Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Dingin Tetapi Setia



Dingin Tetapi Setia

0"Apakah kamu sudah lupa tentang apa yang bibi katakan?"     
0

"Bibi, jangan khawatir. Aku akan menutup mulutku rapat-rapat. Aku tahu bahwa aib keluarga tidak boleh dibuka di hadapan umum. Tetapi ini kan berita bahagia mengenai Kak Arka dan Kak Sabrina. Aku juga ikut senang!" Bella memiliki karakter seperti ibunya. Ia sangat jujur, mengatakan semua yang ada di pikirannya.     

Aib keluarga yang Bella maksud adalah mengenai masa lalu Adrian yang merupakan anak dari Galih dan Jessica. Malam itu, memang benar Bela mendengarkan semua yang Aiden dan Anya katakan.     

Tetapi ia tidak memberitahu siapa pun tentang masalah ini.     

Anya berusaha untuk menjelaskan dengan sabar kepada Bella bahwa masalah ini adalah masalah yang cukup sensitif.     

Bella baru berusia 19 tahun dan masih kecil. Tetapi ia mengetahui mengenai masa lalu Adrian. Kalau sampai masalah itu terbongkar, maka itu akan mempengaruhi Aiden dan Anya.     

Kalau masalah itu sampai membuat Aiden dan Anya malu, bukankah seluruh Keluarga Atmajaya juga akan terkena dampaknya.     

Bella tidak terlalu memahaminya. Tetapi sendiri sadar bahwa nama belakangnya adalah Atmajaya. Jadi, ia tidak mau mempermalukan keluarganya sendiri.     

Ditambah lagi, Adrian selalu memperlakukan Bella dengan baik saat ia berada di Indonesia.     

Tidak seperti Arka dan Aksa yang memperlakukannya seperti anak kecil dan tidak sabaran dengannya, Adrian sangat sabar dan lembut kepadanya.     

Anya berulang kali memperingati Bella agar tidak terlalu dekat dengan Adrian karena Adrian sendiri tidak tahu bahwa Bella telah mendengar mengenai masa lalunya.     

Bella berpikir sejenak dan merasakan hal yang sama dengan Anya. Adrian tidak boleh sampai tahu kalau ternyata Bella tidak sengaja mendengarkan mengenai rahasianya.     

Kalau Adrian tahu, ia akan merasa malu untuk bertemu dengannya lain kali. Mungkin sikapnya kepada Bella akan berubah, tidak seperti sekarang.     

"Kalau kamu bosan, kamu bisa magang di Iris bersama dengan Adel," sekali lagi Aiden menyuruh Bella untuk bekerja.     

"Apakah aku tidak boleh bekerja pada Kak Adrian?" tanya Bella.     

"Mengapa kamu ingin bekerja dengannya?" tanya Anya.     

Bella memeluk lengan Anya dan berkata dengan manja. "Bibi, jangan cemas. Kak Arka dan Kak Aksa selalu memperlakukanku seperti anak kecil dan tidak memedulikan aku. Tetapi Kak Adrian sangat baik dan menghormatiku. Kalau kamu ingin menyuruhku belajar, aku lebih memilih untuk belajar bersama dengan Kak Adrian. Bisnis Iris sangat berkembang sekarang dan ada begitu banyak orang di sana. Aku tidak suka bekerja di keramaian."     

Mendengar alasan itu, Anya merasa sedikit lega. "Kamu ini. Jangan membuat bibi cemas."     

"Tinggal di rumah bibi memang paling nyaman. Kak Adrian sangat mirip dengan bibi, ramah dan mudah untuk didekati. Aku sangat menyukai bibi dan tidak mau pergi dari sini," kata Bella sambil menggenggam tangan Anya. "Apakah aku boleh bekerja di tempat Kak Adrian saja? Boleh, ya?"     

Anya memandang ke arah Aiden dengan malu. Ia meminta Aiden saja yang memutuskan karena ia sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi kalau Bella bekerja bersama dengan Adrian.     

Aiden menerima tatapan minta tolong dari istrinya dan berkata, "Adrian baru saja mengambil alih Pratama Group dan ia masih harus belajar banyak. Ia tidak akan punya waktu untuk mengajarimu. Kalau kamu mau bekerja di sana, kamu tidak boleh menambah masalah untuknya …"     

"Aku tidak akan membuat masalah, aku berjanji!" Bella langsung mengangkat tangannya seperti akan mengucap sumpah.     

Mata Aiden tertuju pada Bella. "Pratama Group sudah berdiri cukup lama dan tekanan untuk memimpinnya cukup berat. Sekarang, Adrian harus menanggung semuanya sendirian. Aku percaya kamu anak baik dan tidak akan merepotkan Adrian. Kalau kamu memang mau membantunya, paman dan bibi memberimu ijin."     

"Terima kasih, Paman!" Bella melompat dengan gembira. Ia berlari ke rumah belakang untuk mencari Adrian.     

Adrian baru saja selesai mandi dan sedang membuat kopi di dapur. Setelah mengambil alih Pratama Group, ia sering begadang hingga subuh untuk menyelesaikan pekerjaannya.     

Adrian tiba di perusahaan setiap jam 8 pagi dan terus bekerja hingga jam istirahatnya. Di jam istirahatnya, ia hanya punya waktu dua jam untuk makan dan beristirahat.     

