Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Masa Lalu yang Terkuak



Masa Lalu yang Terkuak

0"Kamu. Bukankah kamu senggang?" tanya Bella.     
0

Adel sengaja menjawab. "Aku yang mengatur puluhan toko Iris dan aku terlalu sibuk. Ibuku adalah kepala sekolah Iris Perfume Academy. Jarang-jarang ia mendapatkan hari libur seperti ini sehingga ia harus banyak beristirahat. Selain itu, akan ada peluncuran produk baru sebentar lag. Aku rasa, di keluarga ini, hanya ayahku yang punya banyak waktu …"     

"Aku tidak mau bermain dengan Paman. Ia tidak asyik!" Bella langsung menolak sebelum Adel bisa menyelesaikan kata-katanya.     

Aiden memandang Bella dengan dingin, membuat gadis itu langsung melangkah mundur dan bersembunyi di belakang Adel.     

Anya merasa semua ini sangat lucu. Memang pantas Bella ini adalah anak Raisa, mereka berdua sama-sama polos.     

Bella bilang ia tidak mau bermain bersama dengan Aiden. Memangnya Aiden mau mengajaknya untuk bermain?     

"Kami harus kembali bekerja dari senin sampai jumat dan kami akan kembali saat makan malam bersama di akhir pekan. Kalau tidak ada yang mendesak, kami akan pulang lebih awal agar bisa menemanimu," Adrian mengambil inisiatif untuk berbicara terlebih dahulu.     

"Mengapa kalian semua sangat sibuk?" Bella cemberut.     

"Dunia orang dewasa memang sulit. Kita semua lahir di Keluarga Atmajaya. Meski kita lahir di keluarga yang bagus, tetap saja kita harus bekerja keras agar tidak kehilangan semuanya itu. Kalau kamu mau belajar sesuatu, aku bisa menemanimu untuk magang di Iris," kata Adel dengan sabar.     

"Dua kakakku dan aku juga bisa mengatur magang kalau kamu mau magang di perusahaan," kata Adrian dengan lembut.     

Arka dan Aksa tidak mengatakan apa pun. Mereka berdua tidak berniat mengajak Bella untuk bekerja di perusahaannya. Bagi mereka, Bella adalah seorang putri yang sangat manja dan tidak mengerti apa-apa. Tidak ada yang mau bermain dengannya.     

"Kalian tidak perlu bersemangat seperti itu. Aku sama sekali tidak kepikiran ingin belajar sementara ini. Aku juga tidak mau magang. Aku pergi ke Indonesia untuk beristirahat, makan, dan bersenang-senang," Bella tersenyum dengan canggung.     

"Baiklah kalau begitu, aku harap kamu bersenang-senang," Arka bangkit berdiri. "Ayah, ibu, besok aku harus bekerja. Aku akan pulang dulu."     

"Aku juga akan pulang. Aku belum bertemu dengan Sasa hari ini, ia pasti rindu padaku," Sasa yang Aksa maksud adalah kucingnya. Awalnya ia ingin menamai kucing itu Sabrina, tetapi Arka, Mason dan bahkan Sabrina sendiri menolak.     

Pada akhirnya, ia mengambil suku kata awal nama Sabrina dan suku kata akhir namanya, Sasa.     

Walaupun Sabrina masih tidak senang, tetapi Aksa bersikeras sehingga Sabrina hanya bisa menyerah.     

Aksa adalah seorang pria yang jangkung dengan tinggi 180 meter. Tetapi di rumah ia adalah budak kucing peliharaannya. Ia mau melakukan apa pun untuk Sasa yang ia anggap sebagai ratunya.     

Setelah Arka dan Aksa pergi, Adel juga naik ke kamarnya untuk mandi. Seorang pelayan mengantar Bella ke kamar tamu, kamar yang disiapkan untuknya tinggal.     

Sementara itu, Adrian masih duduk di sofa, terlihat ingin menanyakan sesuatu pada orang tuanya.     

