Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kamu Sudah Kalah



Kamu Sudah Kalah

0"Kalau kamu tidak setia, bagaimana mungkin kamu mengejar kakak ipar selama bertahun-tahun meski sudah ditolak berulang kali …" kata Aksa sambil tertawa.     
0

"Aku rasa, setelah menjadi kakek pun, aku akan tetap seperti ini. Dan setelah Tara menjadi nenek-nenek pun, ia tetap akan mengejar dan menghajarku saat aku berbuat nakal dengan cucuku," Nico mengatakannya dengan sangat santai.     

Ia tidak menyalahkan Tara sama sekali. Malah rasanya, hidupnya menjadi semakin berwarna karena adanya Tara.     

Aksa tertawa lagi. "Kak, aku rasa hidupmu memiliki jenis kebahagiaan yang berbeda."     

"Sama seperti aku menemukan Tara yang sesuai denganku. Menurutku, Sabrina tidak cocok denganmu. Aku tidak mengatakan ini sebelumnya karena kamu bersaing dengan Mason. Aku tidak mau kamu berpikir bahwa aku lebih mendukung Mason," kata Nico.     

Aksa bangkit berdiri dan berjalan menuju ke rak anggurnya untuk mengambil satu botol anggur merah. "Mau anggur?"     

"Minum segelas anggur sebelum tidur akan membuat tidurmu lebih nyenyak," Nico mengangguk.     

Aksa menuangkan segelas anggur untuknya dan bertanya. "Kak, mengapa kamu merasa Sabrina tidak cocok untukku?"     

"Kalau kamu menikah dengan Sabrina, kamu akan sangat lelah. Sabrina adalah seseorang yang bahkan tidak tahu siapa yang ia sukai. Tidak dipungkiri kalau ia berbakat dalam bidang desain perhiasan. Tetapi ia adalah orang yang membutuhkan didikan dan perhatian berlebih, tidak cocok untuk kamu yang bebas dan tidak terkekang," kata Nico.     

Aksa memutar-mutar gelas anggurnya. Ia juga pernah mempertanyakan hal ini kepada dirinya sendiri, apakah ia percaya diri bisa membimbing dan mengurus Sabrina selamanya.     

Sabrina sangat dilindungi dan dijaga oleh Raka dan Della. Selama ini, Sabrina benar-benar diperlakukan seperti tuan putri oleh orang tuanya.     

Saat pergi ke luar negeri untuk belajar, Raka lah yang mengatur semuanya. Sabrina hanya perlu berangkat, membawa ambisi dan gairahnya di bidang yang ia sukai.     

Seperti yang Nico katakan, mungkin memang benar Sabrina tidak sesuai untuk karakternya yang terlalu bebas dan tidak terkekang.     

"Mungkin aku membutuhkan wanita seperti Kak Tara," kata Aksa dengan setengah bercanda.     

"Jadi kamu setuju?" Nico tertawa. "Sabrina memang membutuhkan seseorang seperti Arka. Sementara kamu dan Sabrina adalah orang yang cukup mirip. Kalian sama-sama menginginkan kebebasan dan takut terhadap masalah. Kalian …"     

"Kak, aku mengerti. Kamu sudah tidak perlu menjelaskan lagi kepadaku. Aku akan mendukung hubungan mereka dan mendoakan yang terbaik untuk mereka," Aksa mengangkat gelasnya dan meminumnya bersama dengan Nico.     

Setelah minum segelas, Nico kembali ke rumahnya.     

Pada akhirnya, Aksa bisa menerima berita ini dengan sangat mudah.     

Orang yang benar-benar bermasalah sekarang adalah Mason. Itu karena Arka dan Aksa sudah mendapatkan kesempatan untuk mencoba berkencan dengan Sabrina. Dan Aksa bisa merasakan ketidakcocokan mereka sebagai pasangan.     

Sementara Mason? Ia bahkan belum mendapatkan kesempatan dan langsung tersingkirkan begitu saja.     

Saat Nico kembali ke rumah, Mason masih duduk di sofa seolah sedang bersemedi.     

"Belum menyadarinya?" Nico merasa sangat lelah. Setelah berusaha untuk menenangkan dan membujuk Aksa, sekarang ia masih harus mengurus Mason.     

Tetapi Aiden sudah mempercayakan tugas penting ini kepadanya karena Nico memiliki hubungan yang dekat dengan dua anak ini.     

Oleh karena itu, demi kebaikan Arka dan Sabrina yang sedang berbahagia, Nico mau menjalankan tugas ini dan menghibur dua orang yang sedang patah hati.     

Mason menoleh dan melihat ayahnya. "Ayah menemui Paman Aksa? Apa yang ia katakan?"     

"Aksa sudah menyadarinya. Ia adalah tipe orang yang mirip dengan Sabrina dan mengakui bahwa memang Arka lebih cocok dengan Sabrina dibandingkan dengannya. Melalui kejadian ini, ia akan menyadari wanita seperti apa yang harus ia cari lain kali," kata Nico dengan wajah serius.     

"Orang seperti apa yang ia cari?" tanya Mason.     

"Ia dan Sabrina sangat mirip, memiliki karakter yang sama. Tentu saja ia akan mencari Arka," kata Nico.     

Mason langsung terkejut. "Paman Aksa sekarang menyukai pria?"     

