Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Orang yang Super Kaya



Orang yang Super Kaya

0"Oh, aku tahu. Kamu menyukai Arka, kan?" kata Irena dengan marah. Ia baru saja memberitahu Sabrina bahwa ia ingin cucunya itu memilih Mason. Tetapi Sabrina malah menyukai Arka.     
0

"Nenek, aku hanya ingin bekerja sama dengan Kak Arka. Investasi Atmajaya Group pada hotel pemandian air panas itu pasti akan sangat menghasilkan dan aku ingin menjadi pemegang saham. Coba pikirkan. Aku hanya tertarik pada desain perhiasan dan tidak mengerti masalah bisnis. Kalau ada orang lain yang akan membantuku untuk menghasilkan uang, mengapa tidak? Kalau aku tidak punya tanah dan bilang ingin menjadi pemegang saham, mereka pasti tidak mau menerimaku," Sabrina berusaha untuk membujuk Irena.     

Irena melotot ke arahnya. "Atmajaya Group tidak akan membiarkan kamu membeli sahamnya. Tentu saja aku tahu bahwa tempat itu bagus. Kalau hotelnya benar-benar dibangun di sana, itu pasti aku sangat menguntungkan. Sebelumnya, aku sudah membahas mengenai saham, tetapi aku ditolak."     

"Nenek, berikan tanahnya kepadaku! Aku akan bicara pada Kak Arka. Kalau ia tidak setuju aku membeli saham, aku tidak akan menjual tanah kita padanya. Berapa banyak yang mau nenek investasikan?" kata Sabrina sambil tersenyum.     

Irena mencubit hidung cucunya. "Kamu ini. Kamu sudah memikirkan mengenai tabunganmu di masa depan?"     

"Kalau aku bisa mendapatkan uangku sendiri, aku tidak perlu berebut dengan adikku. Benar kan?" Sabrina tersenyum.     

"Kalau Arka setuju kamu menjadi pemegang saham, kamu bisa menggunakan uangmu. Aku akan membayar sisanya kalau uangmu masih kurang. Tanah itu ingin aku berikan pada ibumu. Ia pernah kehilangan anaknya di sana dan aku merasa bersalah karenanya. Kalau kamu menginginkan tanah itu, bicaralah pada ibumu. Kalau ia tidak keberatan, suruh dia untuk menghubungi pengacara dan memindahkan hak kepemilikannya," kata Irena sambil tersenyum.     

"Terima kasih, Nenek. Nenek memang yang terbaik!" Sabrina langsung memeluk Irena dengan gembira dan mencium pipinya.     

Irena mengangguk dengan puas. "Kamu ini bermulut manis. Kamu meminta uang dan tanah dariku sehingga aku menjadi yang terbaik. Sabrina, nenek ingatkan kamu agar tidak bodoh. Nenek merasa lebih optimis terhadap Mason. Pikirkan baik-baik. Arka memang menjadi pewaris ayahnya dan kemampuannya bahkan bisa menandingi ayahnya. Mungkin ia juga bisa membohongimu. Kalau Arka setuju kamu menjadi pemegang saham, kamu harus meminta bantuan ayahmu untuk mengurus formalitasnya. Apakah kamu mengerti?"     

"Kak Arka tidak akan berbohong padaku," kata Sabrina dengan percaya diri.     

"Kamu … Apakah kamu mau membuat nenek marah?" kata Irena dengan kesal. Mengapa cucunya ini terus menerus membela Arka? Ia sangat tidak menyukai jiplakan Aiden itu.     

"Nenek, jangan marah. Ayah dan pengacara Mahendra Group akan membantuku untuk memeriksa semua prosedurnya. Mereka akan memastikan bahwa kita tidak akan mengalami kerugian apa pun. Dan aku juga berjanji padamu kamu tidak akan kehilangan pohon jerukmu," kata Sabrina.     

Setelah itu, baru lah Irena merasa tenang. "Jangan percaya pada seorang pria."     

"Aku akan mengingatnya, Nenek. Kamu sangat baik padaku!" Sabrina memeluk neneknya dengan erat.     

"Bibimu tinggal di luar negeri dan nenek sendirian di rumah. Sabrina, kamu harus sering-sering mengunjungi nenek saat kamu punya waktu," kata Irena dengan mata memerah.     

"Tentu saja! Aku akan pulang sekarang dan aku akan kembali lagi saat aku sedang senggang," kata Sabrina sambil tersenyum.     

Sabrina memang sangat cantik. Ia mendapatkan semua keunggulan dari Raka dan Della. Selain itu, alisnya sangat mirip dengan Raisa, sehingga Irena sangat menyayangi cucunya yang satu ini.     

Satu-satunya putri Irena, Raisa, sekarang tinggal di luar negeri. Dan putranya, Raka, bukanlah seseorang yang bisa mengungkapkan perasaannya dengan mudah. Raka cenderung terlihat kaku.     

Sekarang, bisa dibilang orang yang paling dekat dengan Irena adalah Sabrina.     

Apa pun yang Sabrina berikan, selama Irena mampu, ia akan memberikan semuanya.     

