tidak jauh dari sana juga mengeluarkan suara yang sama.     

"Sabrina, menikahlah denganku!"     

Sabrina memeluk lengan Arka dengan malu. "Ada banyak sekali yang melamarku! Siapa yang harus aku nikahi?"     

"Tentu saja aku. Mereka semua hanyalah tim yang membantuku dan aku adalah pemeran utamanya!" kata Arka sambil membuka tas yang ia tangkap. Di dalam tas itu, terdapat buket bunga mawar merah yang indah. Bunganya terlihat mekar sempurna.     

Sekali lihat saja, Arka bisa tahu bahwa itu adalah bunga terbaik yang ada di taman neneknya.     

Untuk sebuah lamaran yang mendadak hari ini, bunga itu dikirimkan dengan cara yang sangat istimewa.     

Bunga itu dipotong dan dibersihkan oleh dua nenek mereka sendiri dan dibungkus dengan sangat rapi sehingga tidak ada satu kelopak pun yan terjatuh.     

"Luar biasa sekali. Bagaimana bisa bunga yang besar itu terbang di atas langit tanpa tersangkut di atas pohon?" Samuel memandang ke arah drone yang ada di langit. "Kak, aku mau itu satu!"     

"Kak, ada anak kecil yang keluar dan menunjuk ke arah drone kita. Ayo kita kabur!" kata Aksa dengan panik.     

Nico terlihat tetap tenang. "Jangan khawatir. Ada terlalu banyak pohon di area ini. Tadi kita bisa mengantarkannya dengan selamat karena ada dua drone lainnya yang mengawasi sekitar. Sekarang kita sendirian. Lebih baik berhati-hati."     

Samuel melihat drone itu semakin menjauh dengan tatapan kecewa. "Kak …"     

"Itu adalah produk baru yang dikembangkan oleh perusahaanku. Saat penelitian dan pengembangannya sudah berhasil, aku pasti akan memberikan satu untukmu," setelah Arka selesai berbicara, ia memberikan buket bunganya pada Sabrina. "Bunga yang paling cantik untuk wanita yang tercantik …"     

"Bunganya sangat indah!" Sabrina menerimanya dengan senang.     

Melihat bunga mawar merah itu, Della hanya bisa diam saja. Bunga itu dikirimkan di tengah malam dalam waktu setengah jam saja.     

Apa lagi yang bisa ia katakan?     

Ia hanya memandangnya dari kejauhan dan tahu bahwa itu adalah bunga dari taman milik Diana, bunga mawar jenis langka yang tidak bisa dibeli di luar.     

"Buket sebesar ini bunganya hanya 11?" Samuel menghitung berapa banyak bunga di buket tersebut.     

"Angka satu menandakan bahwa satu untuk seumur hidup!" Raka berjalan maju dan merangkul pundak Della. "Biarkan saja para anak muda itu. Mereka menggunakan ide yang baru untuk melamar. Asalkan Sabrina bahagia …"     

"Aku tidak mengatakan apa pun," Della cemberut.     

"Samuel, naiklah ke atas," Raka memanggil Samuel agar Sabrina dan Arka bisa berbicara berdua.     

Drone yang sudah berhasil menyelesaikan tugasnya itu langsung pergi satu demi satu.     

Sayangnya, mereka tidak seberapa beruntung. Saat di perjalanan pulang, drone itu tidak sengaja tersangkut di sebuah pohon dan tidak bisa terbang.     

Untung saja, Aksa dan Nico diantarkan oleh seorang pengawal. Sehingga setelah menemukan pohonnya, pengawal itu memanjat pohon tersebut dengan lincah dan mengambil drone tersebut. Sayangnya, salah satu sayapnya sedikit rusak.     

Di perjalanan pulang, Aksa memegang drone itu tanpa mengatakan apa pun.     

"Jangan sedih. Bagaimana pun juga, kita sudah membantu Arka untuk sukses melamar Sabrina," Nico menepuk pundak Aksa untuk menghiburnya.     

"Untuk membantu kakakku melamar kekasihnya, drone kesayanganku terluka. Bagaimana kalau aku tidak bisa memperbaikinya," kata Aksa dengan sedih.     

"Kamu sedih karena drone itu rusak atau karena Sabrina dilamar oleh kakakmu?" tanya Nico.     

Aksa tidak menjawab. Ia juga berharap lamaran Arka berhasil dan Sabrina senang dengan kejutan yang mereka berikan. Tetapi saat ia melihat mereka berdua bersama-sama, Aksa masih merasa sedih.     

"Aksa, aku akan memperbaiki drone itu. Aku tidak akan membiarkan kamu kehilangannya," kata Nico.     

Aksa tersenyum. "Aku tahu kakak pasti bisa memperbaikinya. Lihat saja kita berhasil membawa bunga sejauh itu. Kita memang hebat!"     

"Ayo kita memperbaikinya dan mengembangkannya lebih lagi. Nanti, kalau kamu sudah punya pacar, aku akan membuatkan tim penerbang drone untuk melamar pacarmu," Nico berpikir sejenak dan berkata, "Ini harus segera dipikirkan. Kamu dan Mason sudah tidak muda lagi. Sudah waktunya bagi kalian untuk menikah!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.