Nico mengambil bantal dan melemparkannya ke kepala putranya. "Mengapa putraku seperti ini? Pantas saja Sabrina tidak memilihmu …"     

"Aku sudah bekerja sangat keras. Saat Anna, brand ambassador Mawardi Group, mengalami skandal, aku lah yang membantunya untuk mendapatkan videonya. Video itu dibeli oleh saingan Mawardi Group sehingga aku harus minum dengannya dan menghabiskan banyak uang untuk mendapatkannya. Tetapi Sabrina malah salah paham. Ia pikir aku mau menggunakan video itu untuk mengancamnya. Aku selalu menghormatinya. Aku …"     

"Kamu terlalu menghormatinya sehingga kamu tidak pernah melangkah maju. Kalau kamu ingin mencium seseorang, kamu harus melangkah maju untuk menciumnya. Apakah perlu menunggu anggukan kepala darinya sebelum kamu menciumnya?" Nico menyelanya.     

Mason memandang ke arah ayahnya. Setelah berpikir cukup lama, ia tampak seperti memahami sesuatu.     

"Aku dengar kalian bertiga mendapatkan giliran untuk berkencan dengan Sabrina. Arka yang pertama dan kamu yang terakhir. Pada akhirnya, ia yang mendapatkan kesempatan terbesar, sementara kamu yang terakhir tidak mendapatkan apa-apa."     

Saat mengatakan hal ini, ia memandang putranya yang bodoh itu dengan frustasi. "Aku hanya ingin bilang padamu, anak bodoh. Saat mengejar wanita, ada baiknya kamu melangkah lebih dulu. Untuk apa menunggu paling terakhir. Ini bukan permainan. Apakah kamu pikir pahlawan akan selalu datang belakangan?"     

"Kalau begitu, apakah aku punya kesempatan?" tanya Mason dengan enggan.     

"Tebak di mana Sabrina sekarang? Lihat foto yang ia posting di media sosialnya. Mereka menunjukkan kemesraan mereka di hadapan semua orang. Apakah kamu yakin ingin memisahkan mereka dan menusuk Arka dari belakang?" Nico menepuk pundak Mason dengan tegas. "Menyerahlah. Lain kali, saat kamu menemukan wanita yang kamu sukai, jangan menunggu. Kejarlah!"     

"Ayah, mengapa kamu tidak memberitahuku lebih awal?" tanya Mason tiba-tiba,     

Nico melihat sekelilingnya dan bertanya. "Di mana ibumu?"     

"Ibu sedang bersama dengan Maddy, menghitung profit dari klinik," kata Mason.     

"Ibumu tidak membiarkan aku mengajarimu karena takut kamu menjadi playboy," kata Nico dengan suara pelan.     

"Aku rasa kamu harus mengajariku beberapa trik. Kali ini, aku sudah menderita. Kalau memang Paman Arka cocok untuk Sabrina, seharusnya aku juga cocok dengan Sabrina kan? Tidak seperti Paman Aksa …"     

Nico mengangguk. "Benar. Tidak seperti Aksa. Sebenarnya kamu juga cocok dengan Sabrina. Hanya saja kamu terlambat melangkah."     

"Aku harus bertanya dengan jelas," kata Mason, masih merasa tidak rela.     

"Tanya apa?" melihat respon Mason, Nico merasa gagal untuk membujuknya. Putranya itu tidak mudah dibujuk seperti Aksa.     

"Aku merasa Sabrina salah paham padaku mengenai masalah video Anna," kata Mason.     

Nico menghela napas panjang dan duduk di sofa. "Pertama-tama, kamu sudah salah saat kamu tidak berani untuk mengejar Sabrina lebih awal. Kedua, kamu melewatkan kesempatan terbesarmu saat kamu memilih kencan terakhir. Dan yang ketiga, mari kita bicarakan mengenai masalah Anna. Kamu sudah mendapatkan videonya, mengapa kamu tidak langsung menghubungi Sabrina?"     

"Itu masih pagi-pagi sekali. Aku sedang mabuk dan aku tidak mau mengganggu istirahatnya. Aku berniat memberikannya setelah bangun dan sadar. Siapa yang tahu ia telah menemukan hotel tempat aku menginap? Ia datang ke sana dan …"     

"Berhenti. Bagaimana Sabrina bisa tahu bahwa video itu ada di tanganmu? Kamu khawatir akan mengganggu istirahatnya sehingga memutuskan untuk tidak menghubunginya. Lalu, bagaimana ia bisa menemukanmu?" tanya Nico.     

Mason tiba-tiba menyadarinya dan ia langsung menghubungi pihak hotel. Manajer hotel akhirnya mengakui bahwa Sabrina tidak pergi ke sana sendiri. Pada saat itu, Arka juga berada di sana, berdiri di koridor hotel sambil menunggu Sabrina.     

Arka lah yang menyuruh pihak hotel untuk membukakan pintu dan membiarkan Sabrina masuk ke dalam.     

Selama ini, Mason pikir Sabrina lah yang masuk ke dalam kamarnya sendiri. Pihak hotel itu juga sudah mengetahui identitas Sabrina sehingga mereka tidak berani menghentikan Sabrina.     

Tidak Mason sangka, ternyata Arka juga berada di hotel hari itu.     

"Paman Arka! Pasti dia. Ia yang membuat Sabrina salah paham dan membuat Sabrina berpikir bahwa aku membeli video itu untuk memaksa Sabrina memilihku," kata Mason dengan marah.     

"Sudah terlambat kalau kamu baru menyadarinya sekarang!" Nico tertawa. "Dibandingkan dengan Arka, kamu hanyalah bidak catur yang bisa ia kendalikan. Sekarang, mandilah dan tidurlah. Kamu sudah kalah!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.