Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Foto Tidak Senonoh



Foto Tidak Senonoh

0"Ini video Anna dengan mantan kekasihnya," kata Sabrina sambil menyerahkan USB yang ia ambil dari Mason     
0

"Akhirnya kamu mau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan bisnis. Bagaimana kamu mendapatkannya?" Maya mengambil USB tersebut dan menghubungkannya ke komputer. Saat membukanya, memang benar ada video Anna yang melakukan hal-hal tidak senonoh.     

"Tidak kusangka Anna benar-benar membuat video semacam ini," Della melihat layar komputer dengan tatapan terkejut.     

Maya mengambil USB tersebut dan berkata dengan dingin. "Wanita dengan otak kosong. Kak, lain kali berhati-hatilah. Jangan biarkan orang lain mengambil foto buruk seperti ini."     

Della langsung memandang ke arah Sabrina, membuat Sabrina panik. "Ibu, mana mungkin aku melakukannya? Aku bahkan belum punya pacar!"     

"Kalian berdua harus berhati-hati. Walaupun kalian mencintai pasangan kalian, kalian tetap tidak boleh mengambil foto atau video semacam ini. Kalau kamu berkencan dengan seorang pria dan pria itu memintanya, kalian harus menolak. Pria semacam itu tidak baik dan tidak pantas dijadikan suami!" kata Della.     

"Kak, apakah kamu dengar itu?" Maya memandangnya dengan tajam.     

"Apakah kamu pikir aku seseorang yang bisa membuat video semacam itu?" Sabrina memandangnya balik.     

"Aku akan mempersiapkan konferensi pers untuk mengklarifikasi skandal ini. Nanti temui aku. Aku ingin berbicara padamu," Maya memandang ke arah Sabrina dengan tatapan dalam dan pergi sambil membawa dokumen.     

"Hey, Maya. Mengapa kamu melihatku seperti itu? Mengapa kamu membuatku merasa seperti Anna?" Sabrina memandang ke arahnya.     

Maya pergi dengan sepatu hak tingginya, meninggalkan Sabrina tanpa mengetahui apa pun.     

"Ibu, lihat Maya! Gadis itu menjadi semakin arogan!" Sabrina menggandeng tangan ibunya dengan kesal.     

"Maya jauh lebih cerdas dan lebih pengertian dari pada kamu. Lihat saja, kamu bahkan belum bisa memilih di antara Arka, Aksa dan Mason. Maya sangat tegas dan tahu semua yang ia inginkan. Seharusnya kamu sedikit belajar darinya," kata Della sambil menyentil dahi Sabrina.     

"Maya memang tomboy sejak kecil. Mana bisa aku dibandingkan dengannya?" Sabrina berjalan menuju ke arah sofa. Ia meletakkan sarapan yang diberikan oleh Arka di atas meja dan mulai menikmatinya.     

"Kamu belum sarapan?" tanay Della sambil menghampirinya, melihat pancake dan sandwich yang ada di atas meja. "Kamu beli?"     

"Kak Arka membantuku untuk mendapatkan videonya. Kak Aksa dan Mason juga membantu untuk menemukan mantan kekasih Anna," kata Sabrina.     

"Mereka sangat membantu kita dalam masalah ini," Della mengangguk dan tersenyum.     

Della duduk di sofa sambil melihat Sabrina makan dengan nikmatnya. Kemudian, ia berbisik dengan pelan. "Anna memiliki masalah kepribadian. Kalau ada sesuatu yang terjadi, ia langsung bersembunyi, tidak mau menemui siapa pun dan tidak memberitahu kebenarannya. Kita tidak bisa bekerja sama dengan aktris semacam ini. Kalau kita tidak menanganinya tepat waktu, mungkin semuanya sudah akan hancur berantakan.     

"Ia telah melanggar kontrak terlebih dahulu. Dengan video ini di tangan kita, ia pasti mau bekerja sama dan patuh pada kita. TIdak perlu membayar biaya iklannya …"     

"Perusahaan sudah memberikan uangnya padanya. Pagi ini, manajernya datang untuk memberitahu kita bahwa kita membutuhkan Anna untuk datang dan mengklarifikasi semua masalah ini demi reputasi Mawardi Group. Jadi aku memberikan uangnya padanya," jawab Della.     

"Ibu terlalu baik padanya. Seharusnya bukan hanya Mawardi Group saja yang takut reputasinya hancur. Anna juga bisa saja hancur reputasinya. Dan video ini aku beli dengan uang. Mengapa kita harus membayarnya lagi?" kata Sabrina dengan kesal.     

Della tertawa. "Aku sudah tanya pada Maya dan ia setuju."     

"Aku akan menemuinya setelah makan. Bukankah ia membawa USB nya barusan? Aku ingin menggunakan video Anna untuk meminta kembali uang itu."     