Jadi, saat ini ia sedang membuat kopi untuk menemaninya begadang dan sedikit menyegarkan otaknya.     

Saat Bella tiba di sana, Aksa lah yang membukakan pintu. Setelah membukakan pintu, Aksa langsung mengabaikan Bella dan duduk di sofa dengan malas sambil melihat ponselnya.     

Ia melihat semua orang memberi dukungan pada Sabrina dan kakaknya, membuatnya merasa sedikit kesal.     

Memang benar dulu ia bilang, tidak peduli siapa pun yang Sabrina pilih, ia akan mendukungnya. Tetapi saat hal itu benar-benar terjadi, Aksa merasakan dorongan untuk menentang hubungan mereka.     

"Kak Aksa, apa yang kamu lakukan?" Bella berjalan ke arah sofa dan melihat Aksa sedang membaca berita. "Mengapa kamu membaca berita itu?"     

"Apa yang kamu tahu, anak kecil? Mengapa kamu ke sini?" tanya Aksa dengan kesal.     

"Aku tidak mencarimu, aku mencari Kak Adrian," Bella berlari menuju ke dapur dengan ceria. "Kak, paman dan bibi sudah memberi ijin padaku untuk magang di perusahaanmu. Saat kamu berangkat besok, aku ikut!"     

Adrian terdiam sejenak dan memandang ke arah sofa. "Rasanya lebih baik kamu magang di Atmajaya Group saja. Aku baru saja mengambil alih perusahaan dan aku tidak punya banyak pengalaman yang bisa aku bagikan untukmu."     

"Kita bisa belajar bersama-sama. Bukankah itu lebih baik? Kak Arka dan Kak Aksa merasa aku bodoh dan mereka tidak mau mengajariku," kata Bella dengan sengaja.     

"Sudahlah, Adrian. Ajak saja dia ke perusahaanmu," kata Aksa.     

"Aku akan menelepon ayah," Adrian menelepon Aiden dan memang benar Aiden sudah memberikan ijin untuk Bella magang di Pratama Group.     

"Aku tidak bohong, kan? Paman dan bibi sudah setuju!" saat mengatakannya, mata Bella terlihat berbinar.     

"Baiklah, besok jam 7.30, aku akan menjemputmu dan kita akan berangkat bersama-sama ke kantor," kata Adrian dengan lembut.     

Setiap hari, Bella bangun jam 10 siang, tetapi sekarang Adrian memintanya untuk siap jam 7.30, "Mengapa pagi sekali? Apakah aku tidak boleh bekerja jam 10 saja? Aku bisa berangkat sendiri …"     

"Kalau kamu mau magang di Pratama Group, kamu harus mengikuti peraturan perusahaan. Kalau kamu tidak bisa bangun pagi, kamu bisa mempertimbangkan untuk magang di Iris. Adel pasti akan mengajarimu banyak hal," Adrian langsung menyerahkan tanggung jawabnya terhadap Bella pada Adel.     

"Tidak! Besok aku akan bangun pagi. Sekarang aku akan pulang dan tidur lebih awal! Selamat malam, Kak Adrian. Selamat malam, Kak Aksa," Bella berpamitan pada mereka dan kemudian pergi.     

Aksa mengangkat kepalanya dan memandang adiknya. "Apakah kamu benar-benar akan mengajaknya ke perusahaan?"     

"Liburan semester tidak lama. Seharusnya aku bisa bertahan sampai liburannya selesai," Adrian menuangkan kopi ke cangkirnya. "Kak, apakah kamu mau kopi?"     

"Adrian, kamu minum kopi malam-malam lagi," Nico tiba-tiba saja muncul di pintu depan.     

"Kak! Kamu datang tepat waktu. Kak Aksa sedang patah hati sekarang. Temani dia. Aku harus kembali bekerja sekarang," kata Adrian.     

Nico mengangguk, "Pergilah."     

Setelah Adrian kembali ke lantai atas, Aksa mengambil sebuah bantal, memeluk dan berkata dengan enggan. "Kak, kamu bilang aku dan kakakku sama persis. Mengapa aku kalah padanya?"     

Nico menepuk pundak Aksa. "Kalian berdua adalah kembar sehingga wajah dan rupa kalian sama. Kamu memang tidak mendapatkan Sabrina, tetapi bukan berarti kamu kalah. Mungkin saja memang Sabrina bukan jodohmu, tetapi jodoh Arka. Meski kamu lebih hebat dari Arka sekali pun, kalau Sabrina bukan jodohmu, ia tidak akan pernah memilihmu."     

"Tuhan sangat tidak adil," kata Aksa dengan marah.     

"Mason sangat tenang saat menerima berita ini. Sekarang ia sedang berpikir. Kalau saja ia mempelajari cara mendekati wanita dari aku, mungkin ia bisa mendapatkan Sabrina sebagai menantuku. Namun, sekarang sudah terlambat untuk menyesal. Aksa, kamu tahu aku paling dekat denganmu karena kita sangat mirip. Di luar, kita terlihat tidak peduli dan dingin, tetapi sebenarnya kita sangat setia," kata Nico sambil tersenyum.     

Aksa langsung tertawa. "Kalau kamu tidak setia, bagaimana mungkin kamu mengejar kakak ipar selama bertahun-tahun meski sudah ditolak berulang kali …"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.