Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Aku Pikir Dia Adalah Kamu



Aku Pikir Dia Adalah Kamu

0"Sabrina, ada apa?" tanya Arka saat mendengar suara Sabrina yang sedikit panik.     
0

"Katakan di mana kamu sekarang," tanya Sabrina dengan tidak sabar. Ia tidak sempat menjawab pertanyaan Arka.     

Arka langsung memberitahu alamat apartemennya. Ia memakai pakaiannya dan turun ke lantai bawah untuk menunggu kedatangan Sabrina.     

Dua puluh menit kemudian, Sabrina tiba di depan gedung apartemen Arka.     

Lampu jalanan yang redup membuat bayangan Arka, yang sedang menunggu di pinggir jalan, terlihat sangat panjang. Sabrina langsung berlari ke arahnya dengan cepat. Rasanya ia benar-benar ingin menginjak-injak bayangan Arka, karena ia tidak tega untuk menginjak yang asli.     

"Apakah aku melakukan kesalahan?" Arka memandang Sabrina dengan tatapan heran sekaligus terhibur.     

"Naik ke atas. Kita bicara di dalam!" kata Sabrina dengan suara dingin.     

"Apakah kamu tidak takut, bersama denganku di dalam ruang tertutup?" kata Arka dengan sengaja.     

Sabrina melotot ke arahnya. "Kamu tidak berani mengajakku ke atas? Apakah kamu menyembunyikan wanita di rumahmu?"     

"Tidak pernah ada wanita yang datang ke apartemenku," kata Arka.     

"Tunjukkan jalannya," kata Sabrina dengan serius.     

Arka merasa Sabrina sangat menggemaskan saat sedang marah. Ia menggandeng tangannya. Saat Sabrina berusaha untuk melepaskannya, Arka tetap menggenggamnya dengan erat.     

Karena tidak bisa melepaskan dirinya, akhirnya Sabrina hanya bisa pasrah dan membiarkan Arka menggandengnya.     

"Mengapa kamu marah?" tanya Arka.     

"Aku bertemu dengan Winata tadi. Ia memberitahuku sesuatu yang tidak aku ketahui," kata Sabrina dengan sengaja.     

Sabrina hanya ingin tahu berapa lama Arka ingin bersembunyi darinya.     

Ekspresi di wajah Arka langsung berubah. Winata adalah asistennya. Tentu saja, sebagai asistennya, ia mengetahui semuanya mengenai Anna.     

Mengapa Winata tiba-tiba memberitahu Sabrina bahwa ia memiliki hubungan dengan Anna?     

"Aku bisa menjelaskannya. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan," kata Arka dengan cepat.     

"Aku datang untuk mendengarkan penjelasan darimu. Kalau aku tidak mengetahui ini, apakah kamu akan terus mencari alasan agar aku tidak mengetahuinya? Bukankah kita teman?" kata Sabrina dengan marah.     

Lift mereka berhenti di lantai tempat Arka tinggal. Ia menggandeng tangan Sabrina saat keluar dari lift dan segera masuk ke apartemennya.     

Ini adalah pertama kalinya Sabrina mengunjungi tempat tinggal Arka. Arka adalah orang yang sangat simple sehingga dekorasi di apartemennya sangat minimalis dan elegan.     

"Duduklah. Kamu mau minum apa?" tanya Arka.     

"Air putih saja," Sabrina merasa kepalanya sedikit pusing. Tadi minuman yang ia pesan di café saat bersama dengan Winata mengandung cukup banyak alkohol.     

Hari ini adalah hari yang melelahkan untuknya setelah bertemu dengan Aksa. Dan semua permasalahannya beberapa hari terakhir ini membuatnya merasa sangat penat. Oleh karena itu, ia memesan minuman beralkohol tadi.     

Tetapi siapa sangkat kepalanya akan terasa pusing seperti ini.     

Sejak tadi, Arka terus berpikir bagaimana cara menjelaskan semuanya pada Sabrina sehingga ia tidak menyadari keanehan Sabrina. Sekarang, ia bisa melihat bahwa wajah Sabrina terlihat sedikit merona.     

"Berapa banyak alkohol yang kamu minum?" tanyanya sambil mengelus pipi Sabrina.     

"Tidak banyak. Aku hanya sedang banyak pikiran akhir-akhir ini. Aku hanya butuh sedikit air minum. Setelah itu, aku akan mendengarkan penjelasanmu,"     

Arka mengambilkan air minum untuk Sabrina dan juga sekotak susu dari kulkasnya. "Apakah kamu mau mencoba minum susu? Susu bisa menetralkan alkohol."     

"Aku tidak suka susu," Sabrina mengerutkan keningnya.     

"Minum lah. Kalau kamu mabuk dan tertidur, kamu tidak akan bisa mendengar penjelasanku," Arka merangkul pundak Sabrina, membiarkan wanita itu bersandar di pelukannya. Setelah itu, ia membantunya untuk meminum beberapa teguk susu.     

Sabrina meminumnya dengan wajah berkerut. Ia memang menyukai berbagai makanan, tetapi ia tidak menyukai susu. "Kamu sengaja ya," katanya dengan kesal.     

Arka menatap Sabrina dan merasa wanita itu benar-benar menggemaskan sejak datang ke apartemennya tadi. "Apakah kamu merasa baikan?"     

"Tidak. Aku kepanasan sekarang," katanya sambil cemberut.     

Arka membantu Sabrina untuk melepaskan tasnya dan kemudian menurunkan suhu AC di ruangannya. Setelah beberapa saat, akhirnya Sabrina berhenti membuat masalah dan kembali tenang.     