Kebun jeruk yang Irena miliki, Keluarga Atmajaya berulang kali ingin membelinya, tetapi Irena tidak bersedia memberikannya. Sekarang, begitu Sabrina memintanya, ia langsung memberikannya tanpa keraguan.     

Sabrina menemani Irena untuk makan malam terlebih dahulu, sebelum pulang ke rumahnya.     

Di perjalanan pulang, Sabrina mendapatkan telepon dari Rio.     

"Kenapa kamu meneleponku? Bukankah kamu sedang berlibur?"     

"Kak, bukankah aku pacarmu? Kamu tidak mencariku selama beberapa hari. Apakah kamu sudah lupa padaku?" tanya Rio dengan tidak tahu malu.     

Sabrina tertawa. "Kamu sudah tahu kalau aku memanfaatkanmu saja. Jangan berpura-pura sekarang. Aku akan mengenalkan kamu pada seseorang nanti."     

"Maddison … Aku menyukainya. Apakah ada cara untuk mendekatinya?" tanya Rio dari telepon.     

"Ohh, seleramu sangat bagus. Maddy memang seperti dewi, cantik dan dingin. Ada begitu banyak pria yang mengejarnya, tetapi tidak ada yang berhasil. Ia dingin dan sulit untuk didekati. Apakah kamu yakin mau menerima tantangan ini?" kata Sabrina.     

Rio tertawa dan berkata dengan angkuh. "Tidak menyenangkan mendekati wanita yang tidak ada tantangannya. Aku ingin mendekati Maddison. Apakah aku bisa berhasil sebelum liburanku selesai?"     

"Mustahil," kata Sabrina, seperti menyiramkan air dingin pada kobaran semangat Rio.     

"Kamu harus membantuku. Kalau tidak, aku akan terus mengejarmu," ancam Rio.     

"Kalau kamu tidak takut dihajar, datanglah saja padaku," kata Sabrina dengan acuh tak acuh.     

"Katanya hati wanita itu berbisa, ternyata memang benar. Kalau aku memposting foto kedekatan kita berdua, apa yang akan dipikirkan orang-orang di luar sana?" kata Rio.     

Mendengar masalah itu, Sabrina benar-benar kesal. Ia baru saja menyelesaikan masalah Anna siang ini. Kalau foto kedekatannya dengan Rio terekspos, itu akan sangat menyulitkan.     

Sabrina terdiam sejenak untuk berpikir. Saat memposting foto itu, ia hanya menunjukkannya pada Arka, Aksa dan Mason. Sementara orang lain tidak bisa melihatnya.     

Foto itu juga diambil dengan ponselnya. Jadi seharusnya Rio tidak memilikinya!     

"Kamu bohong padaku. Aku hanya menunjukkan foto itu pada Arka, Aksa dan Mason. Kamu tidak memiliki fotonya," Sabrina mendengus dingin. "Kamu masih kecil, tetapi mau mempermainkan aku."     

"Kalau aku bilang bahwa Jason mengambil foto kita berdua, apakah kamu akan membunuhnya?" Rio tertawa dengan keras. "Kalau kamu mau foto itu, datanglah ke bar dan temani kami minum. Kami tidak punya uang untuk membayar."     

"Tunggu aku. Aku akan menguliti kalian berdua," kata Sabrina dengan kesal. Ia menginjak gas mobilnya sedikit lebih dalam.     

Beberapa saat kemudian, Rio mengirimkan lokasi mereka saat ini.     

Sabrina mengendarai mobilnya dan pergi menuju ke bar tempat mereka berada. Tetapi tentu saja ia tidak akan tinggal diam.     

Di perjalanan, ia menelepon Arka terlebih dahulu. "Kak, keponakanmu itu mengancamku!" katanya dengan kesal. Ia sengaja membuat suaranya terlihat seperti mau menangis agar Arka semakin khawatir.     

"Keponakan yang mana?" Arka terdiam sejenak, tidak tahu keponakan yang mana yang Sabrina maksud.     

"Jason! Ia diam-diam mengambil fotoku bersama dengan Rio. Sekarang mereka mengancamku dengan foto itu dan mau mempostingnya ke media sosial, menyebarkannya di internet. Mereka memaksaku untuk minum-minum di bar bersama dengan mereka. Aku benar-benar kesal sekarang," kata Sabrina sebelum ia melanjutkan dengan nada merengek. "Kak, bantu aku!"     

Saat mendengar hal ini, Arka merasa sangat marah. Ia, Aksa dan Mason begitu melindungi Sabrina. Tetapi dua bocah itu tidak hanya berani mengancam Sabrina, tetapi juga memaksanya untuk menemani mereka minum.     

"Di mana mereka? Aku akan ke sana," Arka mengambil kunci mobilnya dan langsung berjalan keluar.     

Sabrina mengirimkan lokasinya pada Arka dan bibirnya melengkung,membentuk senyum bangga. "Dua bocah sialan itu. Aku sudah mencarikan kalian orang yang super kaya untuk membayar minuman kalian. Seharusnya kalian berterima kasih padaku!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.