Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Memahami Kepanikannya



Tidak Memahami Kepanikannya

0Awalnya, Sabrina ingin pergi berbelanja sendiri sambil mencari inspirasi. Tetapi ia juga tidak mau memberi Aksa kesempatan untuk melakukan hal-hal yang tidak semestinya.     
0

Sabrina tahu Aksa tidak akan pernah menyerah kalau statusnya masih tidak jelas seperti ini.     

Mungkin ia pikir, lebih baik menyelesaikan semuanya dan membuat Aksa benar-benar menyerah.     

"Bisakah kamu sedikit serius? Di mana kita harus bertemu? Aku akan pergi ke tempatmu sekarang," kata Sabrina.     

Aksa mengangkat jam tangannya dan melihatnya. "Aku akan menjemputmu sekarang. Tunggu aku 15 menit."     

Sabrina tertawa. Lima belas menit? Apakah ia berniat untuk terbang?     

Sabrina duduk di mobil sambil merapikan riasan wajahnya.     

Riasan yang ia pakai sekarang terlalu tipis. Sebenarnya, dengan gen dari ayah dan ibunya, ia tidak membutuhkan make up yang tebal sama sekali. Tetapi ia tidak mau terlihat seperti anak lemah yang tidak bisa berbuat apa-apa.     

Ia memutuskan untuk mengubah lipstiknya dengan warna merah untuk memunculkan citranya sebagai seorang ratu.     

Ia melihat dirinya sendiri di cermin, mengeluarkan lipstiknya dan memasang lipstik merah. Dalam waktu singkat, seorang ratu muncul di sana.     

Dalam hati, ia berkata : 'Aksa, kamu sudah pernah membuat kesalahan satu kali. Aku akan menjadi wanita yang tidak akan pernah bisa kamu nikahi seumur hidupmu.'     

Beberapa saat kemudian, ponselnya berbunyi lagi. Sabrina melihat ada mobil yang ia kenal di pertigaan yang tidak jauh dari sana.     

Aksa juga melihat mobil Sabrina dari kejauhan. Ia langsung meluncurkan kendaraannya dengan stabil dan menghentikan mobilnya di samping mobil Sabrina.     

Tubuh Aksa yang tinggi dan langsung berjalan menghampiri mobil Sabrina. Ia mengenakan jas berwarna abu-abu gelap, membuatnya tampak sangat tampan dan terlihat seperti raja. Para pejalan kaki yang berada di sekitar sana langsung memandang ke arahnya, seolah tertarik seperti magnet.     

"Selamat sore, Tuan Putri. Ayo pindah ke mobilku," Aksa menghampirinya, membuka pintu mobilnya dan mengulurkan tangannya dengan gentleman.     

Sabrina memandangnya dengan cemas. "Apa yang kamu lakukan?"     

"Aku ingin menggandeng tangan kekasihku," Aksa tersenyum dengan nakal.     

"Siapa kekasihmu?" Sabrina memutar bola matanya pada Aksa.     

"Tidak mau?" Aksa tidak bisa menahan senyumnya saat berhadapan dengan Sabrina.     

"Aku terlalu malas untuk memedulikanmu," Sabrina masuk ke dalam mobil Aksa sendiri, tidak menerima uluran tangannya.     

Begitu Sabrina duduk, Aksa tiba-tiba saja menghampirinya, mengulurkan tangannya ke arah sabuk pengaman dan memakaikannya untuk Sabrina. "Kamu adalah wanita tercantik kedua yang pernah aku lihat."     

Sabrina mengangkat alisnya dan bertanya. "Bagaimana dengan yang nomor satu."     

"Yang nomor satu adalah kekasihku," Aksa tersenyum.     

"Bukankah kamu single? Sejak kapan kamu punya pacar?" tanya Sabrina. "Kalau kamu punya pacar, buat apa kamu mengajakku pergi? Kamu …"     

Aksa menyelanya dan mengangkat kepala Sabrina agar mereka bisa saling berpandangan. "Jadi, apakah kamu mau menjadi kekasihku dan menjadi wanita yang paling cantik?"     

Aksa mengecup pipi Sabrina dengan lembut. Napasnya terasa di telinga Sabrina dan suaranya terdengar sangat magnetik.     

Sabrina baru menyadari bahwa Aksa sedang menggodanya, membuatnya merasa kesal. Ia terkejut, tetapi ia tidak merasa malu saat Arka menggodanya.     

Tetapi sepertinya ia hanya merasa malu saat bersama dengan Arka. Ia hanya merasa hatinya bergetar saat ia bersama dengan Arka.     

Sabrina menatap Aksa dengan tatapan kesal dan mendorongnya untuk menjauh. "Kamu bilang kamu mau memberiku waktu untuk memilih. Aku sudah memikirkannya dan memutuskan untuk tetap single. Aku tidak mau menikahi siapa pun."     

Aksa tidak kecewa dengan jawaban itu. Ia sudah menunggu Sabrina selama bertahun-tahun. apa salahnya menunggu sedikit lebih lama?     

Aksa percaya diri bahwa ia bisa mendapatkan Sabrina.     

Selama Sabrina mau berkencan dengannya, ia bisa membuat Sabrina terpesona padanya. Setelah itu, Aksa tidak perlu khawatir lagi terhadap kakaknya atau keponakannya.     

Ia hanya butuh satu kesempatan.     

Saat memikirkan hal ini, sudut bibir Aksa sedikit melengkung dan matanya berbinar, memancarkan semangat terhadap rencana yang berputar di otaknya.     

