Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kalau Pria Itu adalah Kamu



Kalau Pria Itu adalah Kamu

0"Aku belum pernah menonton film semacam itu. Ada film apa saja hari ini?" Sabrina merasa sangat tertarik saat mendengar bahwa mereka akan menonton film dari mobil.     
0

Tidak ia sangka sekarang ada sistem seperti itu.     

"Aku juga baru pertama kali ke sini. Tadi kamu memberitahu makananmu, sama saja dengan memberitahu posisimu pada Mason. Aku yakin ia akan datang dan menghancurkan kencan kita. Jadi aku menanyakan tempat kencan pada asistenku dan ia memberiku rekomendasi tempat ini," kata Arka sambil tersenyum.     

"Aku sudah tidak sabar!" Sabrina tersenyum dengan manis.     

Saat membayangkannya saja, ia sudah merasa senang. Duduk di mobil sambil menonton. Ia bisa melihat langit berbintang di atas kepalanya dan juga bisa menikmati pemandangan sungai di depannya.     

Saat mereka tiba di sana, mereka melihat ada banyak orang yang sedang berjalan di pinggir sungai dari kejauhan.     

Di daerah tersebut suasana terasa sangat tenang. Hanya ada lampu yang redup, menyinari jalan setapak di pinggir sungai. Bangunan-bangunan tinggi pun tidak nampak terlalu jelas di malam hari.     

"Kak, suasananya sangat menyenangkan. Jam berapa filmnya dimulai? Apakah kita bisa jalan-jalan dulu?" tanya Sabrina.     

Arka memandang ke luar jendela. "Filmnya mulai 20 menit lagi. Sekarang kita harus membeli tiket dan segera masuk. Kita bisa berjalan-jalan setelah menonton."     

"Baiklah," jawab Sabrina.     

Setelah membeli tiket, Arka mengendarai mobilnya menuju ke tempat parkir dan mencari tempat yang paling strategis. Setelah itu, ia mengatur tempat duduk di mobilnya agar mereka bisa menonton film dengan nyaman.     

"Mau minum?" Arka membukakan sebuah botol air minum dan memberikannya pada Sabrina.     

Sabrina menerimanya dan meminumnya sambil melihat ke mobil-mobil yang ada di sekeliling mereka. "Kak, aku lihat semua orang yang datang untuk menonton film di sini semuanya adalah pasangan kekasih."     

"Sepertinya begitu. Ini adalah tempat yang tepat untuk berkencan," jawab Arka.     

"Asistenmu memang sangat hebat dan bisa diandalkan. Suasananya memang sangat bagus. Pemandangan sungainya sangat indah dan kamu juga bisa melihat bintang di atas langit," Sabrina merasa sangat puas di sana.     

Tetapi sebelum filmnya di mulai, ia menemukan ada yang salah.     

Film yang sedang ditayangkan adalah film romantis, tetapi sekarang adegan yang ditampilkan adalah adegan mesra.     

Diam-diam, Sabrina menelan ludahnya. Ia merasa film semacam ini tidak cocok untuk dilihat di tempat sekecil mobil.     

Meski ia tidak menoleh, ia bisa merasakan tatapan Arka padanya.     

"Di sini sedikit panas. Bisakah aku menurunkan suhu AC-nya?" Sabrina mengulurkan tangannya untuk mengatur suhu AC, tetapi tiba-tiba saja Arka menangkap tangannya.     

"Sabrina …" suara Arka terdengar rendah dan sedikit serak.     

"Kita sedang menonton film," Sabrina segera menarik tangannya, sama sekali tidak berani memandang ke arah Arka. Ia hanya bisa bersandar di pinggir jendela untuk menjauh dari Arka.     

Tetapi adegan di film tersebut semakin lama malah semakin panas. Dan pasangan di mobil sebelah tiba-tiba saling berciuman.     

Sabrina terkejut saat melihat mereka sehingga ia menoleh ke arah satunya, menemukan Arka sedang memandang ke arahnya.     

Rasanya, suhu di mobil itu terasa semakin panas dan suasana yang ambigu itu semakin menjadi-jadi di bawah suhu yang terus meningkat.     

Tiba-tiba saja Arka mendekatinya dan mencium bibir Sabrina. Sabrina hanya bisa mengepalkan tangannya dengan gugup, tidak berani bergerak.     

"Tenanglah," kata Arka dengan suara lembut.     

"Kak, ayo kita pergi dari sini," saat Sabrina mengatakannya, mobil di sampingnya tiba-tiba sedikit bergoyang.     

Arka menundukkan kepalanya dan tertawa kecil. "Bukankah kamu bilang ini adalah tempat yang menyenangkan.     

"Tetapi ini kan di luar ruangan. Ada banyak orang di luar," wajah Sabrina memerah karena malu. Ia tidak berani melihat ke arah luar jendela lagi.     

Tubuh Arka tinggi sehingga ruangan di mobil itu terasa sempit untuknya. Meski mobilnya cukup besar, sekarang ia hanya bisa menunduk dan memandang wajah Sabrina.     

"Apakah kamu tidak menyukainya?" Arka mengecup pipinya dengan lembut dan berbisik di telinganya.     

Sabrina merasa bahwa ia sudah berada di bawah kendali Arka. Wajahnya semakin memerah dan ia berbisik. "Kak, kamu … Kamu mesum!"     

