Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Mau Menikah



Tidak Mau Menikah

0"Sayangnya sepupu tidak boleh menikah. Bagaimana kalau dengan Adrian?" saat Bima mengatakannya, semua orang di dalam ruangan itu langsung terdiam.     
0

Walaupun identitas Adrian bukanlah sebuah rahasia lagi di antara Keluarga Atmajaya, para anak-anak muda dan orang-orang di luar sana masih belum tahu.     

"Ayah, kamu lupa lagi. Adrian memang mengikuti nama belakang ibunya, tetapi ia adalah putraku. Sepupu tidak boleh menikah," kata Aiden dengan serius.     

Aiden menyayangi Adrian seperti menyayangi putranya sendiri. Ia tidak pernah pilih kasih terhadap semua anak-anaknya. Baginya, Arka dan Aksa adalah putranya, sama seperti Adrian.     

Saat Adrian masih kecil, Anya masih merasa tidak nyaman. Ia masih terbayang-bayang kenyataan bahwa Adrian adalah putra dari Jessica dan Anya tidak menyukainya.     

Tetapi Adrian sangat patuh sejak kecil. Ia sama sekali tidak rewel dan tidak menyusahkan Anya sehingga perlahan-lahan Anya mulai membuka diri dan menerimany.     

Bagaimana pun juga, anak-anak tidak bersalah. Adrian tidak pantas menanggung kesalahan orang tuanya.     

Dan dari hubungan darah, Adrian adalah adiknya. Anya sudah menjadi seorang ibu saat ia mendapatkan Adrian sebagai adiknya. Tentu saja tanggung jawab untuk mengurus dan membesarkan adiknya itu jatuh ke tangannya.     

Karena Aiden dan Anya memperlakukan keempat anaknya setara, tidak ada yang pernah mencurigai bahwa sebenarnya Adrian bukan anak dari Keluarga Atmajaya.     

Bahkan Adrian sendiri tidak mempertanyakannya, meski namanya bukan Adrian Atmajaya, melainkan Adrian Pratama.     

Ia punya dua kakak yang ada di atasnya, yaitu Arka dan Aksa. Ibunya memberikan nama Pratama sebagai nama belakangnya agar suatu hari nanti Adrian bisa mengambil alih Pratama Group.     

Itu saja sudah merupakan bentuk cinta dari kedua orang tuanya sehingga Adrian tidak berpikir apa pun.     

Tetapi hari ini, Bima mengungkapkan sebuah rahasia besar yang telah Keluarga Atmajaya pendam selama 24 tahun dari orang luar.     

Walaupun Bima sudah tua dan memiliki ingatan yang buruk, ia tetap selicik rubah, sama seperti dulu.     

Adrian memang dibesarkan oleh Aiden dan Anya. Aiden sendiri lah yang membimbing Adrian untuk mengambil alih Pratama Group dan menjadi CEO termuda.     

Dan CEO termuda Pratama Group ini merupakan santapan yang lezat untuk Bima.     

"Kamu masih belum memberitahunya?" tanya Bima. "Adrian hanya berhubungan darah dengan Anya. Sementara Maddy, Maya dan Bella tidak ada hubungan darah dengan Anya. Ini tidak bisa dianggap pernikahan keluarga. Adrian dibesarkan oleh keluarga kita sendiri sehingga kita mengenal bagaimana sikap dan sifatnya. Ia adalah anak yang baik dan tentu saja kita tidak boleh menyia-nyiakannya begitu saja."     

"Ayah, kamu sedang bingung sekarang. Jangan bicara lagi," Maria langsung menghentikan Bima agar tidak melanjutkan.     

"Aku tidak bingung. Aku hanya … berpikir … Apa yang baru saja aku pikirkan? Mengapa aku lupa?" karena disela oleh Maria, Bima tidak bisa mengingat apa yang mau ia katakan.     

"Kalau ayah lupa, tidak usah berusaha mengingatnya," Aiden memberi tanda pada kakak iparnya. "Kak, sepertinya ayah sedang lelah. Bagaimana kalau membantunya untuk kembali ke kamar?"     

Maria langsung memanggil kepala pelayan untuk membantunya mengantarkan Bima ke kamarnya. Sementara itu, Bima tenggelam dalam pikirannya, berusaha untuk mengingat kembali apa yang ingin ia katakan.     

Mengapa ia tidak bisa mengingatnya hanya karena disela oleh seseorang?     

"Apakah kakek baik-baik saja?" tanya Bella dengan cemas.     

"Kakek sudah sangat tua sehingga ingatannya menjadi buruk. Ia pikun dan memiliki gejala alzheimer. Lain kali, akan semakin sedikit orang yang bisa ia ingat. Dan pada akhirnya, ia tidak akan ingat siapa pun," kata Jenny dengan murung.     

"Aku harap kakek berumur panjang dan sehat," kata Adel dengan suara pelan.     

"Kak Adel," Bella menghampiri Adel dan menyapanya. Setelah itu, ia menghampiri semua orang dan menyapanya satu per satu.     

Tara memanggil anaknya untuk menyapa Bella. "Mason, Maddy, Bella ini memang lebih muda dari kalian. Tetapi kalian lebih junior dibandingkan dengannya."     

Meski usia Bella masih sangat muda, ia adalah putri dari Ivan dan Raisa sehingga ia setingkat dengan Nico.     

Walaupun Mason dan Maddison merasa enggan, mereka harus menerima bahwa posisi mereka termasuk rendah di Keluarga Atmajaya.     

"Selama liburan, Bella ingin tinggal di Rumah Keluarga Mahendra. Bagaimana menurutmu?" tanya Maya pada Aiden.     

