Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Siapa yang Mengirim Email?



Siapa yang Mengirim Email?

0"Saat kamu melihatnya pertama kali, berdasarkan instingmu, menurutmu itu siapa?" tanya Sabrina.     
0

"Kamu yang bersama dengan mereka setiap hari saja tidak bisa mengenali pria itu. Apakah kamu pikir aku bisa?" kata Maya dengan kesal.     

Ia terus mengubah sudut foto tersebut dan memandangnya terus-terusan. "Sepupuku memiliki tahi lalat di belakang lehernya. Pria di foto ini tidak punya."     

"Bagaimana kamu bisa mengenali tahi lalat di belakang lehernya? Bukankah sekarang tahi lalat bisa dihilangkan dengan cara dilaser?" kata Sabrina.     

"Hanya ada satu cara untuk mengetahui siapa dari antara mereka bertiga. Tanyakan saja pada mereka bertiga secara langsung. Aku tidak mau diancam oleh Anna seperti ini karena ada foto ranjangmu," kata Maya dengan dingin.     

"Tidak," Sabrina langsung menolak. Ia tidak bisa melakukannya. Mana mungkin ia bisa duduk di hadapan mereka bertiga dan bertanya siapa kah yang tidur bersama dengannya tiga tahun lalu.     

"Kalau kamu tidak berani melakukannya, biar aku saja!" kata Maya.     

"Kamu …" Sabrina tidak bisa berkata apa-apa. "Biar aku yang mengurus masalah ini sendiri. Kalau kamu membocorkannya, aku tidak mau membantumu lagi."     

Melihat Sabrina benar-benar marah, Maya tidak mengatakan apa pun lagi. Ia melepaskan USB dari komputernya. "Bawa ini pada Anna agar kamu bisa bernegosiasi dengannya. Kalau ia bisa mengambil foto itu, berarti ia tahu siapa pria yang bersamamu."     

"Apakah videonya sudah kamu simpan sebagai cadangan?" tanya Sabrina.     

"Tentu saja. Apakah kamu perlu aku untuk menemanimu?" tanya Maya.     

Sabrina terlihat ragu sejenak. "Bukankah kamu akan mempersiapkan konferensi pers?"     

"Konferensi persnya berhubungan dengan Anna. Ada baiknya aku bertemu langsung untuk berbicara dengannya dan manajernya," jawab Maya.     

Sabrina tertawa. Maya memang seperti itu. Kalau dalam istilah bahasa jepang, bisa dibilang Maya memiliki sifat tsundere. Di luar, mulutnya terlihat tajam, tetapi sebenarnya ia sangat lembut dan perhatian. Ia khawatir akan terjadi sesuatu pada Sabrina sehingga ia mau menemani Sabrina untuk menemui Anna.     

"Ayo kita berangkat," Sabrina melangkah maju dan menggandeng tangan Maya.     

Maya memandangnya dengan jijik dan menarik lengannya. "Ini di perusahaan. Jangan seperti anak kecil. Lepaskan aku."     

Tetapi Sabrina malah memeluknya semakin erat. Akhirnya Maya tidak menolak lagi. Saat Sabrina tidak memandang ke arahnya, sudut bibirnya sedikit melengkung membentuk senyuman.     

Maya lahir dengan sifat teguh dan gigih dari ibunya, Nadine, serta ketenangan dari ayahnya, Harris. Ia memiliki sifat yang merupakan gabungan dari keduanya.     

Di perjalanan ke sana, Maya yang mengendarai mobil mereka, sementara Sabrina duduk di kursi penumpang dengan malas dan memejamkan matanya.     

"Ceritakan situasinya kepadaku. Biar aku membantumu untuk menganalisanya," kata Maya dengan tenang.     

"Semuanya terjadi tiga tahun lalu. Malam itu, aku minum terlalu banyak dan pergi ke kamar hotel untuk beristirahat. Aku tertidur di ranjang. Saat aku setengah sadar, aku melihat seorang pria di samping tempat tidur sehingga aku meminta bantuannya untuk mengambilkan segelas air minum. Wajahnya … Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Satu-satunya yang aku ingat pria itu sangat tampan," kata Sabrina.     

"Kalau kamu tahu pria itu tampan, seharusnya kamu melihat wajah pria itu dan mengingatnya," kata Maya.     

Sabrina tersenyum pahit dan melanjutkan. "Masalahnya terjadi setelah aku terbangun. Saat aku bangun, aku tidak berada di kamarku yang sebelumnya, tetapi di kamar Anna. Ia bilang padaku bahwa ayahku mencariku. Kalau keluargaku melihatku dalam kondisi seperti itu, mereka semua pasti akan marah padaku."     

"Kamu bersembunyi di kamar Anna dan ia keluar untuk mencari informasi untukmu. Setelah ayahmu pergi, Anna yang membawamu keluar dari hotel?" Maya menebak apa yang terjadi tiga tahun lalu.     

Sabrina mengangguk. "Karena ia menemukanku, aku bertanya padanya mengenai pria itu. Ia menertawakanku dan bilang aku bermimpi. Katanya tidak ada pria yang bersama denganku. Setelah itu, aku memberitahunya mengenai apa yang terjadi dan ia bilang saat ia mencariku ke kamar, hanya ada aku sendiri di sana. Pria itu sudah pergi sebelum ia datang."     

