Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Apakah Aku Harus Memberitahumu?



Apakah Aku Harus Memberitahumu?

0"Anna memiliki rahasiamu, tetapi kamu juga punya rahasianya. Aku tidak bisa mengurangi biaya iklannya, tetapi kamu bisa tanyakan pada Mason berapa banyak uang yang ia keluarkan untuk video itu. Dengan begitu, aku bisa mengurangi kerugian perusahaan," Maya tidak ingin mengalami kerugian.     
0

"Kamu saja yang tanya padanya. Aku tidak ingin bicara pada Mason sekarang," Sabrina bersandar di dinding lift, tidak mau berbicara lagi.     

"Sudah terlambat, kamu tidak bisa menolak perintahku," kata Maya.     

"Maya, kalau mulutmu terlalu pedas seperti itu, kamu tidak akan pernah bisa menikah seumur hidup. Aku serius," Sabrina mengerutkan keningnya. Usia Maya lebih muda darinya. Sehingga mendengar ucapan pedas dari mulut Maya membuat Sabrina merasa semakin kesal.     

"Aku belum kepikiran untuk menikah. Buat apa menikah? Sendiri saja lebih bebas," kata Maya.     

"Tentu saja menikah karena cinta. Saat kamu jatuh cinta pada seseorang, kamu akan paham," Sabrina tidak pernah berencana untuk membahas masalah percintaan dengan seseorang yang sangat kaku seperti Maya.     

…     

Saat Arka selesai bekerja, sudah hampir lebih dari jam 12 siang dan makan siang sudah disiapkan. Tetapi Sabrina belum kunjung datang.     

"Sabrina, di mana kamu?" Arka menelepon Sabrina.     

"Aku … Aku sedang menunggu lift. Tunggulah aku di depan lift dan jemput aku," kata Sabrina dengan senyum di wajahnya.     

"Baiklah," Arka menutup telepon dan langsung menuju ke arah lift.     

Asistennya langsung mengikutinya dengan terburu-buru dan bertanya dengan bingung. "Tuan, apakah Anda ingin keluar?"     

"Aku mau menjemput seseorang," kata Arka dengan tenang.     

"Baiklah," kata asisten tersebut.     

Pada saat itu, pintu lift terbuka dan Sabrina keluar dari lift, melihat Arka dan asistennya sedang berdiri di depan pintu lift.     

"Aku datang untuk makan siang. Tetapi kamu mengajak asistenmu untuk menyambutku. Apakah tidak berlebihan?" Sabrina merasa takut saat melihatnya.     

"Nona!" sambut asisten tersebut sambil tersenyum.     

"Sudah lama tidak bertemu denganmu, Asisten Winata. Aku ada hadiah untukmu," Sabrina mengeluarkan sebuah kotak yang cukup bagus dari tasnya.     

"Terima kasih, Nona!" Winata menerima hadiah itu.     

"Winata, kamu boleh makan siang," Arka mengirim Winata untuk pergi. Setelah itu, ia meraih tangan Sabrina dan masuk ke dalam kantornya.     

Sebelum Sabrina bisa bereaksi, ia sudah dilingkupi oleh sosok tinggi Arka.     

"Ka … Kak Arka … Apa yang kamu lakukan?" Sabrina memandangnya dengan gugup.     

Punggung Sabrina menempel pada pintu. Sementara itu, tangan Arka berada di samping kanan dan kiri kepala Sabrina, matanya terpaku memandang wajah mungil Sabrina.     

"Aku mau menciummu," setelah Arka mengatakannya, ia memegang wajah Sabrina dan mencium bibirnya.     

Sabrina terkejut saat mendapatkan serangan mendadak seperti ini dan ia lupa untuk bereaksi. Ia terkejut karena ciuman itu. Wajahnya memerah dan jantungnya bergejolak karena Arka.     

Setelah berciuman cukup lama, Arka tetap tidak melepaskannya. Ia terus menciumnya sampai Sabrina terengah-engah.     

Tangan Arka menyentuh dagu Sabrina dan matanya dipenuhi dengan tatapan sayang.     

Melihat mata Sabrina yang terlihat sedikit basah, mata Arka menggelap. Suaranya terdengar di telinga Sabrina, "Tetaplah bersamaku."     

Suara itu begitu mempesona, menimbulkan sedikit getaran di dada Sabrina.     

Setelah mendapatkan kembali kesadarannya, Sabrina langsung mendorongnya Arka menjaduh. Tetapi ia bergerak terlalu cepat sehingga hampir terjatuh.     

Untung saja, Arka langsung menangkap pinggangnya.     

Tubuh Sabrina berada di pelukan Arka. Rasanya, ia sendiri bisa mendengar detak jantungnya yang menggila. Sabrina juga bisa merasakan napas Arka di telinganya.     

Sabrina merasa aman dan hangat saat dipeluk oleh Arka seperti ini. Rasanya, ini adalah tempat yang teraman.     

Tetapi Sabrina tidak bisa serakah. Rasanya ia ingin menangis dan merasa bahwa Tuhan sedang menggodanya.     

Mengapa kejadian tiga tahun lalu itu harus terjadi?     

Ia masih belum tahu siapa pria itu. bagaimana ia bisa menjawab pernyataan cinta Arka?     

"Sabrina, berjanjilah padaku, jangan pergi dariku!" kata Arka di telinganya. Setelah itu ia mencium pipinya.     

Sabrina memejamkan matanya dengan pedih. Ia menarik napas dalam-dalam dan menjawab. "Aku akan memikirkannya baik-baik."     