"Bicara lah. Aku akan mendengarmu," Sabrina bersandar dengan lemah di pelukan Arka. "Apa hubunganmu dengan Anna?"     

"Apa yang Winata katakan padamu?" Arka memandang ke arahnya.     

"Sampai sekarang pun kamu masih tidak mau memberitahuku yang sebenarnya. Winata sudah memberitahuku semuanya. Kamu adalah orang yang membantu Anna untuk bisa terkenal seperti ini. Alasan apa lagi yang bisa kamu katakan?" Sabrina tiba-tiba saja menegakkan tubuhnya sehingga puncak kepalanya berbenturan dengan dagu Arka.     

"Ahhh! Kepalaku!" teriak Sabrina dengan kesakitan.     

"Kamu yang menghantam daguku," Arka mengelus kepala Sabrina dengan lembut, tidak memedulikan dagunya yang juga terasa nyut-nyutan.     

"Kamu pantas mendapatkannya. Aku sudah bertanya berulang kali, tetapi kamu terus menerus mengelak. Kamu bilang bahwa wanita yang bersamamu dulu bukan Anna. Mengapa kamu berbohong padaku?" Sabrina memelototinya dengan marah.     

Arka terkekeh dan mengelus pipinya dengan lembut. "Menurutmu mengapa aku melakukan itu?"     

"Kamu takut aku akan marah padamu dan mengabaikanmu saat aku tahu apa yang terjadi padamu dan Anna. Apakah kamu tidak bisa percaya padaku? Kalau kamu sedikit saja percaya padaku, kamu pasti akan memberitahuku sehingga kita berdua tidak akan semenderita ini," Sabrina bangkit berdiri dan mendorong Arka untuk berbaring telungkup.     

Arka tidak memahami apa yang akan Sabrina lakukan. "Sabrina, apa yang sedang kamu lakukan?"     

"Jangan bergerak. Berbaringlah!" perintah Sabrina.     

Arka mematuhi kata-kata Sabrina dan berbaring di sofa dengan posisi telungkup. Sabrina membuka foto di ponselnya dan membandingkan bagian belakang kepala Arka.     

"Menoleh lah sedikit," kata Sabrina sambil mengarahkan kepala Arka untuk mendapatkan posisi yang tepat.     

"Sabrina, apa yang sebenarnya kamu lakukan?" Arka membiarkan Sabrina melakukan apa pun padanya, tetapi ia tetap bertanya dengan bingung.     

Sabrina memandang leher Arka dan tiba-tiba saja matanya terbelalak. Sudut ini …     

Begitu Arka mencoba untuk mengangkat kepalanya, Sabrina kembali menekannya untuk menahannya di sofa.     

Ia melihat ponselnya lagi dan meningkatkan cahaya di ponselnya, kemudian tiba-tiba saja ia tertawa.     

Arka benar-benar kebingungan. Ia tidak mengerti mengapa Sabrina melakukan ini kepadanya dan mengapa Sabrina tiba-tiba tertawa.     

"Sabrina, ada apa denganmu? Apakah kamu baik-baik saja? Jangan membuatku takut," Arka berusaha untuk mengintip ponsel Sabrina tetapi Sabrina langsung menyembunyikannya.     

Sabrina berusaha untuk menenangkan dirinya dan berkata, "Kak, aku memberimu kesempatan untuk mengaku. Katakan padaku mengenai hubunganmu dengan Anna."     

Arka adalah pria yang cerdas. Ia memiliki kemampuan pengamatan yang sangat kuat dan pemikiran yang cermat.     

Sabrina tiba-tiba saja kehilangan kendali atas dirinya, marah dan kemudian tertawa setelah melihat ponselnya. Sekarang, tiba-tiba saja ia menanyakan mengenai hubungannya dengan Anna.     

Sabrina juga sudah bertemu dengan Winata sebelumnya. Itu artinya, Sabrina sudah mengetahui semuanya.     

Arka hanya bisa menghela napas panjang dan berkata dengan suara pelan. "Sabrina, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak berniat melakukannya. Aku salah mengira Anna sebagai kamu saat itu."     

"Kamu tahu sifatku. Kamu pikir kalau aku tahu bahwa kamu pernah berhubungan dengan Anna, aku akan langsung meninggalkanmu. Agar bisa terus bersembunyi, kamu bahkan bersedia diancam oleh Anna. Apakah ia bilang padamu bahwa ia akan memberitahu semuanya kepadaku kalau kamu tidak membantunya untuk menjadi terkenal? Apakah ia mengancammu bahwa kamu akan kehilangan aku?" tanya Sabrina dengan senyum hambar.     

Arka mengangguk. Ia mengangkat kepalanya dan memandang Sabrina lekat-lekat. "Sabrina, aku benar-benar mencintaimu. Tolong jangan tinggalkan aku."     

"Ada dua alasan mengapa aku menolakmu. Pertama, kamu tidak punya kendali terhadap dirimu sendiri. Dua, kamu diancam, tetapi kamu masih tetap tidak memberitahuku. Apakah kamu tidak percaya padaku?" tanya Sabrina dengan dingin.     

"Aku … Aku hanya begitu mencintaimu dan aku takut akan kehilangan kamu," Arka berusaha untuk menjelaskannya dengan ekspresi penuh kesakitan. "Aku benar-benar tidak berniat untuk berhubungan dengannya. Malam itu, aku minum terlalu banyak sehingga aku tidak sadar. Aku pikir dia adalah kamu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.