Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Perkumpulan Keluarga Atmajaya



Perkumpulan Keluarga Atmajaya

0Sabrina melihat ketiga anak muda di hadapannya yang makan dengan lahap dan bahagia. Nafsu makan ketiga anak muda ini sungguh luar biasa. Tanpa sadar, Sabrina menghela napas panjang. "Memang muda itu menyenangkan."     
0

"Kak Sabrina, tadi kamu diam-diam mengambil fotoku saat aku sedang berkencan dengan Maddison. Kamu mengirimnya ke siapa?" Rio mulai bertanya setelah mulai kenyang.     

Sabrina tertawa. "Memangnya kenapa?"     

"Tidak lama setelah kamu pergi, ia mendapatkan banyak telepon, menyuruhnya untuk segera pulang dan tidak memperbolehkannya untuk dekat denganku," Rio memandang ke arah Sabrina. "Mengapa kamu mengacaukan kencanku?"     

"Kalau aku ingat lagi, bukankah aku yang memberikan jadwal Maddison padamu dan membuatmu mendapatkan kesempatan kencan bersamanya?' tanya Sabrina dengan muram.     

Jason terlihat terkejut, "Apa yang barusan aku dengar? Kamu mengejar sepupuku?"     

"Jason, aku akan menjadi kakak iparmu," Rio merangkul Jason dan tertawa.     

"Pergilah!" Jason langsung menyingkirkan tangan Rio dan segera bangkit berdiri. Ia sudah siap untuk pergi. "Akhir-akhir ini kamu tidak mencariku. Ternyata karena ini."     

"Ke mana kamu akan pergi? Kak Sabrina mentraktir kita makan. Mengapa kamu malah pulang," Rio berusaha untuk menahan Jason.     

Jason memandang ke arah sahabatnya dengan tidak berdaya. "Mengapa kamu selalu membuat masalah di mana pun? Pertama kamu mengejar Kak Sabrina sehingga kedua pamanku dan sepupuku marah padaku. Sekarang, kalau kamu mendekati Kak Maddy, semua keluargaku akan menghajarmu. Termasuk ibuku."     

"Apakah aku seburuk itu?" tanya Rio dengan tidak percaya.     

Setelah ia mengatakannya, Jenny benar-benar datang dan menjewer telinga Rio lagi. "Kamu ini. Kamu mau mendekati Maddy? Apakah tidak cukup membuat masalah?"     

"Ibu, kalau ada masalah bicarakan baik-baik. Jangan seperti ini," Rio berusaha untuk membujuknya.     

"Apa yang kamu katakan? Orang tuamu sedang tidak ada di Indonesia. Sebagai ibu baptismu, aku harus menjagamu. Kamu telah melakukan kesalahan besar. Apakah aku tidak mendidikmu dengan baik? Kamu makan dan minum disini dengan santai, tetapi aku dipanggil ke rumah oleh kakekku," Jenny menendang Rio.     

Malam itu, di rumah Keluarga Atmajaya, Bima memanggil semua anggota keluarganya untuk berkumpul. Bima sudah sangat tua sehingga ia harus dibantu oleh seorang pelayan yang mendorong kursi rodanya ke posisi utama.     

Aiden dan Anya duduk di sisi kiri Bima, sementara Nico dan Tara duduk di sisi kanannya, bersama dengan maria.     

Di belakang Nico, Mason dan Maddison berdiri bersebelahan. Sementara itu ada empat orang yang berdiri di belakang Anya dan Aiden, yaitu Arka dan Aksa, dan kembar palsu Adel dan Adrian.     

Adrian jarang datang untuk mengunjungi perkumpulan di rumah Keluarga Atmajaya. Alasannya sangat sederhana. Karena Adrian bukan anak Anya dan Aiden, melainkan anak Galih dan Jessica.     

Saat Anya memutuskan untuk membesarkan Adrian, ia berulang kali melakukan tes DNA dan Adrian memang putra kandung dari Galih dan Jessica.     

Galih dan Jessica sudah meninggal. Saat itu, kebetulan Anya baru saja melahirkan Adel. Untuk menghindari agar Adrian tidak dibawa oleh Eka, ayah Jessica, akhirnya Aiden mengumumkan bahwa Anya melahirkan anak kembar.     

Kalau sampai Adrian jatuh ke tangan Eka, mungkin suatu hari nanti Eka akan kembali dan mengacaukan keluarga mereka.     

Karena Adrian bukan anak dari Keluarga Atmajaya, Anya berusaha agar Adrian tidak sering-sering muncul di hadapan Bima agar tidak membuat ayah mertuanya itu marah.     

Hari ini, kondisi Bima cukup baik. Ia memandang ke arah keluarganya dan mengangguk dengan puas. Lalu ia bertanya. "Apakah Jenny belum datang?"     

