Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menginginkan Kebun Jeruk



Menginginkan Kebun Jeruk

0Arka bisa melihat bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Sabrina. Apakah Sabrina masih memikirkan mengenai pria yang berada di belakang Anna dan ingin mencarinya?     
0

Sepertinya ia perlu memperingati Anna.     

Arka tidak bisa membayangkan bagaimana Sabrina akan memperlakukannya kalau Sabrina tahu bahwa ia pernah tidur bersama dengan Anna.     

Arka tidak akan membiarkan hal itu terjadi.     

Winata kembali ke kantor setelah makan siang di kantin pegawai.     

Ia tahu bahwa Sabrina dan Arka akan makan siang di kantor sehingga ia mengambil inisiatif untuk membuatkan teh dan mengirimkannya ke dalam.     

"Tuan, saya membuatkan teh untuk Anda dan Nona Sabrina. Apakah Anda sudah selesai makan?" dengan senyuman hangat. Ia meletakkan teh yang ia buat di atas meja sofa.     

"Terima kasih, kami sudah selesai makan. Kamu beristirahatlah. Biar aku yang membereskan semuanya," Sabrina langsung bangkit berdiri dan membereskan kotak makan yang ada di atas meja.     

"Biar saya bantu," Winata langsung menghampirinya dan membantunya untuk membersihkan meja dengan cepat.     

Arka bersandar di meja kerjanya sambil memandang Sabrina dari kejauhan. Ia merasa hatinya terasa hangat saat melihat Sabrina sedang membersihkan meja.     

Ia bisa membayangkan Sabrina sebagai istrinya dan melakukan hal yang sama untuknya. Atau mungkin, mereka bisa membersihkan meja bersama-sama.     

Setelah Sabrina selesai membersihkan meja, ia menengadah dan menemukan bahwa Arka sedang memandang ke arahnya dengan senyuman di wajahnya.     

Sebuah pemikiran tiba-tiba saja menyadarkannya dan masuk ke dalam benaknya.     

Ia akan sangat kecewa dan sedih kalau sampai ia melewatkan pria yang baik seperti Arka.     

Ia akan sangat menyesal kalau sampai Arka menikah dengan wanita lain.     

Tetapi ia masih belum tahu siapa pria yang tidur dengannya tiga tahun lalu. Bagaimana kalau ternyata orang itu adalah Aksa?     

Memang sudah ditakdirkan bahwa ia tidak akan bisa memilih Arka.     

'Kak Arka, mengapa kamu begitu baik? Kalau kamu sebaik ini, bagaimana aku bisa melepaskanmu?'     

Pada saat itu juga, Sabrina sudah memutuskan untuk tidak menikah seumur hidupnya.     

Kalau ia tidak bisa menikah dengan pria yang ia cintai, mungkin akan lebih baik kalau ia melajang seumur hidupnya.     

Ia tidak akan memilih Aksa hanya karena kesalahannya tiga tahun lalu. Kalau ia memilih Aksa hanya karena ia mabuk tiga tahun lalu, itu sama saja dengan tidak adil untuk Aksa.     

…     

Di siang hari, Anna muncul di konferensi pers Perusahaan Perhiasan Mawardi Group. Ia bersikeras mengatakan bahwa tidak ada video tidak senonoh seperti yang diberitakan dan ia mengatakan bahwa ada seseorang yang sengaja ingin menjatuhkannya.     

Dan orang yang mengaku sebagai mantan kekasihnya itu sudah menghapus semua akun media sosialnya dan menghilang tanpa jejak.     

Setelah Sabrina meninggalkan Atmajaya Group, ia membeli bunga dan buah untuk mengunjungi kakek dan neneknya.     

Ia tahu Arka menginginkan kebun jeruk milik neneknya dan Sabrina memutuskan untuk membantunya.     

Irena sangat senang saat melihat cucunya datang untuk mengunjunginya.     

"Sabrina, kakekmu tidak tahu kamu akan datang hari ini. Ia pergi memancing dan baru akan pulang beberapa hari ke depan," kata Irena sambil tersenyum.     

"Tidak apa-apa. Saat nanti Samuel tidak ada kelas, aku akan membawanya untuk mengunjungi kalian lagi," Sabrina menggandeng lengan neneknya dan duduk bersama-sama di sofa sambil mengobrol.     

"Beberapa hari lalu, bibimu bilang bahwa Bella akan berlibur dan kembali ke Indonesia. Bella tidak penurut seperti kamu. Malah ia sangat nakal. Aku memintanya untuk tinggal bersama denganku agar Samuel juga tidak terganggu saat les," kata Irena sambil tersenyum.     

Bella adalah putri Ivan dan Raisa. Sekarang ia berusia 19 tahun dan masih kuliah.     

Bella sangat ceria dan bersemangat. Tetapi energinya terkadang terlalu berlebihan, benar-benar salinan dari ibunya.     

"Nenek, Bella bukan hanya cucumu, tetapi juga cucu Keluarga Atmajaya. Kalau kamu mau ia tinggal bersama denganmu, kamu harus memberitahu Keluarga Atmajaya juga," kata Sabrina.     