"Adrian, apa ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya Aiden dengan tenang.     

"Ayah, apa maksud kakek hari ini? Aku memikirkannya baik-baik. Walaupun akhir-akhir ini kakek semakin pikun, pada saat mengatakannya tadi, ia terlihat sadar dan sehat. Apakah ayah dan ibu menyembunyikan sesuatu ari aku?" tanya Adrian.     

Aiden dan Anya saling berpandangan satu sama lain. "Anya, Adrian sudah besar dan sekarang ia sudah mengambil alih Pratama Group. Ada baiknya ia mengetahui semua ini lebih awal, dari mulut kita sendiri. Dari pada suatu hari nanti ada seseorang yang berniat untuk menggunakan masalah ini untuk menyerangnya."     

Anya tahu bahwa ia tidak akan bisa menyembunyikan masalah ini selamanya. Tidak mungkin dinding yang ia bangun untuk melindungi Adrian akan bertahan selamanya.     

Suatu hari nanti, pasti akan ada orang yang berniat menjatuhkannya.     

Kalau ia tetap menyembunyikan masalah ini dan suatu hari Adrian mengetahuinya dari orang lain, rasa sakit yang ia rasakan akan lebih besar. Mungkin Adrian akan menyalahkan mereka.     

"Ayo kita bicarakan masalah ini di ruang kerja," Anya merasa membahas masalah ini di ruang keluarga tidak aman. Oleh karena itu, ia mengajak Adrian untuk pergi ke ruang kerja Aiden di lantai dua.     

Setelah memasuki ruangan tersebut, Anya menutup pintu dan menguncinya.     

Pelayan di rumah Aiden adalah pelayan lama yang sudah bekerja untuk Aiden dan Anya selama bertahun-tahun. Mereka sangat tahu mengenai sifat Aiden. Oleh karena itu, tidak ada satu pun dari mereka yang berani mengintip, menguping atau bahkan memasuki ruangan itu.     

Tetapi Anya merasa jauh lebih aman untuk mengunci pintu tersebut.     

Adrian cukup terkejut saat melihat ibunya mengunci pintu.     

Dari keseriusan di wajah Aiden dan kehati-hatian Anya, Adrian merasa bahwa memang ada sebuah rahasia besar yang disembunyikan darinya selama ini.     

"Adrian, apakah kamu merasa kami mencintaimu selama ini?" tanya Aiden dengan sabar.     

"Kalian berdua adalah orang tua yang terbaik. Semua temanku mengagumi keluarga kita," kata Adrian sambil tersenyum.     

"Di rumah ini, ada empat anak. Terkadang, mungkin kami berdua tidak bisa mengurus kalian semua bersamaan. Apakah kalian pernah merasa diabaikan atau pernah merasa kami tidak adil?" tanya Anya.     

Adrian menggenggam tangan Anya dengan lembut. "Kalian berdua selalu adil, tidak pernah pilih kasih dan memperlakukan kami semua setara. Malah mungkin ibu lebih sayang padaku karena aku adalah yang termuda di keluarga sehingga ibu takut dua kakakku akan menindasku, kan?"     

Anya tertawa mendengarnya. "Saat kami kecil, tubuhmu lemah dan sering sakit-sakitan. Kamu bisa tumbuh besar dengan sehat seperti ini sudah merupakan kebahagiaan tersendiri untukku.     

"Sebenarnya aku merasa bersalah karena masalah kesehatanku. Saat aku bermain dengan kakak-kakakku, semuanya baik-baik saja, tetapi aku jatuh sakit. Melihatmu menyalahkan dua kakakku karena tidak bisa menjagaku dengan baik membuatku merasa bersalah pada mereka. Ini bukan salah mereka, tetapi salah tubuhku yang tidak cukup kuat. Kak Arka dan Kak Aksa sangat baik padaku," saat mengingat kembali mengenai masa kecilnya, Adrian merasa hatinya dipenuhi dengan perasaan hangat dan cinta pada keluarganya.     