"Aku akan meneleponnya." Nico langsung mengeluarkan ponselnya, berniat untuk menelepon Jenny. Tetapi belum sempat ia menelepon, suara Jenny langsung terdengar. "Kakek, apakah kamu merindukanku."     

"Kakakmu sudah datang sejak tadi, tetapi kamu malah datang terlambat. Kamu sudah tidak merindukanku lagi kan karena aku sudah tua?" kata Bima dengan sengaja.     

Jenny tertawa. "Kakek, ada kejutan yang tidak terduga hari ini."     

Pada saat itu, Maya dan Bella datang dari depan pintu bersamaan. Bella berdiri di hadapan Bima dengan senyum di wajahnya.     

"Kakek, apakah kamu tahu siapa ini?" Nico langsung tahu apa yang Jenny maksud.     

Bima memandang gadis itu, tetapi ia tidak mengenalnya. "Siapa gadis ini? Dia sangat cantik. Di rumah ini ada empat pria lajang dan tidak ada satu pun dari mereka yang punya pacar!"     

"Empat pria lajang yang disebut oleh kakek, angkat tanganmu!" teriak Nico dengan keras.     

Arka adalah orang pertama yang mengangkat tangannya, diikuti oleh Aksa. Sama halnya dengan Mason dan juga Adrian yang mengangkat tangan bersamaan.     

"Kalian semua tinggi dan besar seperti ini, tetapi masih tidak punya pacar juga. Kamu membuatku malu," kata Bima dengan kesal.     

Jenny tertawa dengan keras. "Kakek semakin tua malah semakin lucu!"     

"Tapi memang benar gadis ini sangat cantik. Lihatlah mereka berempat. Kalau ada yang kamu suka, katakan pada kakek," kata Bima dengan penuh semangat.     

"Kakek, aku Bella," Bella mengetahui bahwa Bima tidak mengingatnya sehingga ia hanya bisa melaporkan namanya.     

"Bella? Mengapa namanya sangat familier? Dari keluarga mana?" Bima menoleh dan memandang ke arah Maria.     

Maria tertawa. "Bella adalah anak Ivan dan Raisa. Apakah ayah lupa?"     

"Oh! Aku ingat. Bella sekarang sudah sebesar ini. Apakah kamu punya pacar?" tanya Bima dengan cemas.     

"Sepertinya setiap kali kakek melihat cucu-cucunya, yang paling ia pedulikan apakah cucu-cucunya punya pacar atau tidak. Kalian empat pria lajang, sebaiknya kalian cepat mencari kekasih!" Nico tersenyum.     

Bima menghela napas panjang. "Kalau aku tidak melihat mereka menikah dan berkeluarga, aku tidak akan bisa tenang saat mati. Aiden, empat anakmu sudah sangat besar. Jangan menunda lagi. Nico, kamu juga. Kalian harus mulai memperhatikan masalah anak kalian."     

"Kakek, kalau kakek menjaga kesehatan kakek baik-baik, kakek tidak hanya akan melihat kami menikah. Tetapi kakek juga bisa melihat anak-anak mereka menikah," kata Bella dengan manis.     

"Kakek, apakah kamu masih ingat aku?" Maya tersenyum dan berjalan ke arah Bima.     

"Kamu Jason, kan?" Bima menoleh ke arah cucunya. "Jenny, rambut Jason harus segera dipotong. Anak laki-laki tidak boleh memiliki rambut panjang seperti ini. Dan sepertinya ia kurang nutrisi. Lihat saja tubuhnya yang tidak terlalu tinggi."     

Maya terlihat pasrah dan tidak berdaya. Untuk ukuran seorang wanita, ia sudah sangat tinggi dibandingkan perempuan pada umumnya.     

Jenny langsung melambaikan tangannya dan memanggil Jason. Jason langsung berlari mendekat dan melapor pada Bima. "Kakek, Jason di sini."     

"Kalau ini Jason, siapa dia?" Bima merasa sedikit bingung. Sekarang keluarganya sudah sangat banyak dan ia sudah terlalu tua sehingga ia mulai pikun. Ia sudah punya cucu bahkan cicit sehingga ia sulit untuk mengingat siapa saja orang-orang di sekitarnya.     

"Kakek, aku Maya. Ibuku adalah Nadine," kata Maya, memperkenalkan dirinya.     

"Maya, aku ingat! Kamu adalah putri Nadine dan Harris. Kamu sekarang juga sudah sebesar ini. apakah kamu punya pacar?" saat Bima menanyakannya, semua orang yang ada di rumah itu langsung tertawa.     

"Tidak, Kakek. Apakah kamu bisa mengenalkan seseorang kepadaku?" tanya Maya dengan sengaja.     

"Sayangnya, sepupu tidak boleh menikah. Bagaimana kalau dengan Adrian?" saat Bima mengatakannya, semua orang di dalam ruangan itu langsung terdiam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.