Irena mengerutkan bibirnya dengan kesal. "Bima sudah tidak sesehat dulu. Di awal tahun ini, Marsha meninggal dan membuatnya sangat terpukul. Pamanmu juga bukan anak kesayangan di Keluarga Atmajaya, hanya Bima saja yang menyayanginya. Sekarang, Bima sedang sakit. Jadi, lebih baik Bella tinggal di rumah ini saja."     

"Nenek, jangan terlalu berpikir yang macam-macam. Semua orang dari Keluarga Atmajaya sangat baik," kata Sabrina sambil tersenyum.     

"Sabrina, kamu terlalu polos. Apa yang kamu lihat hanyalah dari luarnya saja. Aiden dan ayah Nico, Ardan, adalah saudara kandung. Sementara pamanmu adalah anak dari rahim wanita lain. Lihat saja sekarang Atmajaya Group, kedua putra Aiden dan anak Nico yang menguasai semuanya. Sementara pamanmu tidak mendapatkan apapun," kata Irena, membela menantunya.     

Sabrina tetap tersenyum. "Perusahaan cabang luar negeri milik Atmajaya Group dikuasai oleh paman kan? Bukankah itu lebih baik?"     

"Awalnya aku juga berpikir seperti itu dan aku juga merasa cukup puas. Tetapi setelah itu, Aiden mengirimkan Harris dan Nadine ke sana. Kamu tahu Harris adalah asisten Aiden sebelum menikah dengan Nadine," saat memikirkan hal ini, Irena merasa sangat marah. "Aiden bukan pria baik. Kamu tidak boleh menikah dengan anaknya."     

Sabrina tertawa melihat kelakuan neneknya. "Nenek terlalu berprasangka buruk."     

"Aiden sangat licik. Pasti anak-anaknya sama sepertinya. Jangan mau dibohongi. Tiga anak laki-laki di Keluarga Atmajaya tidak sebaik yang kamu pikirkan. Aku pikir Mason yang paling baik. Nico dan ayahmu bersahabat. Kalau kamu menikah dengan Mason, Nico akan menganggapmu seperti anak sendiri. Ibu mertuamu juga jujur dan tidak berhati licik. Ia …"     

"Nenek berhenti. Bibi Tara bukan mertuaku," Sabrina langsung menghentikan pembicaraannya.     

Irena menepuk punggung tangan Sabrina. "Kamu bodoh. Mungkin belum sekarang, tetapi suatu hari nanti. Nico hanya punya satu anak perempuan dan satu anak laki-laki. Walaupun posisi Mason di perusahaan tidak setinggi posisi Arka dan Aksa, sebenarnya kemampuannya tidak kalah dari mereka. Aiden punya empat anak. Kalau kamu menikah dengan anaknya, kamu hanya akan mendapatkan seperempat dari harta mereka. Tetapi menikah dengan Mason berbeda. Saat Maddison menikah, kamu akan memiliki semuanya."     

"Nenek, apa tujuanku untuk menikah atau membagi harta kekayaan?" Sabrina merasa kepalanya pusing.     

"Pikirkan saja sendiri. Kalau kamu menikah dengan Mason, kamu akan mendapatkan seluruh harta dari Nico dan Tara. Sementara itu, kalau kamu menikah dengan Arka atau Aksa, kamu akan mendapatkan seperempat harta kekayaan keluarganya. Kalau begitu, tentu saja seharusnya kamu memilih …"     

"Memilih pria yang aku sukai," Sabrina sudah tidak bisa mendengarkannya lagi.     

Irena memandang ke arah cucunya. Ia tahu bahwa anak muda tidak suka mendengar ocehan orang tua sehingga akhirnya ia berkata, "Kalau kamu sudah memilih, ceritakan pada nenek. Biar nenek bantu untuk menganalisanya."     

"Aku akan memberitahumu kalau aku sudah memutuskan," Sabrina tersenyum.     

"Berikan prioritasnya pada Mason. Apakah kamu mengerti?" kata Irena lagi.     

"Aku tahu, Nenek," jawab Sabrina.     

Sabrina mengobrol bersama dengan neneknya sepanjang siang, hingga matahari mulai terbenam, akhirnya ia bertanya. "Nenek, kebun jerukmu tahun ini akan berbuah. Nanti aku akan menemanimu untuk memetik jeruk. Aku dengar Atmajaya Group akan membantun sebuah hotel pemandian air panas di sana. Setelah memetik jeruk, kita bisa pergi ke pemandian panas."     

"Saat kamu membicarakan mengenai hotel itu, aku ingat satu hal. Ayahmu bilang padaku bahwa Atmajaya Group ingin membeli kebunku dan meratakan semuanya," Irena merasa marah saat membicarakan hal itu.     

"Nenek, apakah nenek mau memberikan kebun itu padaku?" tanya Sabrina.     

"Apa yang ingin kamu lakukan? Dua serigala yang dibesarkan oleh Aiden pasti menemuimu karena menginginkan kebunku. Siapa? Apakah itu Arka? Aku akan menghajarnya!" setelah mengatakannya, Irena mengambil ponselnya dan hendak menelepon seseorang.     

"Nenek, aku yang menginginkannya. Bukan Kak Arka," Sabrina bergegas menghentikan Irena.     

"Oh, aku tahu. Kamu menyukai Arka, kan?" kata Irena dengan marah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.