Aiden mengangguk, "Sejak kecil kamu memang perhatian pada semua orang sehingga kami tidak berani memberitahumu mengenai masa lalumu."     

"Masa lalu apa?" Adrian terkejut dan menoleh untuk memandang ke arah Anya.     

…     

Pada saat ini, di kamar tamu lantai dua, Bella sedang mengelilingi kamarnya sambil memperhatikan kamar yang akan ditempatinya selama liburannya itu. Kamar itu sangat luas dan besar. Spreinya pun masih baru dan belum pernah dipakai sebelumnya. Tetapi yang membuatnya tidak puas dengan kamar ini adalah lokasi kamar ini yang terletak di ujung koridor. Selain itu, di luar jendela, ada sebuah pohon besar yang menghalangi pemandangannya.     

Terutama saat Bella melihat ke luar jendela di malam hari, saat angin bertiup, menggoyangkan batang-batangnya, Bella merasa seperti ada seseorang yang mengawasinya.     

Bella langsung turun ke lantai bawah utnuk mencari Anya. Tetapi tidak ada satu orang pun di ruang keluarga.     

Kebetulan, ia melihat Hana. Bella langsung berkata, "Kamu, suruh seseorang untuk memotong pohon yang menghalangi jendelaku. Kalau tidak, aku tidak akan bisa tidur malam ini."     

Hana adalah ibu mertua Nadine dan ia adalah anggota Keluarga Atmajaya juga. Secara kedudukan, posisinya di Keluarga Atmajaya cukup tinggi.     

Namun, Bella tidak memanggilnya dengan sebutan sopan dan bahkan hanya memanggilnya dengan sebutan 'kamu', bukan 'ibu', saat meminta Hana untuk memotong pohon di sebelah kamarnya.     

Hana tahu bahwa Ivan dan Raisa sulit untuk memiliki anak di awal pernikahannya. Bella sangat dimanja oleh kedua orang tuanya. Ditambah lagi, dengan ibu seperti Raisa, ia tidak akan bisa mengajari putrinya untuk bersikap sopan. Oleh karena itu, Hana tidak tersinggung.     

"Nona, semua pekerja sudah beristirahat jam segini. Kalau memang mengganggu pemandanganmu, kamu bisa menutup tirainya saat kamu sedang tidur. Besok pagi-pagi sekali, aku akan menyuruh seseorang untuk memotong pohonnya," kata Hana.     

"Sejak kecil, tidak ada yang pernah menentang kata-kataku. Aku tidak peduli, kalau kamu tidak memotong pohon itu hari ini, aku tidak akan bisa tidur. Meskipun tirainya ditutup sekali pun, bayangannya masih kelihatan," Bella tidak mau menyerah.     

Sebenarnya Hana sudah tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi di rumah itu. Ia ingin ikut Harris dan Nadine untuk tinggal di luar negeri. Tetapi setelah mencoba, ia mengetahui bahwa ia tidak terbiasa dengan kehidupan di luar negeri sehingga ia kembali ke Indonesia.     

Anya meminta Hana untuk tinggal di rumahnya, karena Anya tidak mau Hana tinggal sendirian dan tidak ada yang mengurusnya di masa tuanya.     

Semua anak-anak di Keluarga Atmajaya diurus oleh Hana sejak mereka masih kecil sehingga mereka semua sangat hormat dan sopan pada Hana, bahkan Aiden sekali pun. Hanya Bella satu-satunya orang yang berani berbicara pada Hana dengan tidak sopan seperti ini.     

Tetapi Hana masih menghadapi Bella dengan sangat sabar.     

"Nona, apakah kamu mau pindah ke kamar tamu di lantai bawah? Di kamar itu tidak ada pohon yang menghalangi jendela," saran Hana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.