Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Kenal Takut



Tidak Kenal Takut

0"Kemarin malam, aku kembali ke rumah kakekku. Kakek meminta empat pria lajang di keluargaku untuk segera mencari kekasih secepat mungkin," kata Maya.     
0

"Jadi?" tanya Sabrina dengan acuh tak acuh, membuat Maya merasa sedikit kesal.     

"Jadi, kamu harus berpikir dengan jelas. Jangan terlalu cepat memutuskan, tetapi juga jangan terlalu menggantungkan mereka. Saat nenekku mengatur kencan buta untuk mereka, mungkin kamu akan kehilangan mereka semua," kata Maya dengan sengaja.     

Sabrina merasa hatinya tergerak. Ia berusaha untuk tidak peduli, tetapi bagaimana bisa ia tidak peduli saat memikirkan bahwa mereka bertiga akan berkencan dengan wanita lain.     

Tetapi apa artinya?     

Ia tidak bisa bersama dengan Arka. Apa gunanya menyeret kedua yang lainnya?     

Seperti apa yang Maddison katakan, kalau ia tidak bisa memilih siapa pun tetapi tetap menggantung mereka bertiga di sekitarnya, maka ia benar-benar brengsek.     

"Aku memutuskan untuk tetap single. Nenekmu kenal banyak orang. Biarkan saja nenekmu mengatur kencan buta untuk mereka. Tiga dari empat pria lajang di keluargamu sudah cukup matang untuk menikah. Sementara Adrian masih seusiamu dan masih bisa menunggu," kata Sabrina.     

"Baiklah. Suatu hari nanti, kamu pasti akan menyesal," Maya tidak mau berbicara lagi.     

…     

Di siang hari, Arka mengajak Sabrina untuk makan malam bersama, tetapi Sabrina langsung menolaknya.     

Ia mengajak Sabrina untuk menonton bioskop, tetapi Sabrina menolaknya lagi.     

Aksa juga mencoba untuk membuat janji dengan Sabrina berulang kali, tetapi Sabrina menolaknya.     

Dengan tekad untuk berusaha, Mason datang ke perusahaan untuk mencegat Sabrina. Tetapi Sabrina akhirnya melarikan diri ke tempat parkir bawah tanah.     

Situasinya terus menerus terjadi hingga akhir pekan. Tidak ada satu pun dari mereka yang berhasil bertemu dengan Sabrina.     

Sabrina benar-benar bertekad untuk menghindari mereka.     

Di akhir pekan, di siang hari, Arka, Aksa dan Mason sedang bermain basket.     

Aiden sudah menentukan peraturan di rumahnya. Ia setuju anak-anaknya untuk keluar dari rumah dan tinggal sendiri setelah dewasa, tetapi ia harus pulang dan makan malam setiap akhir pekan.     

Tentu saja kalau mereka tidak keluar untuk tinggal sendiri dan memutuskan untuk tinggal di rumah saja, Aiden tetap bisa menghidupi mereka.     

Setelah lelah bermain, mereka duduk di sebuah kursi, di tempat istirahat dan mengobrol.     

"Paman, sebenarnya ada apa dengan Sabrina? Mengapa tiba-tiba ia menolak untuk bertemu dengan kita? Ia tiba-tiba saja memasang cincin di jari kelingkingnya dan mengumumkan bahwa ia single," tanya Mason.     

Aksa menggaruk kepalanya, "Apakah ini benar-benar berhubungan denganku?"     

Arka memandangnya dengan tatapan dalam dan tidak mengatakan apa pun.     

"Kak, mengapa kamu menatapku seperti itu? Apakah benar ada hubungannya denganku?" mata Aksa terlihat penuh dengan ketakutan. "Apakah aku mengecewakan Sabrina?"     

"Aku sudah lelah. Aku mau pulang," Arka tidak mau menjawabnya. Ia memakai kembali bajunya dan pergi.     

Aksa sama sekali tidak ingat dan Arka tidak berniat untuk memberitahunya. Arka sudah berpikir selama beberapa hari, ia merasa Aksa bukanlah seseorang yang tidak memahami hubungan antara pria dan wanita.     

Kalau Aksa bersikeras bahwa ia tidak pernah berhubungan dengan Sabrina, apakah mungkin Sabrina yang salah?     

Arka memiliki pengalamannya sendiri, mabuk dan salah mengira Anna sebagai Sabrina. Apakah mungkin Sabrina salah mengenali orang?     

Beberapa hari terakhir ini, Sabrina terus menerus menghindari mereka bertiga. Tetapi Arka tidak menyerah.     

Ia harus tahu siapa pria yang pernah berhubungan dengan Sabrina saat itu dan bagaimana kejadian itu bisa terjadi.     

Sabrina begitu sedih hari itu, menangis sejadi-jadinya sehingga Arka tidak bisa menanyakan apa yang terjadi.     

Arka berniat untuk menanyakannya kembali saat Sabrina sudah kembali tenang.     

…     

Sabrina memutuskan tidak menikah seumur hidupnya, sehingga ia memusatkan perhatiannya pada pekerjaan.     

Ia selalu ingin mendesain seri perhiasan yang eksotis. Beberapa hari terakhir ini, ia pergi untuk melakukan inspeksi di toko-toko saat ia senggang. Ia menyadari bahwa model baru perhiasan dari perusahaannya dan koleksi yang tradisional semakin lama menjadi semakin tidak laku.     