"Tetapi kenyataannya, ia tidak hanya melihat wajah pria itu, tetapi ia juga mengambil foto," Maya mendengus dingin.     

"Benar. Anna tahu siapa pria itu. Menurutmu, mengapa Anna berbohong padaku?" tanya Sabrina.     

Maya tenggelam dalam pikirannya, berusaha mencari dan memahami, apa tujuan Anna menyembunyikan pria itu.     

Semuanya hanya bisa menjadi terang benderang setelah mengkonfirmasinya langsung dengan Anna.     

Setengah jam kemudian, Maya dan Sabrina tiba di depan rumah Anna.     

Orang yang membukakan pintu kali ini tetap manajer Anna. Saat melihat Sabrina, manajer tersebut langsung menyambutnya dengan hangat.     

"Sabrina, kebetulan sekali kamu datang ke sini. Anna sedang depresi sekarang. Tolong bantu hibur dia," kata manajer tersebut.     

"Sayangnya, suasana hatiku juga tidak baik. Aku rasa aku tidak akan bisa menghiburnya," kata Sabrina dengan dingin.     

Pada saat itu, seorang pemuda berjalan keluar dari kamar Anna. Pria itu kurus, tinggi, berkulit putih, bermata belok dan memiliki hidung yang mancung. Dagunya cukup tajam seolah bisa menusuk seseorang hingga mati.     

Wajah itu benar-benar terlihat jelas seperti hasil dioperasi.     

Anna keluar dari kamarnya dengan mengenakan pakaian rumah yang kebesaran dan sandal rumah yang santai.     

"Sabrina, bagaimana situasinya?" tanya Anna dengan cemas.     

"Sudah selesai. Siapa ini?" tanya Sabrina sambil memandang pria itu.     

"Temanku, Stanley, adalah seorang model. Kamu berasal dari perusahaan yang sama. Ia datang untuk menghiburku begitu tahu bahwa ada skandal yang menimpa diriku," Anna mengedipkan matanya ke arah Stanley. Pria itu mengambil tasnya dan bersiap-siap untuk pergi.     

Stanley membawa tasnya, sengaja berjalan ke arah Sabrina dan mengedipkan matanya pada Sabrina.     

Maya sampai melangkah mundur karena jijik dan kemudian memandang pria itu dengan tatapan setajam anak panah.     

Stanley tidak peduli dan tersenyum lebar. "Cantik, ini kartu namaku. Kalau kamu perlu sesuatu, kamu bisa menghubungiku."     

Sabrina tidak menerimanya, sehingga akhirnya pria itu meletakkan kartu namanya di atas meja.     

Setelah pria bernama Stanley itu pergi, Sabrina mengeluarkan USB dari tasnya. "Aku bertemu dengan mantan kekasihmu. Aku mendengar beberapa hal mengenai dirimu sebelumnya. Foto dan videonya ada di sini."     

Anna tertawa saat mendengarnya. "Apakah ia bilang bahwa ia memberikan semuanya untukku, sementara aku malah mengkhianatinya dan meninggalkannya?"     

"Sabrina, kamu tidak boleh percaya pada apa yang pria itu katakan. Ia menghabiskan uang Anna, sudah seharusnya pria itu mengembalikannya. Tetapi setelah itu ia malah berselingkuh dari Anna. Anna sudah tidak tahan bersama dengannya lagi, tetapi pria itu malah mengancamnya dengan foto itu. Pria itu benar-benar jahat," kata manajer itu dengan mulut yang pedas.     

Maya terlalu malas melihat akting mereka. Ia mengeluarkan ponselnya, membuka emailnya dan menunjukkannya pada Anna.     

"Anna, apakah kamu kenal pria ini?" tanya Maya.     

"Sabrina, bagaimana kamu bisa bersama dengan Stanley …" Anna menutup mulutnya dengan terkejut.     

"Stanley? Maksudmu pria yang barusan?" Sabrina terkejut.     

"Namanya, Stanley Adijaya," kata Anna.     

Ternyata bukan nama Atmajaya yang Sabrina dengar, tetapi Adijaya. Mendengar hal ini membuat Sabrina merasa sangat-sangat buruk.     

"Anna, mengapa kamu membohongi kakakku?" tanya Maya dengan marah.     

"Apa ada kesalahpahaman di sini? Aku tidak tahu apa hubunganmu dengan Stanley. Aku baru saja melihat foto ini hari ini dan aku tahu kamu …" Anna terlihat begitu polos, seolah ia tidak memahami kata-kata Maya.     

Maya melihat akting Anna sangat bagus, tetapi ia tidak bisa ditipu dengan mudah. "Setelah mendapatkan foto ini, aku langsung menyuruh orangku untuk memeriksa alamat IPnya. Foto ini dikirim dari rumahmu. Apakah ada penjelasan darimu?"     

"Aku tidak mengirimnya!" Anna langsung mengalihkan pandangannya pada manajernya.     

Manajer itu juga langsung menggelengkan kepalanya. "Bukan aku. Aku juga tidak mengirimnya!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.