Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mengapa Kamu Berbohong Padaku



Mengapa Kamu Berbohong Padaku

0"Aku sudah ada janji. Sekarang kita sudah selesai makan, kan? Jadi kencan kita sudah berakhir. Aku mau pulang," Sabrina tidak mau duduk di sana lagi. Ia ingin segera pergi dari sana.     
0

"Ini adalah kencan, kan? Kencan bukan hanya makan. Kita belum jalan-jalan, belanja, atau menonton bioskop," Aksa juga sudah mempersiapkan kejutan untuk Sabrina. Mana mungkin ia membiarkan Sabrina pergi begitu saja.     

"Makanan adalah hal yang paling penting dan kita sudah selesai makan. Lagi pula, walaupun kita makan berdua, ini tidak ada bedanya dengan makan-makan sebelumnya. Apakah kamu mengerti maksudku?" tanya Sabrina dengan tenang. Matanya memandang ke arah Aksa dengan lekat-lekat.     

"Aku mengerti kamu tidak merasakan getaran apa pun. Tetapi setelah kita berkencan beberapa kali, kita pasti akan …"     

"Aku sangat sibuk. Aku masih harus bekerja dan aku tidak punya waktu untuk berkencan. Kak Aksa, apakah kamu tidak mau berteman denganku?" tanya Sabrina.     

"Berteman? Kalau bisa lebih dari berteman pun, aku mau," Aksa tersenyum.     

Sabrina menggelengkan kepalanya sekilas. "Aku lebih menyukai hubungan kita yang sekarang. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Aku harus pergi sekarang juga," Sabrina bangkit berdiri dan berniat untuk pergi.     

"Biar aku mengantarmu," Aksa langsung bergegas mengejarnya.     

"Tidak. Aku kekenyangan dan aku mau berjalan-jalan sebentar untuk menurunkan makanan," tempat mereka saat ini tidak jauh dari lokasi yang diberikan oleh ibunya. Sabrina berniat untuk berbelanja di sana.     

Begitu mendengar hal ini, Aksa segera berkata, "Aku akan menemanimu jalan-jalan."     

Sabrina merasa kepalanya sakit. Ia hanya ingin menyingkirkan Aksa secepat mungkin, tetapi mengapa Aksa tidak mengerti.     

Sabrina berkata, "Aku sudah janji dengan ibuku untuk berbelanja bersama. Aku mau mencari inspirasi untuk desain perhiasan baruku. Kalau kamu ikut denganku, kamu malah akan mengganggu."     

"Kamu mau mencari inspirasi untuk desain perhiasan?" Arka langsung mencari ide di otaknya. "Aku punya kacamata AR di rumah yang bisa membawamu merasakan luar negeri hanya dengan melihatnya saja. Itu akan terlihat jauh lebih nyata dibandingkan belanja di mall …"     

"Baiklah. Kalau aku membutuhkannya, aku akan menghubungimu nanti. Aku harus menemui ibuku sekarang. Pulanglah. Terima kasih sudah mengajakku makan malam," kata Sabrina dengan sopan.     

"Sabrina, mengapa tiba-tiba saja kamu menjadi sopan seperti ini kepadaku?" tanya Aksa dengan bingung.     

Sabrina tidak tahu harus berkata apa lagi. "Kak, kamu pikir kalau kita belum berkencan satu kali, aku tidak akan tahu bagaimana perasaanku. Tetapi sebenarnya, aku merasa kita hanya seperti teman yang sedang makan bersama, bukan seperti pasangan yang sedang berkencan. Aku yakin kamu juga merasakan hal yang sama karena kamu terlalu santai."     

"Bukankah santai itu nyaman? Kita memang sangat nyaman dengan satu sama lain," Aksa merasa tidak ada yang salah dengan semua ini.     

Sabrina tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Apakah kamu tahu seperti apa kencan itu? Wanita akan menjaga sikapnya dengan sangat baik. Agar tidak membuat pasangannya ilfeel, biasanya wanita akan memakai riasan sewajarnya dan makan dengan sangat elegan. Sama halnya dengan pria. Mereka juga peduli terhadap image mereka dan memperlakukan pasangan mereka dengan sangat gentleman selama kencan. Apakah kita merasakan hal yang sama?"     

"Make up mu hari ini sangat cantik dan aku sangat tampan setiap hari," kata Aks.a     

"Kamu makan lamb chops-mu dengan tangan tadi. Di hadapan pasangan kencanmu ..." kata Sabrina.     

Aksa mengangkat alisnya dan berpikir apakah itu masalah yang membuat Sabrina tidak menyukainya. Tetapi ia merasa tidak ada yang salah. "Tadi aku menggunakan sarung tangan. Apakah perlu memotongnya kecil-kecil dengan pisau? Aku hanya ingin kamu makan dengan nyaman."     

