Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pewaris Perusahaan Mawardi



Pewaris Perusahaan Mawardi

0"Mason menelepon, apakah kamu mau menjawabnya? Barangnya sudah ada di tanganmu," tanya Arka saat melihat ponsel Sabrina yang terus berdering. Sabrina tidak berniat untuk mengangkatnya.     
0

"Mason memiliki niat buruk. Ia tahu bahwa kita bertiga berusaha untuk mencari videonya, tetapi ia tidak berniat menyerahkannya langsung. Ia hanya mengakui bahwa ia berharap aku bisa memilihnya, tetapi ia tidak mengancamku, hanya ingin membantuku untuk menyelesaikan masalah. Ia memiliki sesuatu yang aku butuhkan dan ia mengatakan bahwa ia ingin membantuku. Apakah ia pikir aku bodoh?" Sabrina mendengus dengan dingin. Ia menolak untuk menjawab telepon Mason.     

Arka tertawa. "Putri Sabrina memang sangat cerdas."     

"Tentu saja!" setelah mendapatkan video itu, Sabrina merasa senang.     

"Apakah kamu sudah sarapan?" tanya Arka dengan cemas.     

"Aku berangkat terburu-buru, jadi aku tidak sempat makan. Kamu harus kembali bekerja, kan? Tidak apa-apa, kamu pergi saja dulu. Aku bisa makan sendiri!" Sabrina membuka pintu dan turun dari mobil.     

Arka langsung memberikan sebuah tas pada Sabrina. "Sarapan untukmu."     

"Kalau aku makan, apa yang kamu makan?" Sabrina mengambilnya dan membukanya. Ia melihat pancake dan juga sandwich. "Kamu membelikan makanan favoritku?"     

"Aku menyiapkannya untukmu. Aku merasa kamu mungkin tidak akan punya waktu untuk sarapan," Arka tertawa.     

"Kak, mengapa semuanya bisa berada di dalam pikiranmu? Apakah ada sesuatu yang tidak kamu rencanakan?" tanya Sabrina dengan sengaja.     

"Aku tidak pernah berpikir mengenai menikah. Tetapi setelah melihatmu tumbuh semakin dewasa, aku mulai memikirkannya," jawab Arka.     

"Hah?" teriak Sabrina. "Jangan bilang kamu tidak pernah mencintai siapa pun sebelumnya. Kamu pandai merayu wanita seperti ini. Mungkin kalau aku tidak turun, kamu akan mengajakku ke kantor catatan sipil!"     

"Apakah kamu mau menikah denganku?" tanya Arka.     

"Aku …" Sabrina tidak bisa menjawabnya.     

Arka meraih tangan Sabrina dan kemudian memegang jari manisnya, mengukur ukuran jari Sabrina. "Saat cincin berliannya sudah siap, aku akan melamarmu lagi. Tunggu saja!"     

Sabrina memandang ke arah Arka yang baru saja mengukur jarinya dengan serius. Hatinya terasa sangat hangat. Mengapa sebelumnya ia tidak merasa Arka menarik?     

Pada saat itu, ponsel Sabrina berbunyi lagi. Mason yang berusaha untuk menghubunginya lagi.     

"Aku akan turun. Sampai jumpa nanti siang!" Sabrina turun dari mobil Arka sambil membawa sarapan yang diberikannya dan pindah ke mobilnya sendiri.     

Arka pergi terlebih dahulu sebelum Mason menemukannya berada di sana.     

Tepat saat Sabrina menyalakan mobilnya, Mason tiba-tiba saja berlari dan menghalangi di depan mobilnya.     

Sabrina menurunkan kaca mobilnya dan berkata, "Mason, ini masih pagi. Aku tidak mau bertengkar denganmu. Aku mau kembali ke kantor untuk mengurus masalah Anna."     

Setelah itu, Sabrina membanting setirnya dan pergi dari tempat parkir. Mason langsung masuk ke dalam mobilnya dan mengikuti Sabrina, sambil terus menerus meneleponnya.     

Sabrina merasa sangat kesal karena teleponnya sehingga akhirnya ia menjawab panggilan tersebut. "Apa yang kamu lakukan?"     

"Sabrina, sepertinya kamu salah paham padaku. Video Anna itu tidak ada gunanya untukku. Aku melakukan semuanya untukmu, membeli video itu untukmu," kata Mason dari telepon.     

"Aku tahu," jawab Sabrina.     

"Tetapi sepertinya kamu marah. Aku bisa bersumpah, aku tidak pernah berniat untuk mengancammu untuk menjadi kekasihku dengan video itu. Aku hanya ingin mendapatkan poin lebih di matamu," Mason berusaha untuk menjelaskan dengan sabar.     

"Oh?" Sabrina tetap menyetir dengan cepat dan menjawab dengan santai.     

"Sabrina, siapa yang memberitahumu bahwa aku berada di Hotel Imperial?" tanya Mason.     

Sabrina tertegun sejenak. Mason masih belum tahu bahwa Arka juga berada di sana. Itu artinya, Arka sudah meminta pada manajer hotel itu untuk tidak memberitahu kedatangannya ke sana.     