Setelah memakan beberapa gigit pancake dan setengah dari sandwich, Sabrina keluar untuk mencari Maya.     

Kantor Maya tepat berada di samping kantor CEO. Walaupun Della sudah menunjuk Maya sebagai asisten pribadinya, sebenarnya ia adalah wakil CEO Mawardi Group.     

"Maya, bukankah kamu mengambil USB nya tadi? Ibu bilang Anna mengambil uang iklannya," Sabrina berjalan memasuki kantor Maya dan menarik kursi di hadapan meja Maya.     

Maya memandang ke arahnya. "Kamu yang mengenalkan Anna pada bibi. Sekarang kamu telah membuat perusahaan susah seperti ini. Mengapa aku harus membayar uangnya padanya? Kalau bisa aku malah akan menagih biaya kompensasi karena ia telah melanggar kontrak."     

Mata Sabrina langsung berbinar. "Benar kan kataku? Bagaimana mungkin kamu memberikan uangnya begitu saja padanya?"     

"Kalau kamu aman-aman saja, aku bisa saja menahan uang itu. Tetapi …" Maya ingin melanjutkan, tetapi ia berhenti berbicara.     

"Ada apa lagi sekarang? Video Anna sudah berada di tangan kita. Seharusnya dia yang panik, bukan kita," Sabrina mendengus dingin.     

Maya memandang ke arahnya dan kemudian mengalihkan perhatiannya ke arah komputernya. Ia membuka sebuah email. "Lihatlah sendiri. Setelah membacanya, coba kamu katakan lagi padaku apa yang harus aku lakukan."     

"Ada apa? Apakah ada masalah serius?" Sabrina melihat layar komputer tersebut dan di layar itu ada foto ia sedang tidur di sebuah ranjang.     

Sabrina langsung bangkit berdiri dengan shock sehingga kursi di belakangnya terjungkal.     

"Aku meminta departemen IT untuk memeriksa alamat IP email ini. Tebak siapa yang mengirimnya?" cibir Maya.     

"Anna?" tanya Sabrina.     

"Kamu mengakui bahwa itu kamu. Apa yang kamu lakukan?" tanya Maya.     

"Aku …" Sabrina menggigit bibirnya, tidak tahu harus mengatakan apa.     

"Kalau kamu tidak memberitahuku yang sebenarnya, bagaimana aku bisa membantumu? Kamu terus bilang bahwa Anna sengaja menyembunyikan semuanya dan hampir saja menyeret nama Mawardi Group ke dalam lubang. Bagaimana denganmu? Kalau foto ini terekspos, bukankah akan terjadi sensasi yang lebih besar?" tegur Maya.     

"Maya, aku lebih tua darimu. Mengapa sikapmu kepadaku seperti itu?" Sabrina merasa marah.     

Maya terlihat tidak sabar. "Lalu apa yang akan kamu lakukan?"     

"Aku akan menemuinya dan menanyakannya padanya," kata Sabrina.     

Tiga tahun lalu, Sabrina sendiri bahkan tidak tahu siapa pria yang bersama dengannya. Tetapi Anna bisa mengambil foto. Apa yang sebenarnya terjadi?     

Maya memandang foto itu sesaat. "Mengapa aku merasa pria di foto itu sangat familier? Siapa pria itu?"     

"Menurutmu siapa?" Sabrina merasa kepalanya pusing. Ia sendiri tidak tahu siapa pria itu.     

Pria itu tertidur di atas bantal, hanya menunjukkan bagian belakang kepalanya dan sedikit sisi samping wajahnya.     

Maya memandang Sabrina dengan mulut menganga dan langsung bereaksi. "Kamu tidak tahu dengan siapa kamu tidur? Apakah kamu sudah gila?"     

"Aku mabuk dan tidak melihat wajahnya dengan jelas. Tetapi aku dengar ia menyebut namanya. Nama belakangnya Atmajaya, uhh … benar. Atmajaya ... "     

Maya terlihat curiga, "Nama belakangnya Atmajaya? Apakah maksudmu, pria ini kemungkinan adalah pamanku atau sepupuku?"     

"Iya, di antara Kak Arka, Kak Aksa, atau Mason. Tetapi aku juga tidak tahu siapa dia," Sabrina menundukkan kepalanya dengan malu.     

Maya memperbesar dan memperbesar foto itu tetapi masih belum bisa mengenalnya.     

"Keluarga Atmajaya memiliki gen yang sangat kuat sehingga wajah semua anggota keluarganya mirip secara sekilas. Tidak mudah untuk mengenali pria ini hanya dari foto belakang," Maya memandang foto itu dengan seksama, tetapi tidak menemukan ciri khusus.     

"Saat kamu melihatnya pertama kali, berdasarkan instingmu, menurutmu itu siapa?" tanya Sabrina.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.