"Aku makan dengan sangat nyaman, sama halnya denganmu. Makan malam hari ini, kita berdua makan dengan sangat senang. Tetapi aku tidak merasa seperti berkencan. Kak, aku rasa kita akan menjadi teman yang sangat baik, tetapi kita tidak akan pernah bisa menjadi pasangan. Saat kamu bertemu dengan wanita yang kamu sukai, kamu akan memahami seperti apa kencan yang sebenarnya," kata Sabrina sambil tersenyum.     

Aksa seperti memahami arti di balik kata-kata Sabrina. "Apakah kamu merasa berbeda saat berkencan dengan kakakku?" tanyanya.     

"…" Sabrina tidak menjawab. Saat ia berdua bersama dengan Arka dan berdua bersama dengan Aksa, ia merasakan perasaan yang jauh berbeda.     

Sabrina tidak menjawab, tetapi Aksa sudah tahu jawabannya. "Bagaimana bisa kamu menyukai kakakku yang membosankan itu?"     

"Kak, kalian bertiga adalah sahabatku …" bisik Sabrina, tidak mau mengakui perasaannya.     

"Baiklah, aku tidak akan mengatakan apa pun lagi. Tidak perlu gugup seperti itu. Kalau kamu ingin memilih kakakku dan merasa tidak bisa mengakuinya padaku dan Mason sehingga memutuskan untuk melajang selamanya, kami malah akan merasa sedih. Kami sudah bilang sejak awal, tidak peduli siapa pun yang kamu pilih, kami akan mendukungmu," Aksa menepuk pundak Sabrina. "Sabrina, jangan membuat dirimu terlalu tertekan seperti ini."     

Sabrina bisa merasakan rasa pedas di hidungnya. Aksa sangat baik padanya. Ia memang orang yang paling baik hati dan santai sehingga Aksa selalu bisa membuatnya merasa nyaman.     

Kalau memang benar Aksa adalah pria yang bersamanya tiga tahun lalu, Sabrina tidak akan menyalahkannya. Mereka berdua bertanggung jawab atas apa yang terjadi saat mereka sedang mabuk.     

Sabrina tahu bahwa Aksa tidak berniat melakukannya sehingga ia melupakannya. Sabrina juga tidak mau membahas masalah itu lagi.     

"Kak, lebih baik kita berteman saja. Lain kali, kalau kamu menemukan restoran yang enak, jangan lupa telepon aku. Aku pasti akan menemanimu makan. Tetapi kalau kamu bilang kamu ingin mengajakku kencan, aku tidak akan datang," tegas Sabrina.     

Aksa tertawa. "Aku mengerti. Kalau aku menemukan restoran baru, aku akan mengajakmu makan di sana."     

Sabrina mengangguk.     

Menjelaskan semuanya pada Aksa tidak sesulit yang ia bayangkan. Aksa bukan tipe orang yang clingy dan bebal. Begitu Sabrina mengatakan bahwa ia ingin sendiri, Aksa tidak mengikutinya. Ia hanya mengantarnya ke tempat tujuan Sabrina dan kemudian pergi.     

Di perjalanan pulang, Aksa menelepon Arka. "Kak, saat kamu berkencan dengan Sabrina, apa yang kamu rasakan?"     

"Kamu bertemu dengannya?" tanya Arka dengan tenang.     

"Kami makan malam bersama, tetapi ia bilang seperti sedang makan malam bersama teman, bukan seperti pasangan kekasih. Aku juga merasa tidak ada percikan di antara aku dan Sabrina. Apakah mungkin karena aku terlalu terbiasa dengannya …"     

"Tidak. Cinta dan persahabatan sangat berbeda. Kalau kamu tidak punya perasaan cinta kepadanya, kamu tidak akan merasakan jantungmu berdegup dengan kencang atau percikan di dalam dadamu…" jawab Arka.     

"Aku menyukai Sabrina. Bagaimana bisa tidak ada percikan di antara kita?" setelah itu, Aksa bertanya. "Bagaimana denganmu? Bagaimana rasanya berkencan dengan Sabrina?"     

"Perasaan dan kebahagiaan yang aku rasakan bukanlah sesuatu yang bisa kamu mengerti. Wanita yang aku bilang itu, apakah kamu sudah mengingatnya?" tanya Arka.     

"Aku bersumpah padamu, Kak. Sampai sekarang aku masih menjaga diriku dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain!" kata Arka.     

"Baiklah," kata Arka dengan tidak peduli.     

"Kak, kamu bilang aku pernah berhubungan dengan wanita. Apa jangan-jangan itu sebenarnya kamu? Wajah kita kan sangat mirip. Mungkin wanita itu salah sangka dan orang yang ia cari adalah kamu," kata Aksa setelah berpikir panjang. "Kak, apakah kamu …"     

Sebelum Aksa selesai berbicara, Arka sudah mematikan teleponnya.     

Arka mengambil ponsel cadangannya dan menelepon Anna. Anna langsung terkejut saat melihat nomor di ponsel itu. Mengapa tiba-tiba saja Arka meneleponnya?     

"Anna, mengapa kamu berbohong padaku?" kata Arka dengan serius.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.