Hal yang paling membahagiakan di dunia ini adalah bisa bersama dengan pria yang mencintaimu dan pria yang kamu cintai.     

Sabrina merasa, kondisinya dan Arka saat ini sama. Tetapi ada terlalu banyak halangan dan rintangan dalam kebahagiaannya.     

Ia memantapkan tekadnya dan mendorong Arka untuk menjauh. Tetapi matanya terasa panas.     

Ia berusaha untuk menahan air matanya dan berkata pada Arka dengan tulus. "Kak, ada satu hal yang harus aku selidiki dulu sebelum bisa berjanji padamu."     

"Apa yang ingin kamu selidiki. Biar aku membantumu," kata Arka.     

"Pria yang membantu Anna. Aku dengar itu adalah salah satu dari antara kalian bertiga. Aku harus tahu siapa pria itu dan …"     

Hati Arka serasa tenggelam saat mendengarkan kata-kata itu. "Lalu apa? Apakah kamu ingin menyingkirkan pria itu?"     

"Aku hanya ingin tahu siapa pria itu. Semua ini salahku dan semua ini tidak akan terjadi kalau aku tidak membawanya ke pesta itu," kata Sabrina dengan menyesal.     

Arka tertegun saat melihat air mata mengalir di wajah Sabrina. Ia melihat penyesalan, perasaan yang bercampur aduk, kesedihan dan kontradiksi di matanya.     

Hatinya terasa sangat sakit. Ia mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala Sabrina, berusaha untuk menghiburnya. Tetapi Sabrina malah melangkah mundur. "Kak Arka, apakah itu kamu?"     

Arka berdiri di tempatnya dan tidak melangkah maju untuk mendekati Sabrina. "Kalau itu aku, apa yang akan kamu lakukan?"     

"Aku tidak berniat melakukan apa pun. Aku hanya ingin tahu siapa pria itu? Tiga tahun lalu, aku yang membawa Anna bersama denganku ke pesta itu. Ia … uhh …"     

Arka tidak menunggu Sabrina menyelesaikan kalimatnya. Ia mendorongnya dan memerangkapnya ke pintu, mencium bibirnya dan menelan semua kata-katanya.     

Tangan kecil Sabrina mendarat di dada Arka, tetapi ia tidak bisa mendorongnya. Akhirnya, Sabrina mengangkat lututnya dan menendang perut Arka.     

Ketika Arka menghindari tendangan itu dan melepaskannya, air mata mengalir semakin deras di wajah Sabrina.     

"Sabrina, jangan menangis. Kami bertiga menyukaimu dan kami tidak pernah berniat untuk mengkhianatimu, apalagi berhubungan dengan Anna. Kalau apa yang kamu katakan itu benar-benar terjadi, itu artinya kami terjebak oleh Anna. Apakah kamu mengerti? Aku benar-benar menyukaimu dan ingin bersama denganmu," Arka mengulurkan tangannya, berusaha untuk menyentuh pipi Sabrina. Tetapi Sabrina menghindarinya.     

"Apakah itu kamu Kak Arka? Katakan padaku!" kata Sabrina sambil menangis.     

Ia memandang mata Arka lekat-lekat. Mata itu penuh dengan cinta seolah ingin menenggelamkannya ke dalam lautan penuh kasih sayang dan tidak akan membiarkannya pergi.     

Arka tidak menjawab. Ia hanya memeluk Sabrina dengan lembut dan berjalan menuju ke arah sofa.     

Ia membimbing Sabrina ke arah sofa dan mendudukkannya. Ia menggenggam tangannya dan memandang ke arah matanya. "Sabrina, katakan dulu padaku. Kalau kamu mengetahuinya, apa yang akan kamu lakukan?"     

"Aku ingin bilang pada pria itu bahwa aku tidak menyalahkannya. Aku harap ia tidak takut aku mengetahui semuanya. Aku harap ia tidak diancam oleh Anna. Aku salah membuat teman dan telah membuatnya seperti ini," Sabrina merasa sangat bersalah. Ia seperti anak kecil yang baru saja melakukan kesalahan, menunduk dan ketakutan.     

Semua ini karena kesalahannya.     

Ketiga pria itu menyukainya. Dan Anna pasti menggunakan kejadian itu untuk mengancam pria itu, untuk mencapai tujuannya.     

"Putri Sabrina-ku memang sangat baik hati," hati Arka terasa penuh dengan kontradiksi.     

Ia tidak tahu bagaimana cara memberitahu Sabrina mengenai pesta tiga tahun lalu.     

Tiga tahun lalu, Sabrina mabuk di pesta itu sehingga ia naik ke lantai atas untuk beristirahat. Arka mengkhawatirkannya sehingga ia pergi untuk memeriksa keadaannya.     

Setelah memasuki kamar, Sabrina tertidur dengan posisi yang canggung dan aneh, meminta air minum darinya.     

Arka membantunya untuk menuangkan air minum. Tetapi saat minum, Sabrina malah memegang wajahnya dan menciumnya.     

Saat itu Arka juga sedang mabuk. Ia tidak bisa mengendalikan dirinya dan akhirnya hubungan itu terjadi.     

Tetapi setelah bangun, bukan Sabrina yang berada di samping tempat tidurnya, tetapi Anna.     

Arka sangat benci diancam. Tetapi ia berusaha untuk menjaga rahasia ini karena ia takut Sabrina mengetahuinya.     

'Sabrina, apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus memberitahumu?'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.