"Aku hanya ingin melakukan ini denganmu," tidak tahu kapan Arka menekannya, tiba-tiba saja kursi Sabrina semakin turun ke bawah. Kursinya berubah menjadi sebuah sofa yang empuk dan ruangan di mobil itu menjadi sedikit lebih lebar. Setidaknya, Arka bisa merentangkan kakinya agar tidak terlalu kaku.     

Sabrina merasa gugup dan ingin bersembunyi, tetapi ia juga ingin tetap berada di sana.     

Akhirnya, ia berkata, "Kak, tenanglah. Tarik napas dan hembuskan. Tenanglah!"     

"Sabrina, yang harus tenang itu kamu. Jangan terlalu gugup," wajah Arka terlihat lembut. Tangannya memegang pinggang Sabrina dengan erat.     

Sabrina ingin bersembunyi ketakutan, tetapi tempatnya terlalu kecil. Ia tidak tahu harus bersembunyi ke mana.     

"Kak, maafkan aku. Aku tidak … Aku tidak bisa menyukaimu. Aku mau, tetapi aku tidak bisa. Ak-Aku … Aku …" Sabrina tiba-tiba saja menangis.     

Tidak pernah sekali pun selama hidupnya Arka melihat Sabrina menangis sesedih ini. Sebenarnya saat mereka mengobrol di kantor, saat Sabrina menanyakan siapa pria yang berada di belakang Anna, ia ingin mengaku.     

Tetapi Arka terlalu takut. Ia menanyakan apa yang akan Sabrina lakukan. Meski Sabrina bilang ia tidak akan marah, Arka tetap ingin mengubur masa lalunya bersama dengan Anna.     

Melihat Sabrina menangis seperti ini sekarang, Arka langsung memeluknya dan berkata dengan panik. "Sabrina, jangan menangis. Semua ini salahku. Aku membuatmu takut, ya?"     

"Aku … Aku punya pria lain," kata Sabrina.     

"Apa?" Arka memandangnya dengan terkejut. "Siapa itu?"     

"Jangan tanya lagi. Aku minta maaf, Kak. Tetapi aku tidak bisa bersama denganmu," Sabrina menangis dan membuka pintu mobil. Ia mengambil tasnya dan berlari dari sana.     

Ia langsung berlari ke arah pinggir sungai dan duduk di salah satu kursi.     

Arka mengeluarkan mobilnya dari tempat parkir itu dan mengejar Sabrina, tetapi ia hanya bisa memandangnya dari kejauhan. Tidak berani mendekatinya.     

Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan. Bagaimana ia cara menghiburnya?     

Apa yang harus ia katakan untuk membuat Sabrina tidak sedih lagi? Apakah ia harus bilang bahwa ia tidak peduli meski Sabrina punya pria lain?     

Tidak. Ia terlalu peduli pada Sabrina. Bagaimana mungkin ia membiarkan putrinya itu memiliki pria lain?     

Kalau ia tahu siapa pria itu, ia pasti akan menguliti pria itu dan membunuhnya dengan cara yang kejam.     

'Kalau kamu sudah bersama dengan Sabrina, mengapa kamu tidak memperlakukannya dengan baik?' batin Arka.     

Setelah duduk di mobil selama setengah jam, Arka sudah berpikir panjang dan akhirnya memutuskan untuk mengakui semuanya pada Sabrina.     

Ia menarik napas dalam-dalam, berjalan ke arah Sabrina dan duduk di sampingnya.     

"Sabrina, sebenarnya aku juga pernah melakukan sesuatu yang mengecewakanmu. Bukan karena aku menciummu saat kita masih kecil, tetapi aku juga pernah berhubungan dengan wanita lain. Aku merasa aku sudah mengkhianatimu dan tidak bisa memaafkan diriku sendiri. Berulang kali aku merasa bersalah dan merasa tidak pantas untukmu. Aku tidak berani memandangmu, tidak berani mengharapkanmu," kata Arka dengan suara pelan.     

Sabrina menoleh dan memandang ke arah Arka dengan air mata bercucuran. "Apakah kamu sengaja mengarangnya untuk menghiburku?"     

"Tidak, aku tidak mengarangnya. Terakhir kali saat kita memetik blueberry bersama-sama, kamu tanya padaku apa yang akan aku lakukan saat kamu sedang mabuk …" kata Arka.     

Sabrina terkejut mendengarnya, "Kamu adalah pria di belakang Anna?"     

Arka memandang Sabrina dengan terkejut. Kalau ia bilang pada Sabrina bahwa ia pernah berhubungan dengan Anna, bagaimana pendapat Sabrina mengenai dirinya?     

Sabrina sangat membenci Anna karena masalah yang menimpa perusahaannya. Bagaimana mungkin Arka berani mengatakan bahwa wanita yang bersama dengannya dulu adalah Anna?     

"Bukan. Wanita lain. Aku pernah mabuk dan tanpa sadar melihat wanita itu sebagai kamu. Setelah itu, aku benar-benar menyesal dan berusaha untuk menjelaskannya padamu. Tetapi aku takut. Aku … Aku hanya bisa menyembunyikannya darimu.     

"Sabrina, aku tahu bagaimana perasaanmu karena aku juga pernah merasakan hal yang sama. Aku merasa bersalah, aku merasa telah mengkhianatimu dan aku merasa membenci diriku sendiri," Arka menarik tubuh Sabrina ke pelukannya.     

Sabrina menangis sejadi-jadinya. "Kak, apa yang harus aku lakukan? Aku berharap pria itu adalah kamu. Kalau pria itu adalah kamu, semuanya akan baik-baik saja."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.