Karena Mason tidak tahu apa pun, tentu saja Sabrina juga tidak akan memberitahu mengenai Arka. Ia menjawab. "Aku sedang mencari informasi mengenai orang yang membeli video Anna. Tanpa sengaja aku mendapatkan informasi tentang Hotel Imperial. Tetapi aku tidak menyangka ternyata orangnya adalah kamu."     

"Aku sudah mendapatkannya dan memberikannya kepadamu. Apakah kamu masih marah padaku?" tanya Mason.     

Sabrina menghela napas. "Mason, aku tidak marah. Aku hanya ingin segera menyelesaikan masalah Anna secepat mungkin. Aku tidak punya waktu untuk bicara padamu."     

"Jadi, apakah kamu percaya bahwa aku hanya ingin membantumu dan tidak berniat melakukan apa pun?" tanya Mason.     

Sabrina memutar bola matanya! Mempercayaimu sama saja dengan bodoh!     

Kalau Mason benar-benar ingin membantunya, ia akan langsung menghubunginya ketika mendapatkan videonya. Mengapa ia tidak menghubunginya? Apa yang ia tunggu?     

"Tentu saja aku percaya. Kalau barang ini ada di tangan orang lain, aku pasti sangat khawatir apakah ada cadangan lain dan apakah aku akan diancam. Tetapi denganmu, aku jauh lebih lega. Setidaknya kamu tidak akan menyakitiku," kata Sabrina sambil tersenyum. Tetapi matanya tidak tersenyum.     

Mason tidak bisa melihat ekspresinya. Mendengar Sabrina mengatakan hal ini, ia pikir semuanya benar-benar baik-baik saja. "Ya sudah, selama kamu tidak salah paham lagi padaku. Kamu selesaikan saja urusanmu dulu, nanti telepon aku lagi."     

"Aku tutup dulu teleponnya," Sabrina langsung menuju ke perusahaan keluarganya.     

Saat ini, Della sedang berada di kantor CEO Mawardi Group bersama dengan Maya.     

"Maya, bagaimana hasil negosiasinya dengan media?" tanya Della.     

"Kita hampir menghapus semua postingan di internet dan forum. Kalau kita tidak segera mengklarifikasinya, kita akan berada dalam masalah besar," kata Maya dengan jujur.     

"Masalahnya sudah selesai!" pada saat itu, Sabrina memasuki ruang kantor CEO dengan senyum lebar.     

Maya memandang ke arah Sabrina dengan acuh tak acuh. Melihat Sabrina sedang mengenakan pakaian santai, ia bertanya, "Hari ini kamu bekerja?"     

"Mengapa kamu khawatir? Aku tidak tertarik dengan urusan manajemen. Aku hanya ingin menjadi desainer perhiasan. Jangan suruh aku meneruskan perusahaan ini," kata Sabrina langsung tepat di hadapan Maya agar Maya tidak banyak berharap padanya.     

"Aku sudah tahu bahwa kamu tidak akan bisa mengemban tanggung jawab sebesar ini. itu sebabnya aku berniat memberikan perusahaan Mawardi pada Maya. Lain kali, bantu dia," bagi Della, penerus terbaik di benaknya adalah Maya.     

Maya adalah putri dari Harris dan Nadine, dan Harris adalah saudara tiri dari Della.     

Harris memang tidak menggunakan nama Mawardi di belakangnya, tetapi ia menyematkan nama Mawardi di belakang nama anaknya.     

Perusahaan Perhiasan Mawardi selama ini dijalankan oleh Della. Walaupun Harris adalah pemegang saham terbesar di Mawardi Group, ia sama sekali tidak mau terlibat dengan urusan perusahaan.     

Di generasi selanjutnya, tidak ada yang bisa menggantikan Della untuk memimpin Mawardi Group.     

Sabrina hanya tertarik dalam hal desain perhiasan, tetapi ia sama sekali tidak memiliki kemampuan bisnis dan manajemen.     

Akhirnya, Della berusaha membujuk Nadine agar memperbolehkan Maya bekerja sebagai asisten pribadinya, untuk mengajari Maya mengenai seluk beluk perusahaan. Agar suatu hari nanti, Maya biss menggantikannya.     

Sama halnya seperti Sabrina, Della juga hanya tertarik pada desain perhiasan.     

Tetapi setelah ayahnya meninggal, Harris tidak mau mengambil alih perusahaan dan tidak ada orang lain yang bisa melakukannya. Akhirnya, Della terpaksa diposisikan di ujung Mawardi Group dan menjadi pemimpin perusahaan perhiasan tersebut.     

"Ibu, saat Maya mengambil alih Mawardi Group, kamu tidak perlu pensiun dan menjadi ibu rumah tangga di rumah. Kamu bisa bergabung dengan departemen desain dan menjadi direktur!" kata Sabrina.     

"Bibi, aku juga merasa tenang kalau ada kamu di perusahaan. Jangan pergi!" Maya juga tidak mau bibinya meninggalkan perusahaan. Setidaknya, dengan adanya Della, ada seseorang yang bisa memberikan nasihat padanya.     

Della tertawa. "Tenang saja, aku tidak akan membiarkan kalian sendirian."     

"Aku tahu ibu paling mencintaiku," kata Sabrina. Setelah itu, ia mengeluarkan USB yang ia ambil dari Mason. "Ini video Anna dengan mantan kekasihnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.