Untuk beradaptasi dengan minat pembeli, sebagian besar industri perhiasan mulai melakukan inovasi. Selama beberapa tahun terakhir ini, banyak tren eropa dan amerika yang mulai terkenal di antara para konsumen.     

Sabrina belajar ke luar negeri untuk mempelajarinya.     

Tetapi di benaknya, ia selalu merasa bahwa industri perhiasan Indonesia masih memiliki potensi yang besar untuk bisa berkembang. Indonesia memiliki budaya yang luas dan mendalam. Mengapa ia tidak bisa mendesain perhiasan seri khas Indonesia yang unik?     

Ia sudah memberitahu Della mengenai ide ini dan Della juga mendukungnya.     

Della memberitahu semua departemen perhiasan untuk bekerja sama dan menuruti ide baru Sabrina.     

"Ibu, kamu memang ibu yang terbaik. Aku sangat senang bisa mendapatkan dukunganmu," Sabrina memeluk Della dengan sangat erat.     

Walaupun Della sudah memiliki dua orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan, Della masih seorang wanita yang menawan dan seksi.     

Ia tersenyum dan berkata, "Maya bilang kamu sudah membuat beberapa rancangan. Ibu sudah meminta semua departemen untuk bekerja sama denganmu. Kamu bisa langsung membuat sampelnya dan mulai memikirkan bagaimana mempromosikannya."     

"Baiklah!" Sabrina bertekad untuk melakukan sesuatu yang besar dan membuat ibunya bangga.     

Della juga mempelajari desain perhiasan. Baik Della maupun Sabrina sama-sama memiliki standar yang tinggi, sehingga percakapan mereka sangat lancar.     

Sabrina akan berkonsultasi pada ibunya kalau ia memiliki ide baru dan mengungkapkan ide yang ada di pikirannya. Sesekali, Della akan memberikan saran yang membangun untuknya.     

"Ibu, apakah aku perlu mencari pengalaman lagi di luar negeri? Mungkin kalau aku pergi, aku bisa mendapatkan inspirasi baru," Sabrina bertanya dengan serius, ingin pergi ke suatu tempat untuk berkelana.     

Della tertawa, "Kamu sudah berusia berapa? Tidak mudah untuk mencari pengalaman di usia segini. Aku akan mengajakmu ke tempat yang bagus malam ini. Seharusnya kamu bisa mendapatkan inspirasi di sana."     

"Tempat apa?" tanya Sabrina dengan penasaran.     

Della menepuk punggung tangannya dan bibirnya tersenyum dengan indah. "Di kota ini juga ada mall dengan style dari luar negeri. Kamu tidak perlu pergi ke luar negeri untuk mencari inspirasi."     

"Benarkah? Adakah tempat itu di kota ini?" mata Sabrina berbinar dengan cerah.     

"Aku akan mengirimkan alamatnya padamu dan pergilah untuk berbelanja di sana agar kamu bisa mendapatkan inspirasi di sana," Della langsung mengirimkan lokasinya ke ponsel Sabrina.     

Sekitar jam empat sore, Sabrina meninggalkan kantornya dan siap untuk berjalan-jalan, mencari inspirasi.     

Tidak disangka, ponselnya berbunyi begitu ia masuk ke dalam mobil.     

"Sabrina, aku akan menjemputmu jam lima sore dan mengajakmu ke tempat yang menyenangkan," suara Aksa terdengar dari seberang telepon.     

"Maaf, aku sudah ada janji malam ini …" Sabrina menolaknya dengan sopan.     

Aksa tidak mendengarkannya dan langsung menyela kata-katanya, "Sabrina, kamu sudah berkencan dengan kakakku. Tetapi mengapa kamu menolakku? Kalau kamu tidak mau memberiku kesempatan, bisakah kamu memberitahuku mengapa kamu tidak mau bertemu denganku? Bagaimana kamu bisa tahu apakah kamu menyukaiku atau tidak, kalau kamu tidak mau pergi denganku? Aku bahkan tidak sempat berkencan denganmu minggu ini. Aku benar-benar sedih melihatmu seperti ini."     

"Kak Aksa, bisakah kamu bertindak masuk akal sedikit? Aku memutuskan untuk mengabdikan diriku pada karirku. Aku ingin memenangkan penghargaan desain. Sebagai temanku, bukankah seharusnya kamu mendukungku? Aku tidak ingin jatuh cinta dan aku tidak ingin berkencan," kata Sabrina pada Aksa.     

"Aku tidak masuk akal? Kalau aku tidak masuk akal, aku tidak akan membuat janji denganmu berulang-ulang. Mungkin aku akan langsung mengajakmu untuk pergi ke hotel dan menikmati malam pertama," bibir Aksa melengkung membentuk senyum nakal.     

Semakin Sabrina panik, menurut Aksa ia semakin manis dan Aksa semakin ingin menggodanya.     

"Beraninya kamu!" kata Sabrina dengan mata terbelalak.     

"Apakah kamu mau mencoba aku berani atau tidak? Aku akan menculikmu sekarang juga," Aksa tersenyum jahat dan berkata dengan suara dalam.     

Saat mengatakan hal ini, tanpa sadar pikirannya menuju ke arah sana. Dan jakunnya naik turun karena ia terus menelan ludahnya sendiri.     

Saat Sabrina memikirkan mengenai sifat Aksa yang tidak kenal takut, ia langsung merasa ketakutan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.