"Aneh sekali kamu tertawa sendiri. Apa yang kamu pikirkan?" Sabrina merasakan firasat buruk di hatinya saat melihat Aksa tersenyum-senyum sendiri. Ia merasa seperti sedang dijebak.     

"Aku merindukanmu," jawab Aksa tanpa berpikir.     

"…" Sabrina terdiam, tidak bisa menjawab apa-apa.     

"Kamu mau makan apa malam ini, Tuan Putri?"     

"Aku tidak lapar. Ini masih sore dan belum jamnya makan. Bagaimana kalau kita mencari tempat duduk untuk mengobrol sebentar?" Sabrina tidak punya kesabaran untuk makan bersama dengan Aksa. Ia hanya ingin duduk, berbicara pada Aksa dan pulang.     

Sabrina ingin memperjelas pada Aksa agar Aksa tidak meminta kesempatan untuk berkencan dengannya lagi.     

Sabrina tidak mau banyak terlibat dengan Aksa. Aksa tidak mengingat apa yang terjadi tiga tahun lalu dan Sabrina juga tidak berniat untuk memberitahunya.     

Ia hanya ingin segera mengakhiri pertemuan ini dan pergi berbelanja sendiri agar bisa mendapatkan inspirasi untuk desain barunya.     

Aksa menyetir mobilnya ke mall dan memarkirkan mobilnya. Saat ia hendak memasuki mall, ia berbalik dan menemukan bahwa Sabrina masih berdiri di depan mobilnya dengan tatapan menerawang. Ia langsung memanggilnya. "Mengapa kamu melamun? Ayo kita pergi makan steak."     

"Steak?" saat mendengarnya, mata Sabrina sedikit berbinar. Entah mengapa mendengar makanan itu membuat Sabrina merasa lapar. Akhirnya, ia berjalan dan mengikuti Aksa.     

Sabrina bersama dengan Aksa menggunakan lift untuk naik ke lantai lima. Saat berdiri berdampingan, mereka terlihat seperti pasangan yang sangat sempurna.     

Sabrina terlihat sangat cantik dan menawan …     

Sementara Aksa terlihat mempesona dan sangat manly …     

"Wow, pasangan itu sangat sempurna," bisik salah satu pejalan kaki yang lewat di hadapan mereka.     

Aksa mendengarnya dan suasana hatinya langsung membaik. Ia berbalik dan berkata pada pejalan kaki yang lewat itu. "Bukankah kekasihku cantik?"'     

"Oh, wow. Si ganteng itu baru saja tersenyum padaku. Pegangi aku, aku tidak kuat!" Sabrina hanya bisa terdiam dengan kesal saat melihat pejalan kaki yang konyol itu.     

Ia bahkan terlalu malas untuk membantahnya.     

Mereka berdua tiba di depan restoran. Aksa langsung membukakan pintu untuk Sabrina dengan cara yang sangat gentleman. Tidak hanya itu, ia juga menarik kursi untuk Sabrina dan mempersilahkan gadis itu untuk duduk.     

Setelah itu, mereka memesan menu istimewa di restoran tersebut.     

Sabrina baru pertama kali makan di restoran tersebut. Restoran itu memiliki dekor yang cukup unik dan kekinian, sehingga Sabrina memandang ke sekelilingnya untuk menikmati desain interiornya.     

Aksa memandang ke arahnya. Ia pikir, Sabrina khawatir terhadap privasi mereka sehingga ia bertanya. "Apakah kamu takut difoto?"     

"Apa?" Sabrina tidak mengerti.     

"Jangan khawatir. Tidak apa-apa kalau kamu digosipkan denganku," kata Aksa dengan santai. Ia menundukkan kepalanya dan mulai makan.     

Menu istimewa di restoran itu sangat enak. Dagingnya sangat lembut dengan bumbu khas yang tidak bisa ditemukan di restoran lainnya. Aksa makan dengan sangat nikmat, bukan dengan cepat seperti orang yang menghabiskan seluruh makanannya dalam sepersekian detik.     

Saat Aksa menundukkan kepalanya cukup lama, Sabrina berusaha untuk mengintip di balik leher pria itu.     

Tetapi sayangnya, Aksa malah memergoki Sabrina saat ia mengangkat kepalanya sehingga mata mereka beradu satu sama lain.     

Sabrina langsung mengangkat gelas minumnya dan berpura-pura tenang sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.     

"Apakah kamu merasa aku tampan? Kamu pasti ingin jatuh cinta padaku …"     

Sabrina terbatuk dan air yang baru saja ia minum hampir saja ia muntahkan.     

Ia tidak sempat melihat keseluruhan leher Aksa, tetapi ia merasa bahwa fitur tubuhnya cukup mirip. Memang sepertinya Aksa adalah pria yang ada di foto itu.     

Tetapi mengapa Aksa selalu menggodanya dengan tenang? Menggodanya tanpa berpikir terlebih dahulu …     

Apakah ia benar-benar tidak ingat kejadian tiga tahun lalu?     

Sabrina merasa tidak apa-apa kalau Aksa tidak ingat. Tetapi kalau ternyata Aksa mengingat semua kejadian itu, tetapi tetap berpura-pura dan terus menggodanya, itu artinya Aksa bisa memendam perasaannya dengan sangat baik, bahkan jauh lebih baik dari aktor mana pun.     

Sabrina merasa ia tidak bisa tinggal bersama dengan Aksa terlalu lama. Ia harus segera pergi dari sana.     

Sabrina terlihat sangat panik. Tetapi Aksa tidak mengerti kepanikan itu. Ia tidak tahu kalau saat ini Sabrina benar-benar takut rahasia terdalamnya yang terjadi tiga tahun lalu akan terkuak.     

Aksa sama sekali tidak paham …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.