Kalau tidak ada Bima di sana, maka Aiden adalah orang pertama yang membuat keputusan.     

Irena sudah lama tidak bertemu dengan putrinya, Raisa, sehingga ia sangat senang bisa bertemu dengan cucunya. Ia sudah lama menanti kedatangan Bella ke rumahnya untuk menemaninya.     

Irena memaksa Raka untuk berbicara pada Keluarga Atmajaya. Tetapi Raka bukan bagian anggota keluarga.     

Akhirnya, Raka hanya bisa meminta bantuan dari Della dan Della meminta bantuan dari Maya.     

Maya juga termasuk cucu dari Keluarga Atmajaya, putri Harris dan Nadine, sehingga ia punya hak untuk berbicara di pertemuan keluarga.     

"Terserah Bella saja. Suruh ia menentukan di mana ia mau tinggal. Aku menghormati keputusannya," kata Aiden dengan tenang.     

Dalam diam, Bella hanya bisa menelan ludahnya. Pamannya itu memang benar-benar menyeramkan.     

Sebelum ia kembali ke Indonesia, ibunya sudah membantunya untuk menganalisa. Kata Raisa, pilihan yang terbaik adalah tinggal di rumah Aiden.     

Di rumah Aiden, Anya sebagai ibu rumah tangga adalah wanita yang sangat lembut. Selain itu, ada Adel di sana yang bisa menemaninya. Dengan tiga kakak laki-laki dan satu kakak perempuan yang penyayang, hidup Bella akan sangat tenang.     

Kalau Bella memilih untuk tinggal di rumah Keluarga Mahendra, setiap hari ia harus mendengar ocehan dari neneknya. Bella pasti tidak akan tahan.     

Ia juga tidak bisa pergi ke rumah Raka. Raka masih harus bekerja hingga malam hari dan keluarga mereka masih memiliki Samuel yang masih kecil.     

Sementara itu, Sabrina adalah putri yang sangat dimanja. Kalau sampai Bella bersaing dengan Sabrina, akan terjadi masalah yang sangat besar.     

Ia juga tidak mungkin bisa menginap di rumah Nico. Ia tahu bahwa Maddison sangat galak, membuat siapa pun sulit untuk dekat dengannya.     

Jadi, pilihan yang terbaik adalah rumah Aiden. Di sana, ada tiga kakak laki-laki yang memiliki kepribadian baik. Hanya ada satu anak perempuan, Adel, yang lemah lembut sama seperti ibunya. Adel tidak akan pernah menindas Bella.     

Akhirnya, Bella memeluk lengan Adel dan berkata, "Aku ingin tinggal di rumah paman bersama dengan Kak Adel."     

Nico merasa sangat lega saat mendengar kata-kata itu. Untung saja Bella tidak memilih rumahnya. Ia tidak mau anak Raisa menginap di rumahnya.     

Saat memikirkan mengenai anak Raisa, ia hanya percaya satu hal. Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya.     

Tentu saja Bella tidak akan jauh berbeda dari ibunya.     

Wajah Maya terlihat sedikit tegang. Saat perjalanan ke tempat ini, ia sudah berbicara dengan Bella. Bella terlihat ingin tinggal di rumah Keluarga Mahendra.     

Tetapi begitu tiba di rumah Keluarga Atmajaya, Bella malah memilih rumah Aiden.     

"Paman, kalau Bella ingin menginap di rumahmu, terima lah. Ia hanya berada di sini saat liburan saja. Kalian harus memanfaatkan kesempatan ini untuk berkumpul!" Nico memandang Aiden dengan senyum di wajahnya.     

Aiden menoleh dan melemparkan tatapan tajam pada Nico, membuat senyum di wajah Nico membeku. Setelah itu, Nico tersenyum dengan canggung. "Bella yang memilihnya sendiri. Bukan aku …"     

"Kalau Bella ingin tinggal di rumah kami, tentu saja kami akan menerimanya dengan tangan terbuka," Anya tahu bahwa Aiden keberatan, sehingga ia yang angkat bicara dan menerima Bella dengan hangat.     

"Terima kasih, Bibi. Aku tidak akan membuat masalah. Aku akan menjaga sikapku," Bella memiliki penampilan yang lemah lembut dan penurut, tetapi menurut Nico itu hanya pura-pura belaka.     

Setelah Bima kembali ke kamarnya, Maria kembali dan memimpin pertemuan ini.     

"Karena hari ini kita semua berkumpul di sini dan tidak ada orang luar, aku ingin membahas beberapa masalah penting. Pertama-tama, kita harus memikirkan masalah pernikahan Maddy. Maddy sudah berusia 27 tahun, sudah sangat siap untuk menikah. Beberapa hari terakhir ini, Rio terus mengejar Maddy dan membuat banyak masalah. Nico, apa tindakanmu sebagai seorang ayah?" Maria langsung menegur putranya.     

Nico menoleh dan melotot ke arah Maddison. "Ibu, kamu harus membicarakannya dengan Jenny. Rio adalah putra baptisnya dan tinggal di rumahnya. Itu artinya, Jenny tidak bisa mengurusnya dengan baik."     

"Ibu, aku sudah berusaha untuk mendidik Rio. Biar aku mengawasinya. Kalau ia membuat masalah lagi, aku akan menyuruhnya kembali ke luar negeri," kata Jenny.     

"Baiklah. Maddy, bagaimana pendapatmu?" Maria memandang ke arah Maddison yang hanya diam saja sejak awal pembicaraan.     

"Nenek, aku tidak mau menikah," jawab Maddison.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.